Hal yang Berbeda

932 131 51
                                    

Memalukan.

Aku tidak pernah malu dengan omega dalam diriku, karena nyatanya walau aku seorang omega sekalipun, aku tetaplah Namikaze Naruto. Pemuda tampan (walau lebih banyak yang bilang aku manis), pintar, kaya, dan beruntung.

Tapi nasibku tidak baik. Sebagai contoh kata kaya itu harusnya dicoret saja, karena aku sudah ditendang oleh ayahku (yang sampai sekarang tidak mencariku sama sekali) dan mungkin namaku sudah dicoret dari ahli waris keluarga Namikaze.

Itu baru satu, dan sebenarnya itu penyesalan terbesarku. Ah, aku jadi rindu ayah dan ibu.

Menambah nasib malangku, nyatanya aku bekerja sebagai pengasuh anak, bahasa kerennya adalah nanny. Anak yang aku asuh adalah dua titisan iblis yang merangkak dari neraka yang terdalam, tampan dan menggemaskan, tapi nakal. Karena mereka, aku jadi tahu arti sabar yang sebenarnya.

Aku tidak menyayangi mereka, sungguh! Hanya saja, ada suatu hal dalam diriku, di sudut hatiku yang—teramat, sangat—dalam merasakan koneksi dengan mereka. Aku tidak tahu kenapa tapi aku sangat ingin menyalahkan instingku sebagai seorang omega.

Omegaku menyayangi dua anak ini dan aku ingin menangis, meraung, dan berteriak betapa kejamnya dunia ini pada hidupku. Salah satu contohnya adalah ketika aku bersikap posesif pada mereka, mengatakan bahwa mereka adalah milikku, anak-anakku, tepat di depan ayah mereka.

Ini pertama kalinya aku bersikap memalukan seperti ini. Lalu, masa heat-ku sangatlah menyakitkan, tidak seperti biasanya yang bisa kutahan sendiri.

"Mungkin karena ada alfa di dekatmu," Iruka berkata dengan santainya sambil mengelap meja dapur.

Aku mengunyah cookies yang aku makan dengan kesal, menghembuskan nafas kasar dan membalas Iruka, "Apa hubungannya? Jadi kalau bersama alfa, heat akan jadi lebih menyakitkan?"

Aku bergidik mengingatnya, seperti kilas balik ketika aku menonton film dewasa. Aku ingat betapa menyebalkannya heatku yang sudah berakhir minggu lalu, perutku keram, semua tubuhku sakit dan basah dan aku hanya ingin sesuatu masuk untuk mengisi—oke cukup hentikan pemikiran anehmu, Naruto.

"Bukan begitu, bodoh!" Aku mengerang ketika Karin memukul kepalaku dengan cukup keras. "Maksudnya, karena ada alfa di dekatmu, omegamu memberontak agar kebutuhannya terpenuhi."

Aku mengernyit, "Kebutuhan apa?" kalau yang dimaksud adalah kebutuhan untuk membeli sack bag yang baru memang benar, aku butuh bantuan finansialnya.

"Kebutuhan—" Karin mendekatkan bibirnya pada telingaku. "—seksualmu. Hasrat ingin dipenuhi, memuaskan nafsumu yang bergejolak saat itu."

"Sialan kau!" Aku langsung mendorong Karin. Gadis itu dengan tidak tahu malunya tertawa terbahak. "Mulutmu kotor sekali seperti kolam ikan di belakang rumah!"

"Kalau kau merasa kolam ikan itu kotor, sana kalian bersihkan." Iruka melemparkan lap ke wajah kami, membuat aku dan Karin memekik kaget. "Dibanding menggosip di sini dan sama sekali tidak membantuku."

Aku tertawa meminta maaf, "Bukan tugas kami membersihkan kolam ikan." Ujarku santai. Karena nyatanya, job desk milikku hanya untuk mengurus Shisui dan Obito. Kalau sedang sial. Ditambah mengurus Sasuke.

Iruka menggeram, ini adalah saatnya kabur sebelum dia benar-benar melempar kami dengan gelas yang ia pegang. Aku dan Karin berpandangan lalu mengangguk, kami siap meninggalkan dapur.

"Pergi kalian dari sini!"

—————

Naruto © Masashi Kishimoto

Perfect Nanny CandidateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang