006

23 9 2
                                    


Pagi , 08.25

" Dek udah dong kasihan ayah ditempelin gitu " ucapku seraya menarik tangan Aqila yang dari tadi selalu menempel manja ke ayah , Qila dan kemanjaanya sulit di pisahkan , seakan akan sifat manjanya sudah mendarah daging di hidupnya , dengan raut wajah cemberut Qila tambah kencang memeluk ayah.

" Engga kak, Qila tu rindu berat sama ayah , aku udah satu Minggu ga Deket Deket ayah, jadi hari ini pembalasan dendam ku ke ayah " Qila menatapku dengan sengit , lalu kembali memeluk ayah erat .

" Iya, tapi ga gitu juga dong , kasihan ayah kalau kamu kekepin ayah gitu " kutarik kembali tangan Qila dengan pelan tentunya , Qila tetap menolak dan memberontak .
Kuhembuskan nafasku pelan Aqila ini sudah 19 tahun tapi tingkah lakunya masih sama seperti dulu .

" Gapapa , biarin..." Bela Ayah dengan terus mengelus pelan pucuk kepala Aqila yang kini sudah seperti kucing manja . Huhh

" Iya oke , tapi jangan terlalu lama disini biarin ayah istirahat bentar lagi kamu keluar ya " omelku yang sama sekali tak dihiraukan Qila .

" Assalamualaikum " seketika kami tolehkan kepala untuk melihat siapa yang datang , ternyata mas Adi lagi .

" Waalaikumusallam , lho mas ngapain? " Ucapku heran menatap mas Adi yang hari ini terlihat santai dengan menggunakan polo shirt dan celana cargo pendeknya .

Mas Adi menatapku heran " Ngapain apa si? Yah nge-check ayahku lah, nanti ga kamu kasih makan ayahku kurus kasihan kan " ucapnya meledekku dan langsung mencium tangan ayah . Heh sembarangan ! Kupukul pelan bahunya yang kini duduk di ujung ranjang ayah . Mas Adi mengernyit seraya mengelus bekas pukulanku barusan , ayah dan qila terkekeh melihatnya .

" Ini anak ayah atau anak macan si galak bener , man suka Nabok sembarangan lagi , pedes nih " unjuknya pada bekas pukulanku barusan .

" Lagian mas Adi soudzon aja , akutu selalu menjaga ayah dengan baik dan sempurna , ya kali aku biarin ayah kurus huh " kuangkat lagi tanganku untuk berpura pura memukul nya lagi , mas Adi langsung berdiri mendekat ke ayah lagi .

" Tuh tuh kan apa kubilang , Galak banget kan yah? Ini hobi banget mukul orang " tunjuknya heboh kepadaku .

" Udah deh , mas Adi sama kakak jangan ke seringan berantem , pusing ni kita "

" Ga ada yang berantem Qila , mas Adi ni jahil banget huh " ucapku sinis menatap mas Adi .

" Lama lama jatuh cinta bahaya " HEH bocah asal ngomong ni , kualihkan mataku kearah Aqila dan menatapnya tajam .

" Apaansi dek , udah udah pergi sana biarin ayah istirahat , lihat kita ayah jadi tambah pusing nanti " ajakku pada Qila dan mas Adi , tak kusadari ayah dari tadi hanya diam saja menatap kami dengan tersenyum.

" Ayah maafin kita yaa, ini mas Adi memang suka ngeselin gini nii " lagi lagi mas Adi menatapku kesal , bodoamat .
Kutarik Aqila dan mas Adi keluar kamar setelah kami bantu ayah untuk segera istirahat kembali .

" Queen , minta tolong dong " tiba tiba mas Adi menarik rambut ku dari belakang , ini mas Adi sembarangan banget narik narik rambut , udah kek narik tali aja .

" Heh sembarangan aja , sakit tau " lagi , kali ini kupukul dengan sedikit keras sampai 'PLAKK'
mas Adi kembali mengelus bekas pukulanku tadi .
Mas Adi sampai meringis kesakitan , lanjut berjalan menuju sofa depan , menatapku dengan kesal .

" Kamutu dikit dikit mukul , sakit queen pedes tau ga? Tuh lihat sampai merah loh ini queen " tunjuk mas Adi di bekas pukulanku tadi , aku sedikit merasa bersalah karenanya .

" Ya maaf mas , lagian mas sembarangan narik rambutku , jadi refleks gitu , maafin aku ya masss ". Mas Adi hanya diam sambil mengelus tangannya .

" Nah lho kak , marah tu mas Adi lagian kakak bar bar banget sampe merah gitu duhh parahh " sial , aku tambah merasa bersalah , sakit banget ga si itu?

second choiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang