Dua

2.3K 151 21
                                    

Sebulan berlalu,

setelah kejadian dimana keempat anak ayah Lee itu secara kompak dan tegas mengatakan, ingin menikah dengan Riki. Mereka secara memaksa, meminta ijin pada keluarga Nishimura untuk menculik Riki, dalam istilah kasar.

Lee Heeseung selaku kakak tertua yang sudah mempunyai fasilitas pribadi seperti apartemen dan beberapa mobil membawa pemuda manis tersebut hanya untuk dirinya sendiri, atau mungkin tidak karena dia bukan anak tunggal.

Baik keluarga Nishimura dan ayah Lee, mereka sebenarnya cukup terkejut. Namun tidak ada masalah dari masing-masing pihak anak mereka, setidaknya semuanya bisa bernafas lega.




"Kakak pulang." Melonggarkan sedikit dasinya yang mencekik posesif lehernya, wajah kusut seorang Lee Heeseung kini berubah menjadi sumringah saat mendapati sang adik manis membawakannya segelas air putih.

Sudah seminggu Riki melakukan kegiatan tersebut. Memberikan Heeseung segelas air putih, ketika pulang bekerja.

Menjadi anak yang paling pertama lahir, membuat ia mau tak mau harus meneruskan usaha orang tua tunggalnya. Dimana sang ibu kini sudah tenang di surga.

Mengucapkan terimakasih terlebih dahulu. Kemudian meneguk air itu dengan rakus, membuat Adam's Apple milik seorang Lee Heeseung bergerak naik turun dengan sedikit keringat yang mengkilap.

Sontak saja membuat pemuda mungil didepannya mendongak, menatap penuh pikat. Hingga sebuah sodoran gelas kosong kembali menyadarkan Riki.

"Melihat apa, hm?" Tanyanya dengan nada rendah, merengkuh pinggang ramping dan mungil tersebut untuk segera berada didalam dekapan tubuh kekarnya.

Riki sedikit menggeliat pelan, "ini. Cantik." Lembut dan polos, Riki menyentuh Adam's Apple Heeseung yang sedikit memerah akibat tekanan kerah kemejanya. Yang dipuji menggeram rendah. Bagaimana mungkin seseorang bisa polos dan seksi secara bersamaan seperti ini. Lee Heeseung sangat tidak tahan.

Pelan tapi pasti, lengan berurat tersebut meremat pinggang ramping itu kembali menekan agar menempel dengan sempurna. Memagut bibir tebal semerah ceri tersebut dengan perlahan namun dalam.

Si pemilik bibir tebal membelakkan matanya, terkejut. Ingin menolak namun tubuhnya sudah terlanjur lemas. Sang dominan dengan sigap memeluknya, dan terus mengeratkannya.

Riki memejamkan matanya, bingung harus apa. Karena demi apapun, ini adalah CIUMAN PERTAMANYA! Yang diambil oleh si anak pertama.

Heeseung mengigit pelan bibir tersebut, sontak membuat Riki membuka mulutnya, menurut. Menyapu langit-langit mulut, gigi rapi dan mengajak benda tak bertulang untuk saling membelit. Heeseung menekan lembut tengkuk Riki, semakin memperdalam ciumannya.

Kepala Riki berdenyut, perutnya terasa melilit. Lee Heeseung sangat rakus, seolah-olah bisa memakan bibirnya sampai habis tak bersisa.

Bunyi kecipak semakin keras, liur milik si manis telah berceceran. Namun yang lebih tua enggan melepaskan, hingga sebuah lenguhan pasrah, "eumhh, kakak," cukup membuat Heeseung tersadar dan menghentikan kegiatannya.

"Cantik sekali," tatapnya penuh puja, mengusap pelan bibir bengkak mengkilap penuh liur tersebut. Ingatkan Heeseung agar segera waras.











"Kami pulang." Teriakan dari ketiga pria tersebut, membuat Riki langsung melompat keluar kamar, untuk menyambut mereka.

"Kakak..."

Mendapatkan suara teriakan gemas, membuat ketiganya langsung merentangkan tangan meminta sebuah pelukan. Dan tentu saja dibalas dengan senang hati oleh Riki.

Our Sweetness Riki (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang