(8) Tahap 3

297 41 3
                                    

"Pusing banget kepala gue. Kenapa ya?"

"Kan minuman lo tadi ada alkoholnya. Wajar lo pusing. Pusing banget emang?"

(Name) hanya mengangguk sembari memukul-mukul kepalanya pelan dan ditahan oleh Koganegawa.

"Jangan dipukul terus." Pria itu reflek langsung melepas tangannya dari tangan (Name).
Keduanya berjalan menelusuri jalanan kota yang sudah terbilang sepi.

Mata pria itu sedari tadi mengamati gerak-gerik (Name), bahkan wanita itu tidak sadar kalau pria itu berjalan dibelakangnya. Lama kelamaan kecurigaan Koganegawa meningkat ketika (Name) mulai jalan sedikit sempoyongan.

Sepertinya dia mabuk sedikit.

Pria itu dengan sigap meraih lengan (Name) dan memegangnya erat, menahan tubuh wanita itu untuk tetap berdiri tegap.

"Lo mabuk?" pertanyaan yang bodoh, padahal pria itu sudah tau pasti.

"Sedikit, tapi gue masih bisa jalan kok. Gue pegangan ke lo ya, takut tiba-tiba gue jatuh."

"Iya sini." Pria itu menggandeng tangan (Name), memastikan wanita itu tidak terhuyung.

Sesampainya di kereta mereka duduk bersebelahan, genggaman tangannya terlepas. keduanya hanya terdiam memandang ke arah lain, belum ada percakapan yang berarti.

"Jangan tidur, sebentar lagi sampai," ujar Koganegawa ketika melirik (Name) yang nampak memandang kosong ke depan.

Setelahnya dia menoleh dan berucap, "Lo gak tau, kalau gue sama Takemitsu udah putus?"

Sontak pria itu membelalakkan matanya, dia bingung harus percaya atau tidak dengan perkataan wanita ini. (Name) saja dalam posisi sedikit mabuk, bisa saja dia berkata melantur.

"Enggak." Hanya itu jawaban yang ada di kepalanya.

(Name) tertawa kecil, "Sekarang lo udah tau."

Hening lagi. Koganegawa juga bingung ingin merespon seperti apa.

"Gue gak melantur. Gue beneran putus sama dia. Dia terlalu baik untuk gue," gumam (Name) sedikit memejamkan matanya.

"Oh begitu," responnya singkat.

"Hmm."

Karena bingung, alhasil pria itu tidak membuka percakapan lagi. Dalam hati, pria itu bersorak senang mengetahui (Name) sudah single. Dia harus menahan ekspresinya agar (Name) tak curiga.

***

Waktu menunjukkan pukul 23.35 waktu setempat ketika (Name) dan Koganegawa menelusuri jalanan menuju rumah (Name). Keduanya saling terdiam, namun tidak dengan isi pikiran Koganegawa yang sangat berisik. Terdapat satu kegelisahan di sana, sesuatu yang berkecamuk di hatinya yang mendorongnya untuk harus melaksanakan sebuah misi.

Apa aku lakukan sekarang?

Batinnya berkecamuk. Apakah dia harus melaksanakannya sekarang? Bukankah ini waktu yang tepat?

"(Name)." Akhirnya dia mengeluarkan suara setelah hening yang panjang.

Dia menoleh, "Apa?"

"Hmm apa ya," tuturnya yang merasa gugup sendiri, tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Tangan pria itu masih memegangi lengan (Name), masih menjaga wanita itu dari terjatuh. Wanita itu tidak merespon, hanya memandang lurus ke depan.

"Lo ekhem," ucapnya tercekat.

Jantungnya sungguh berdegup cepat, "Itu apa, hmm. Apa ya."

(Name) memukul lengan Koganegawa pelan, "Kenapa tiba-tiba lo gugup?"

Koganegawa menatap (Name) yang sudah kembali memandang ke depan.

"Lo mau pacaran lagi gak?" tanya Koganegawa ragu.

"Teman lo ada yang naksir sama gue?"

"Gak ada."

"Ahahaha. Itu sih tergantung."

(Name) hanya mengangguk dan terdiam.

"Tergantung gimana?"

"Ya gitu deh. Liat orangnya dulu."

Koganegawa menelan salivanya dengan susah payah, nampaknya (Name) kembali terdiam.

"Ka-kalau orangnya seperti gue, gimana?" tanyanya memberanikan diri seperti bertaruh hidup dan mati.

(Name) menghentikan langkahnya, masih memandang ke depan, "Asik dong orangnya. Seru diajak main."

"Main?"

"Iya main." Dia kembali melangkah.

Entahlah apa maksud dari kata 'main' yang terlontar dari mulut (Name). Lagi-lagi pria itu bingung ingin merespon seperti apa.

***

See you next chapter!
#skrind

Become His Wife? | Koganegawa Kanji X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang