07. Lemes

8 2 0
                                    

                                         Happy Reading

"Perasaan tu anak kaya gak niat sekolah dah." Azzarin menyenggol lengan Fara seraya menggerakan kepalanya seolah-olah menunjuk kearah Zarra.

Fara menggelengkan kepalanya."Lagi setres tu bocah."

"ANYEONGG! ALICE BALIK LAGI NIHH GAES." Alice, si gadis lugu itu berteriak kencang dengan suara nyaring. Membuat hampir semua teman sekelasnya menutup telinganya masing-masing.

"Berisik."

Satu kata  yang Zarra ucapkan mampu membuat Alice terdiam. Apa katanya? Berisik? Dengan cepat Alice menghampiri Zarra yang sedang menenggelamkan kepalanya ditumpukan tangannya.

Alice melirik kearah Fara dan Azzarin."Zarra kenapa? Kok  kaya lemes gitu?" Fara, Azzarin menggelengkan kepalanya.

"Zar, lo kenapa si?" Fara menghampiri Zarra.

"Ah! Lo pasti ketauan sama bonyok lo terus lo di marahin."

"Emangnya Zarra kenapa?" Alice beralih menatap Fara.

"Dia malem ke club."

Mendengar jawaban Fara, awalnya Alice hanya mengangguk-nganggukan kepalanya, tetapi setelah itu ia dengan cepat melirik kearah Fara dengan watados.

"Club itu apa?"

Fara menghela nafasnya panjang, ia lupa kalo dihapannya kini ada seorang bocil TK.

"Tempat mab-"

"Tempat permainan."Sela Azzarin tersenyum manis kearah Alice. Namun, sepertinya terpaksa.

Mata Alice berbinar."Wahh, kayanya seru itu."

"Serah lo, deh."Fara mendelik malas, ia sudah tidak sanggup menjawab dan mendengarkan Alice berbicara.

"Zar, lo kenapa si, ayoo jawab! Gue tabok ni ye." Fara yang tengah memegang buku dengan sigap memasang kuda-kuda. Fara benar-benar sudah esmosi, menghadapi Zarra. Ditanya gak dijawab.

"Eh liat, i-itu Zarfan bukan si?" Fara menunjuk kearah pintu seolah-olah Zarfan benar-benar ada, padahal itu hanya sebuah pancingan supaya Zarra tertarik untuk bangun dan menjelaskan semuanya.

Dengan cepat Zarra bangun, dengan mata fokus kearah pintu."Mana? Zarfan?"

"Minii Zirfinn." Fara menirukan suara Zarra.

"Mana?"

"Iya Zarfan di pikiran lo! Zarfan, Zarfan, Zarfan, dan Zarfan!" Fara mendelik malas.

"Ahh sialan lo." Zarra mengusap wajahnya kasar.

"Lo kenapa si? Wajah lo tu jadi kusut gitu, kaga ada cahaya-cahaya nya." Ujar Azzarin, sedangkan Zarra anak itu hanya terdiam dan menghela nafasnya panjang.

"Dari awal dateng, masuk terus duduk, lo gini terus. Kaya gak niat idup lo." Sambung Fara.

"Terus, tumben-tumbenan banget lo malem pergi ke club, ada masalah lo? Mana nama gue dibawa-bawa lagi." Grutu Fara.

"Oh iya, thanks ya buat malem dah jemput gue." Ucap Zarra.

"Sans aja, tapi masalahnya lo kenapa, pea? Biasanya gak gitu." Fara mengubah posisi duduknya dengan cepat.

Zarra menghela nafasnya panjang." Cuma lagi pengen aja."

"Lo gak takut dikeluarin dari kartu family gituh?" Tanya Fara menatap Zarra dengan tatapan sinis.

Zarra menggeleng cepat."Enggak, soalnya gue baru aja mau dibikinin kartu family baru sama bonyok gue. Khusus buat gue."

Ucapan Zarra mampu membuat semuanya mengerinyitkan dahinya heran, apa katanya?

"Hah? Maksud lo?"

Zarra menggigit pelan bibirnya, ia bingung harus menjawab apa. Arghhh!

"Gak apa-apa."

                                             _Elzharra_

"Bunda, izin mau keluar." Zarra hendak melangkahkan kakinya. Namun, langkahnya terhenti begitu saja kala Rina berujar.

"Eitss, mau kemana?" Tanya Rina, ia menaruh majalah yang sedang ia baca ke meja, lalu berjalan menghampiri Zarra.

"Mau main."

"No!"

"Loh? Kenapa Bund?" Tanya Zarra kala Rina sama sekali tidak mengizinkannya untuk keluar.

"Calon pengantin gak boleh keluar rumah, apalagi kalo tinggal Dua hari lagi menuju hari H." Penuturan Rina mampu membuat Zarra terdiam. " Zarra beneran mau nikah?" Tanya Zarra tak percaya.

Dengan cepat Rina mengangguk."Ya, Dua hari lagi."

Rina hendak melangkahkan kakinya. Namun, ia kembali membalikan badannya kala lengannya di cekal Zarra.

"Kenapa?"

"Bund, Zarra tetep sekolah kan?" Tanya Zarra.

"Iya, kenapa?" Dengan cepat Zarra menggeleng.

"Tapi Zarra bosen, Zarra pengen main." Zarra kembali memohon kepada Ibunya itu. Namun, sepertinya itu sangat amat sulit.

"Enggak, gak boleh. Kalo kata Bunda gak boleh, ya gak boleh."

Setelah itu, Rina pergi dari hadapan Zarra yang hanya menghelas nafasnya panjang. Ia sudah mengenakan pakaian rapih, wangi serta ketceh. Tetapi,itu semua sia-sia begitu saja. Benar-benar kesal Zarra dibuat Ibunya. Seketika ide muncul di otak Zarra, ia tahu bagaimana caranya agar bisa keluar! I

"Oh iya! Gue kabur aja." Zarra hendak berjalan."Ehh.. tapi.."

"Ahh bodo amat!"

Zarra mulai berjalan santui, sehingga seketika suara bariton khas Emak-emak terdengar begitu nyaring, siapa lagi kalo bukan Bunda kesayangan Zarra.

"KABUR BUNDA SITA CARD NYA!"

Zarra terdiam, ia memutuskan untuk berhenti berjalan ketika mendengar ancaman sang Bunda yang mengerikan.

Zarra menghela nafasnya panjang, ia menggrutu dan merutuki Ibunya didalam hati. Ia sangat kesal benar-benar kesal.

"Iya Bunda, Zarra gak pergi kok."

Zarra berbicara dengan sangat lembut, tak lupa senyum terpaksa yang ia kembangkan di mulutnya.

Zarra celingak-celinguk mencari seseorang, ahh sepertinya sudah tidak ada siapa-siapa. Gass lah. Kalian jangan heran serta aneh, Zarra adalah si anak nekat pemberani dan pantang menyerah.

Zarra mulai melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit, melancarkan aksi nekatnya yang ke Dua kalinya.

"Zarra!"

"Iya Bunda iya!" Dengan cepat Zarra berlari terbirit-birit.

Sudahlah, apapun yang dilakukannya walaupun tidak dihadapan Ibunya pasti ketauan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELZHARRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang