Enjoy Reading.
____
Jam menunjukkan pukul 20. 30 Wib, saat Aditsya mengeluh bosan karena sejak tadi hanya bergulang ke kanan dan kiri hanya untuk mencari posisi yang tepat untuk membaca novel. Menoleh, cewek itu menemukan Shendy yang masih anteng dengan catatan lagu dan gitar cowok itu.
"Ann?"
"Umm? Kenapa Hanny? " Aditsya beranjak turun dari kasur, mendekat pada cowok itu yang masih saja fokus dengan gitarnya. Menyebalkan!
"Aku bosen, kita turun yuk!" Shendy menatap Aditsya-nya sebentar, menimang sebelum kemudian dengan cepat mengangguk .
Keduanya beranjak, menuruni tangga dan berakhir dengan duduk tepat didepan televisi dengan snack yang sudah berada dalam pelukan Aditsya dan filem horor yang mulai berputar. 30 menit berlalu, Aditsya meletakan snack yang semula cewek itu genggam keatas meja dengan gerakan gusar.
Kembali mendaratkan punggungnya pada badan sofa, Aditsya menghembuskan nafas bosan. Membuat Shendy menoleh dan menggeleng pelan.
"Kenapa lagi Hanny? " Aditsya masih terdiam
"Kamu bosen?" Menangguk cewek itu memainkan ujung baju Shendy seperti anak kecil.
"Aku bosen Ann, mau tidur gak bisa tidur. Mau makan udah kenyang, baca novel udah gak asik. Nonton filem gak seru. Bosen banget Ann" Shendy mengulas senyum gemas, mengusap pipi Aditsya lembut dengan kekehan kecil.
"Yah ampun, Aditsya-nya aku bosennn... terus mau apa? Um? " Aditsya menimang sebentar sebelum kemudian berkata pelan sedikit ragu.
"Gimana kalo kita jalan jalan?" Shendy menatap dengan kernyitan membuat Aditsya yakin kalau cowok disampingnya itu pasti tidak akan setuju, jadi sebelum Shendy berkata dan mengeluarkan kalimat yang akan membuatnya kesal, mungkin. Jadi dia memutuskan untuk berdiri.
"Boleh"
Langkah Aditsya tertahan, dia menoleh dan menunduk kearah Shendy yang menatapnya dengan seulas senyum hangat. Membuat Aditsya harus mengedipkan matanya untuk meyakinkan kalau ini sungguh benar.
"Serius?" Shendy mengangguk meyakinkan setelahnya beranjak menuju kamar untuk mengambil hoddie-nya yang dengan pasti di ekori oleh Aditsya yang terus menanyakan kalau ini sungguhan atau hanya bercanda.
Memasuki mobil, Shendy dari balik kemudi menoleh ke samping. Menatap Aditsya yang sangat antusias memasang sabuk pengamannya dengan riang.
"Tapi kita mau kemana?" Tubuh Aditsya seketika terdiam. Cewek itu tampak berfikir sebentar sebelum kemudian berseru lantang.
"Kita ke taman masa lalu!" Shendy menatap Aditya tak mengerti namun tak ayal mulai melajukan mobilnya mengikuti arah yang wanita-nya itu tunjukan.
Karena sungguh, dia masih tak tau jakarta walau sudah berada hampir 1,5 tahun di sini.
_____
Memarkirkan mobilnya dengan sempurna, Shendy menoleh sebentar kearah luar, memperhatikan area parkir taman yang lumayan ramai dengan para pengunjung walau malam sudah menuju pertengahan.
"Kamu serius mau kesini Hanny?" Aditsya mengangguk yakin dengan tatapan bertanya pada Shendy yang menggeleng heran.
"Tapi ini rame banget loh, yakin?" Aditsya sekali lagi mengangguk yakin.
"Aku serius Ann. Udah ah ayo!" Setelahnya cewek itu beranjak turun mendahului Shendy yang menyusul kemudian.
Menghentikan langkahnya Shendy menoleh pada Aditsya yang seketika terdiam menatap air mancur yang bersinar dengan hiasan pantulan cahaya bulan. Shendy ikut terdiam, menikmati angin yang berhembus pelan juga dengan riuh semar orang orang yang berbicara pelan. Aditsya mengulas senyum pedih, wanita itu menujuk sebuah kursi taman yang berada didepan mereka sekarang.
"Kamu liat kursi didepan sana Ann?" Shendy menatap kearah kursi yang dipisahkan kolam air mancur itu dengan pasti.
"Disana dulu, tempat dimana aku sering bilang kalo aku harus jadi apa yang Farrel mau" Shendy menoleh, mendapati air wajah Aditsya yang berubah sendu.
"Aku pernah atau mungkin sering punya pikiran. 'Apa aku bunuh diri aja ya? Aku cinta banget sama kak Farrel' dulu aku cupu banget. Udah cupu, bego, goblok lagi. Mau aja di kibulin sama perasaan tolol" Shendy terkikik tanpa suara atas kata yang Aditsya pilih untuk mengungkapkan perasaan wanitanya itu.
"Saking gobloknya aku mau aja gitu disuruh ini disuruh itu tanpa pernah ada ngeluh cuma buat dia seneng dan ngusap kepala aku lembut. Goblok kan?" Wanita itu menoleh, Shendy memberi anggukan hanya sekedar agar Aditsya merasa didengarkan bukan membenarkan kalau wanitanya itu bodoh.
"Tapi emang aku bodoh kayaknya sampe mau aja tiap hari di suruh nunggu sampe jam 7 malem cuma biar bisa ketemu dia diem diem di sana" Aditsya kembali menunjuk kursi di depan sana.
"Dan puncak dari ke bego-an aku adalah saat dimana aku ngasih apa yang harusnya aku jaga. Kehormatan aku. Cuma supaya dia gak ninggalin aku dan berhenti nyelingkuhin aku. Gila kan? Dan sekarang ? Aku disini sekarang. Sialan lo Farrel! Gwe sumpahin lo masuk neraka!"
"Hustt, gak baik Hanny." Shendy mengusap bahu wanitanya lembut.
"Aku gak tau seberapa susahnya hari hari kamu dulu. Tapi sekarang yang terbaik adalah, lupain semuanya dan iklasin, toh dia udah gak ada kan? Dan kamu pasti inget kenapa dia gak ada. Um?" Aditsya seketika tertunduk. Merasa apa yang Shendy katakan ada benarnya.
Shendy mengulas senyum. Menangkup wajah Aditsya, membuat wanita-nya itu agar menatap matanya.
"Jangan sedih. Ini malam minggu, harusnya kamu happy"
"Tapi aku ngerasa bersalah Ann, ngerasa gak ngerti, ngerasa... ahk! Aku gak tau ngomongnya?"
"Aku paham. Tapi kamu harus bisa ngelepasin semuanya. Jangan di simpen jangan di jadiin beban. Anggep aja semuanya kaya angin yang akan berlalu setelah sempat nyapa kamu." Aditsya terdiam, dengan tatapan yang perlahan mulai kembali berseri .
Shendy mengulas senyum, dengan perlahan mendekatkan wajah dan mencium bibir Aditsya dalam dan intens, mengabaikan semua sorot tatap orang orang yang mungkin sekarang tengah memandang kearah mereka yang semakin memperdalam ciuman. Ditengah taman, ditengah publik yang ramai akan orang.
Persetan!
Shendy dan Aditsya dengan dunia mereka!.
_____
Susah banget dapet ide. Astaga .
Semangat semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Boy
FanfictionBudayakan follow sebelum baca gaes! 🔞🔞🔞 BOYFRIENDS SERIES 05 Aditsya tidak tau kenapa dia bisa punya rasa yang berbeda terhadap cowok yang selalu mengusilinya saat dia sendiri sudah yakin bahwa hatinya hanya untuk Bagas Sattya Prattama. "ahh Shen...