Part24:Rumah

20 3 0
                                    

Im back!
Sorry to made you are waiting.
Enjoy this Story!

-XeiraMo-

_____

Shendy beranjak keluar dari mobil yang kali ini di supirkan pak Budi tepat didepan sebuah rumah yang berada di tengah hutan. Cowok dengan jaket jins itu mengulas senyum lebar saat melihat ke arah rumah yang nampak baru selesai dibangun itu.

Menatap sekeliling, dia merasa puas saat merasakan damai bahkan sejak dia menapakan kaki di tempat ini. Hutan hijau yang dia beli seluas 3 hektar melalui sang kakak, dengan berjajar pohon pinus sepanjang mata memandang. Shendy yakin semua ini sudah sesuai dengan apa yang di inginkan sang kekasih.

"Pak. Bapak tunggu disini aja ya? Shendy mau masuk ke dalem dulu" Pak Budi mengangguk walau dengan tatapan ngeri.

"Jangan lama-lama ya Den. Bapak takut" Shendy mengangguk dengan raut jenaka.

"Siap pak" kemudian cowok itu mulai beranjak.

Melangkah perlahan pada bebatuan yang disusun tepat sebagai jalan menuju pintu rumah. Ini seperti yang dia bayangkan, bahkan suaranya sangat mirip seperti yang dia gambarkan dalam kepalanya.
Memasuki pelataran rumah Shendy menatap ke sekeliling bangunan dengan seksama. Memang mungkin terlihat seperti rumah warga biasa dengan dua lantai. Tapi dia yakin dalam rumah akan memanjakan sang pemiliknya nanti.

Membuka pintu rumah, Shendy kembali mengulas senyum lebih lebar sejak pertama kali matanya menatap pada area dalam rumah. Dominasi warna putih dan hijau menjadi hal yang memanjakan mata. Dia tau kalau dia pandai memadukan warna.
Kalian tak perlu memujinya begitu!

Shendy kembali menatap sekeliling dengan langkah yang semakin memasuki rumah yang akan ditempati oleh kekasihnya nanti itu dengan tatapan berbinar. Dia tau mungkin ini sedikit lebay tapi baginya ini sepadan.
Setidaknya jika cowok itu tidak bisa bersama dengan sang kekasih. Maka rumah ini akan bersama wanita itu.

Shendy kembali mengulas senyum, dia tatap satu persatu sudut ruangan dengan pandangan bahagia. Dia yakin wanitanya akan menyukai tempat ini. Menyentuh salah satu tanaman hias yang memang sengaja ditempatkan di area ruang tamu, Shendy berkata pelan.

"Kamu pasti bakal suka ini Hanny" cowok itu mengusap pelan sudut matanya saat tanpa di rasa setitik air mata keluar dari sana.

Kembali berjalan kali ini tujuan Shendy adalah lantai atas yang di isi dua kamar, dia memang sengaja hanya mendesain dua kamar untuk rumah ini, itu pun semuanya hanya berada di lantai atas. Karena menurut Shendy lantai bawah akan cocok untuk waktu bersantai, dan berkumpul jika kelak wanita yang amat dia cinta memiliki anak anak yang lucu dan menggemaskan. Membayangkan hal itu dia ingin menangis, bisakah dia bertahan sampai saat itu tiba? Mungkin dia akan merasa bahagia saat kelak bisa menggendong salah satu anak dari wanita yang dia cintai, dengan sebutan paman yang sang Anak akan panggil untuknya.

Langkah Shendy terhenti pada undakan tangga terakhir lantai atas. Cowok itu merasa sesak yang tak mengurangi senyum pada pipi cowok itu yang terus mengembang.

"Aku pasti bahagia, kalau bisa sampe pada saat itu Hanny" Shendy mengangguk pelan.

"Kayaknya aku harus banyak nulis pesan buat kamu di sini Hanny. Tapi agak lebay gak sih? Oke aku bakal buat sedikit aja" Shendy mengangguk sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar utama di lantai atas ini.

Sebenarnya kamar ini memiliki dua sisi yang sangat menggambarkan sang pemilik tempat nanti. Warna hitam dan putih gading. Seperti wanitanya. Sangat kompleks dengan wanita itu. Wanitanya yang anggun dan wanitanya yang keras. Sangat pas bukan?

Dia yakin wanita itu akan sangat menyukai kamar ini, apa lagi saat wanita itu melihat keluar jendela kamar, dimana terdapat hamparan tanaman mawar dengan anggrek yang tumbuh dengan baik mengelilingi area samping sampai ke sisi samping lainya. Shendy kembali mengulas senyum lebih lebar, dia sendiri sangat menyukai view ini.

Dan dia yakin wanitanya juga akan menyukai hal ini lebih dari pada dirinya. Karena bagaimana pun wanitanya sangat menyukai dua jenis bunga yang berlawanan itu.
Wanitanya unik bukan? Dia tau itu, mungkin karena ke unik-an wanitanya, banyak yang mendamba wanita itu. Shendy kadang memikirkan hal itu.

Beranjak pada kamar yang satunya Shendy menatap lamat kamar dengan keadaan polos tersebut, dia berharap wanita nya kelak akan bisa mengisi setiap sudut kamar dengan berbagai kenangan wanita itu. Tak perduli dengan siapa dan bagaimana. Shendy hanya berharap wanitanya akan suka dengan kamar kosong yang hanya terdapat tempat tidur dan cermin full body pada ke empat sisi mata angin. Hei astaga mengapa dia harus membuat kamar seperti ini? Sungguh dia hanya berusaha mewujudkan apa yang di inginkan wanitanya walau tak ayal dia sedikit berfantasi dalam hal itu. Tapi... mungkin fantasi itu hanya akan ada dalam kepalanya karena dia yakin dia tak pernah akan bisa untuk sampai pada saat itu.

Menggeleng pelan, Shendy menepikan rasa sesak itu lagi. Dia tidak boleh mengacaukan kunjungannya. Bagaimanapun rumah ini akan jadi tempat untuk wanitanya dan dia akan memberikan seluruh cintanya dalam rumah ini supaya kelak saat wanitanya mendatangi rumah ini wanita itu tau betapa dia mencintai wanita itu.

Membuka jendela yang mengarah pada area depan, Shendy kembali melebarkan senyumnya saat pemandangan luar yang dia lihat saat pertama kali menginjakkan kaki tadi terpampang dengan indah dari atas sini.

"Kamu bakal suka semua ini Hanny, aku tau kamu selalu punya harapan untuk ini." Cowok itu mengangguk sebelum kembali menutup jendela dan Beranjak turun.

Ini sudah larut, dia akan datang kembali nanti. Nanti kalau waktunya masih panjang. Dia juga sudah berjanji untuk menulis pesan pada wanitanya kan? Dia akan melakukan hal itu nanti. Sekarang dia akan pulang, dan menyampaikan pada wanitanya bahwa apa yang dia kerjakan untuk mewujudkan harapan wanita itu telah selesai sesuai yang dia inginkan.

Kembali menoleh pada Rumah, Shendy mengeluarkan handphone miliknya. Mengambil beberapa foto dari rumahnya. Shendy memasukan kembali handphone-nya saat dirasa cukup.

"Aku gak tau kamu bakal bisa nerima ini atau enggak Hanny. Tapi aku harap kamu suka dan mau nerima ini sebagai hadiah dari Aku. Aku berharap kamu bahagia dengan siapapun itu. Aku hanya bisa berharap itu Hanny" cowok itu menangguk pelan sebelum kemudian beranjak masuk ke dalam mobil untuk meninggalkan tempat itu.

_____

Oke!

Let's follow this Account!

Oke next!

See you.

Annoying BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang