Delapan

1.1K 96 29
                                    

Tengah hari menuju makan siang, seorang pemuda manis membuat wanita resepsionis sedikit memijat pangkal hidungnya, pusing.

"Kakak cantik, Riki cuma mau ketemu sama kak Seungie, sebentar lagi makan siang. Kasihan nanti kak Seungie kelaparan."

"Adik manis, daritadi kamu ngomong gitu terus selama setengah jam. Kakak juga bilang, kalau kamu belum bikin janji gak bisa masuk." Jawab wanita tersebut, selembut mungkin meskipun dalam hati sudah berteriak, beruntung Riki memiliki pesona yang tidak bisa diabaikan oleh orang yang melihatnya.

Mendengar penuturan tersebut, membuat Riki semakin mengerutkan bibirnya. Dia sudah lelah memasak untuk Heeseung, masa terbuang sia-sia.

Tanpa menyerah, kini kembali membujuk resepsionis cantik itu, padahal dirinya sudah mengeluarkan raut semenggemaskan mungkin.











"Semuanya udah selesai kan, Choi?" Lee Heeseung berjalan bersama sekertaris andalannya, Choi Beomgyu. Mengajak pria tersebut untuk makan siang, Heeseung tidak pernah memandang kasta diantara mereka. Apalagi kinerja dan loyalitas seorang Choi Beomgyu membuat Heeseung selalu terpukau.

"Sudah, pak Lee. Anda hanya harus menandatangani beberapa kontrak saja."

Hingga akhirnya Beomgyu lebih dulu menotice sebuah keributan, membuat keduanya segera menghampiri.

"Ada apa, Yeji?"

"Ah ini, sedari tadi ada anak sekolah dasar yang terus memaksa ingin bertemu dengan tuan Lee."

"Kak Seungi!!!" Riki yang melihat Lee Heeseung tepat berada dibelakangnya, menubruknya tubuh kecilnya itu, Heeseung yang mempunyai refleks bagus langsung membalas pelukannya.

"Astaga adek! Kenapa bisa sampe sini? Kenapa gak bilang dulu sama kakak."

"Huh kakak gak angkat-angkat telepon adek! Riki memukul dada bidang itu, membuat Heeseung sedikit mengaduh.

"Aduh adek. Maaf-maaf, kayaknya ponsel kakak ketinggalan. Jangan marah hum? Nanti cantiknya hilang. Terus kenapa tadi ribut-ribut, hm?"

"Uh itu, kata kakak cantik kalau mau ketemu kak Seungie harus ada janji dulu."

Heeseung menatap tajam sang resepsionis yang sudah menundukkan kepalanya menyesal.

"Sekali lagi anda membuat kekasih saya susah, ucapkan selamat tinggal pada perusahaan ini, Hwang Yeji."

"Ish kakak! Jangan galak-galak. Nanti kakak cantiknya takut!" Pandangannya yang tajam kini berubah 180• setelah teralih pada Riki kembali.

"Choi, tolong kamu buatkan banner yang besar, bergambar wajah kekasihnya saya. Lalu pasang di pintu tempat semua orang masuk ketempat ini. Biar semuanya tau kalo si kecil ini milik saya, nanti saya pesankan makan siangmu."

Membungkukkan badannya, Choi Beomgyu langsung pergi sesuai dengan permintaan sang CEO muda.

Riki terbengong, "ih.. kakak jangan gitu, maluuuu." Riki kembali memajukan bibirnya sebal, sedangkan Heeseung sudah terkekeh kecil mencomot bibir menggemaskan itu.

"Udah yuk, kakak laper banget nanti kalau pingsan gimana." Menggenggam tangan mungilnya, dan mengayunkannya. Membuat para karyawan yang berlalu lalang memandang lucu.












Riki tengah terduduk anteng disebuah meja kerja Lee Heeseung, dan Heeseung yang duduk di kursi kerjanya. Menyuapi bayi besar itu secara telaten.

Menu kali ini, nasi campuran rumput laut dan panggang bayi gurita saus manis. Dan beberapa tambahan protein lainnya, seperti sosis dan serat seperti sayuran.

Mengambil beberapa tisu, mengusapkannya pada fitur tegas wajah Heeseung, berkeringat. Pipinya tampak gembul karena sibuk mengunyah nasinya.

Cup

"Ish kakak, jangan cium-cium berminyak. Skincare mahal tau."

"Oh pantesan adek cantik banget pake skincare ya, semahal apa? Kakak beliin berserta pabrik-pabriknya. Biar dunia ini tau kecantikan seorang Lee Riki."

"Diem. Kakak gemes banget, huh kayak hamster pipinya." Riki menangkup kedua pipi Heeseung gemas, meremasnya pelan seperti squisy.

"Kakak mau ikut gak, sore ini kak Hoonie tanding basket lho. Abis dari sini adek mau langsung ketempat kak Hoonie."

"Tentu dong, kecil. Kak Hoonie-mu itu pasti langsung semangat tandingnya. Let's go." Heeseung beranjak dari tempatnya, tak lupa memberikan kecupan dengan sedikit gigitan dileher Riki. Dan menggendong kekasihnya bergegas untuk melihat pertandingan Sunghoon.













"Kak Jayie, kak Jakey!" Yang dipanggil memekik heboh saat Riki sudah sampai di tribun, bersama Heeseung.

"Kak Hoonie! Semangat!" Sunghoon yang merasa namanya dipanggil oleh suara gemas, tersenyum simpul melihat Riki ditengah kerumunan manusia, tubuhnya semakin mengecil berkat diapit oleh kakak-kakaknya.


Peluit ditiupkan, pertandingan dimulai. Regu Sunghoon berisi lima orang pemain, Asahi, Yoshi, Kei, Nicholas dan juga dirinya.

Riki bergetar semangat, saat mata sabitnya menangkap bagaimana lincah dan profesionalnya seorang Lee Sunghoon dalam memasukkan bola kedalam ring. Sangat terlihat seksi tentu saja.

Hingga beberapa menit menuju penentuan, skor milik tim Sunghoon sudah unggul tiga point.

Dan suara pekikan peluit tanda pertandingan berakhir, dimenangkan oleh tim Sunghoon telak.













Selepas melakukan group hug, Sunghoon berlari- memeluk manisnya yang sudah berada dipinggir lapangan, bersama para kakaknya.

"Yeay! Kak Hoonie menang. Kekasih adek yang sangat hebat." Riki berteriak riang saat tubuhnya dibawa berputar-putar didalam pelukan Sunghoon.

Sedangkan kakak-kakaknya, menatap bangga adik bungsu mereka.

Hingga beberapa teman dari masing-masing mereka ikut merayakan kemenangan yang begitu terasa luar biasa.

"Adek udah bawa dua box isi minuman segar. Ayo diminum kakak-kakak." Pernyataan Riki sontak membuat mereka berteriak senang.



"Kak Hoonie capek pasti. Mau langsung pulang? Adek masakin makanan kesukaan kakak." Ucap Riki, tangannya masih terus mengusap seluruh wajah Sunghoon yang berpeluh.

Sementara Sunghoon masih terus memeluk manisnya, matanya tertutup menikmati usapan lembut tersebut. Semua rasa lelah dan penatnya meluap begitu saja.

Omong-omong mereka masih berada dipinggir lapang. Mengabaikan beberapa pasang mata, mulai dari iri, gemas, bahkan cemburu.

Mengeluh-eluhkan pemuda yang tampak mungil, mampu melelehkan bekunya seorang Lee Sunghoon.

Hingga keheningan menenangkan diantara keduanya sedikit terganggu.

"Nishimura Riki, benar?"





















"Kak Jo? Asakura Jo?!"
























To Be Continue,-

Hayoloh ada siapa tuh?

Btw, maaf ya chap ini seadanya soalnya masih hectic ngeliat kelakuan En-Ha akhir-akhir ini apalagi Riki sksksk capek banget.😵

Segitu dulu ya, see you next chapter.

Have a nice day 💜

Our Sweetness Riki (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang