Tujuh

1.2K 100 49
                                    

Bohong, sebenarnya Riki tidak pulang untuk mengunjungi orang tuanya. Mama dan papanya itu super duper sibuk, ia jadi merasa seperti anak terlantar tapi tak apa, ia sudah terbiasa akan hal itu.

Mengecek sisa saldo tabungannya, beruntung ia bukan tipikal orang yang suka menghamburkan uang, meskipun keluarganya berada.

Mungkin menyewa satu tempat untuk satu malam terdengar bagus, kak Jake tercintanya pasti akan sangat menyukainya, meskipun apapun yang dilakukan Riki, pria itu akan selalu menyukainya. Maklum kelewat bucin.

"Apa yang kak Jake suka ya." Riki bergumam sendiri, ulang tahun harus identik dengan hal klise, sebuah kado tentunya.

Setelah cukup lama bersama keempat pria tersebut, Riki sudah mulai mengetahui karakter, dan sikap dari mereka masing-masing.

Dan Jake adalah tipikal pria yang paling fleksibel, apapun yang ia lakukan Jake tidak bisa untuk mengatakan tidak, berbanding terbalik dengan Heeseung apalagi Sunghoon, sedangkan Jay netral.


Mata sabitnya berbinar cerah, saat tak sengaja melihat sebuah barang yang terpajang di etalase mall. "Kak Jake pasti suka itu."











Pukul sudah menunjukkan sebelas malam, Riki berjalan mengendap-endap menuju kamarnya, takut para kekasihnya terganggu sebab beberapa lampu sudah padam.

Sedikit berjengit kaget, melihat seseorang yang tengah terduduk diruang tengah dan beberapa sampah berserakan. Siapa lagi jika bukan Lee Jaeyoon, oknum yang sedang berulang tahun.

"Kakak. Belum tidur?"

Tersadar dari lamunannya, Jake membulatkan matanya menatap seseorang yang membuat galau dirinya seharian dihari kelahirannya ini.

"Adek!!! Kakak gak mimpi kan?! Adek kok bisa disini. Kenapa adek gak chat kakak, ini udah malem banget lho, astaga kalo adek kenapa-kenapa, gimana."

Tanpa berniat membalas rentetan pertanyaan Jake, Riki langsung memeluk tubuh dominannya itu, erat. Membuat Jake langsung terdiam membisu.

"Kakak... Ternyata mama papa bukan sekarang pulangnya, adek salah informasi hehe. Dan juga, adek baik kok kakak jangan khawatir ya."

Jake menghela nafas lega. Dibalas pelukan kekasih kecilnya itu, menumpukan semua lelahnya hari ini pada bahu sempit si kecil, sangat menenangkan.

"Kak Jake lesu banget, bau alkohol juga kalian habis minum-minum ya?" Riki mendongakkan wajahnya yang merengut marah.

"Hehe, ini ide kak Heeseung. Tapi kakak gak sampe mabuk kok, kecuali mereka. Orang kakak seharian mikirin adek."

Oke bagus, Lee Jaeyoon dan rentetan kalimat manis tidak bisa terbantahkan. PERFECT!

"Huhu kak Jake, sorry. Mau mandi? Adek siapin air panas ya?"

"Eh, adek gak keberatan? Takut capek lho." Sambung Jake, mendapatkan gelengan semangat.

"Enggak. Kalau gitu kakak tunggu ya." Ucap Riki tersenyum manis, melepaskan pelukan yang sedari tadi masih menempel, lalu berjalan menuju dapur.

Sepertinya, sang dominan akan pingsan. Terbukti dari kedua tangannya sudah bertengger di dada bidangnya itu. Entah perbuatan apa yang dia lakukan di masa lampau, hingga diberi malaikat berwujud seorang Nishimura Riki, atau akan menjadi Lee Riki, hehe.

Sembari menunggu Jake yang tengah mandi, Riki menyiapkan beberapa pakaian untuk kekasihnya. Entah mengapa pipinya tiba-tiba terasa hangat.

Membayangkan kejadian saat ini, sudah seperti pasangan muda yang baru saja menikah, membuat pemuda manis itu tersipu malu-malu. Jika satu saja sudah membuatnya seperti ini, bagaimana jika empat sekaligus?

Our Sweetness Riki (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang