"Nalu-tan baunya sepelti biskuit."
Aku mengernyit saat Obito mulai melemparkan komentar aneh pada bauku. Dengan rasa tidak rela aku mengendus bau pada tubuhku, harum seperti biasa, seperti parfum yang biasa aku semprotkan setiap hari.
"Obito-chan lapar ya?" Tanyaku sambil menatap bocah yang sedag memeluk mangkuk berisi adonan itu. Aku menahan tawaku, bahkan mangkuknya terlihat lebih besar dari Obito.
Karena Shisui yang masih sakit, Obito sebagai adik yang baikーkatanyaーingin membantu membuatkan sesuatu untuk kakaknya tersayang. Aku, di sini sebagai pihak yang dipaksa, mau tidak mau menuruti keinginannya membuat pancake untuk Shisui.
Betapa aku berterimakasih pada inovasi pancake instan yang memudahkan semua orang untuk membuatnya.
Obito menggeleng dengan keras, "Nalu-tan baunya milip kue." Anak tidak tahu sopan santun ini menunjuk wajahku dengan jarinya. "Obito suka!"
Sekali lagi aku mengernyit menatapnya dan menggeleng berusaha acuh padanya. Kadang anak ini memang selalu membuatku heran, kenapa juga aku harus terkejut. "Obito-chan aduk lagi ya. Katanya mau buat pancake untuk Shisui-chan, kasihan Shisui-chan jika menunggu terlalu lama."
"Uhm!"
Dengan itu fokus Obito kembali ke adonan pancake yang belum teraduk rata. Aku tersenyum tipis, terkadang anak ini kalau sedang serius terlihat sangat menggemaskan. Hanya terkadang ya, karena Sembilan puluh delapan persen anak ini menyebalkan.
ーーーーーーー
Naruto © Masashi KishimotoPerfect Nanny Candidate © Haraguroi Yukirin
A SasuNaru Fanfiction
(Fanfiksi ini adalah remake dari Perfect Nanny Candidate yang pernah saya publish di Fanfiction(dot)net. Ada beberapa alur yang diubah sesuai kebutuhan fanfik)
ーーーーーーーー
"Baumu aneh."
Aku langsung menatap tajam Sasuke yang tidak sopannya melemparkan komentar kurang ajar pada bau tubuhku. Aku menggeram, pertama Obito, kemudian disusul dengan Shisui, sekarang ayah mereka ikut menjadi komentator dadakan.
"Maaf, Sasuke-san, tapi komentarmu tidak sopan." Aku membalas ucapannya dengan kesal.
Sasuke terkekeh dan itu membuatku ingin melemparnya dengan gelas yang sedang kupegang. "Serius, rasanya ada yang berbeda dari baumu. Kau baik-baik saja?"
Sekarang wajah tampannya itu terlihat khawatir, atau mungkin hanya imajinasiku saja? Aku kembali mengendus bau badanku, sama seperti wangi parfum milikku.
Tidak mungkin juga aromaku tercium karena aku selalu menggunakan scent blocker. Aku tidak suka dengan orang-orang yang mengendus diriku dan berucap dengan kurang ajar seperti aromamu enak atau yang lain, maka dari itu aku selalu menyembunyikan aromaku. Aku mengernyit heran, "Aku tidak merasakan apapun yang berbeda."
Kini aku sedang menemani Sasuke dan Obito menonton TV. Di hari sabtu nan cerah ini, Obito merengek pada Sasuke untuk menemaninya seharian, dia masih cemburu karena ia pikir Sasuke lebih peduli pada Shisui. Aku mendengus geli, episode cemburu ini benar-benar tidak ada habisnya.
Mata Obito fokus pada kartun favoritnya yang sedang tayang, mulutnya terbuka, kebiasaannya saat tertarik akan sesuatu. Aku dengan jahil menutup mulutnya dengan telapak tanganku, membuat anak itu mengerang kesal dan menepis tanganku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Nanny Candidate
FanfictionTerlahir dari keluarga terpandang dengan harta melimpah membuat Naruto tumbuh menjadi tuan muda yang manja dan boros. Ia adalah omega, dibesarkan untuk menjadi penerus sang Ayah tanpa peduli tentang gender keduanya. Tutur kata sopan, kecerdasan, kel...