Tak Ingin usai

260 19 1
                                    

Jimin berdiri menatap hamparan lampu di hadapannya. Melarikan diri tepat di hari anniversary nya. Atau mungkin failed Anniversary. Mata sipitnya menatap hamparan cahaya dari lampu di hadapannya. Berdiri bersandar pada pohon yang sudah berdiri kokoh sejak dia menemukan tempat ini.

Merasa air mata akan lolos, Jimin mendongakkan kepalanya menatap hamparan bintang di langit. Tubuhnya merosot hingga jatuh terlentang dengan air mata yang mulai menetes namun masih menatap bintang-bintang di langit. Menahan isakan, menutup matanya dengan tangan menyisakan tetesam air mata di ujung matanya.

.

.

.

.

Jimin menatap Yoongi penuh puja. Sahabat kakak nya, Park Seokjin sekaligus kekasihnya ini adalah cinta pertama Jimin. Mereka sudah menjadi kekasih ketika Jimin memasuki kelas 3 SMP dan Yoongi yang duduk di bangku 2 SMA hingga sekarang Yoongi sudah lulus kuliah dan bekerja di salah satu rumah produksi terkenal. Sedangkan Jimin yang kini berada di bangku semester 8.

Yoongi mengusap pipi gembil Jimin dengan gemas.

"Bagaimana skripsinya Jiminie?" Tanya Yoongi

"Lelah hyungie~ capek~ dosennya ngeselin" keluh Jimin. Yoongi tertawa mendengarnya lalu mengusap kepala Jimin dan membawa tubuh mungil Jimin kedalam pelukannya.

"Ayo semangat!! Sebentar lagi lulus dan wisuda kan. Katanya mau langsung kerja di agensi milik Namjoon" semangat Yoongi. Jimin mengangguk dalam pelukan Yoongi dan memeluk erat Yoongi. Yoongi sendiri tersenyum dan mengecup pucuk kepala Jimin sambil mengusak rambut halus Jimin.

.

.

.

.

Jimin membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya. Menghela nafas pelan. Bersyukur bisa sampai di rumahnya dengan selamat setelah menangis hebat tadi. Jimin menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan lelah.

Merenung

Bagaimana nasib percintaannya yang kandas setelah hampir 10 tahun bersama. Cinta nya yang kandas setelah 10 tahun bersama.

Merenungi semua momen yang tak mungkin dia jalani lagi dengan Min Yoongi. Mantan kekasihnya yang begitu dia cintai. Yang selalu berada di saat dia sedih, terluka, bahagia, gembira dan ada di semua momen indahnya.

Menatap cincin di jari manisnya, pemberian Yoongi tepat ketika dia lulus kuliah tahun lalu. Menatap cincin di jari manisnya sambil memutar kenangan indah dengan Yoongi. Tapi mengingat kejadian kemarin sore membuatnya sadar kalau semuanya hilang karena Min Yoongi sendiri yang menghentikan semua momen dan hubungan indah mereka.

.

.

.

Memeluk Seokjin dengan erat, Jimin tau kalau dia sangat terluka tapi dia begitu mencintai Yoongi. Menangis di pundak lebar Seokjin. Tangis sedih dan pasrah atas keputusan Yoongi.

"Jangan menangis Jiminie" kata Seokjin dengan lembut

"Hyung percaya pada takdirmu dan Yoongi. Kalian pasti akan bersama. Yoongi sangat mencintaimu" lirih Seokjin

"Hyung huks" isak jimin

"Hmm" gumam Seokjin

"Jimin mau tunggu Yoongi hyung" lirih Jimin. Seokjin memeluk erat adiknya itu. Menyemangati Jimin agar tetap semangat dan tidak lesu dan sedih.

.

.

.

.

Jimin tidak tahu kalau takdir se bercanda ini. Setelah keributannya dengan Yoongi, Di tempat kenangannya dengan Yoongi, dia menemukan Yoongi juga ada disana.
Yoongi masih tampan dengan kemeja merah dengan list hitam dan kaos putih dengan huruf FG yang Jimin menjadi favorit Yoongi juga jeans yang menjadi favorit Yoongi dan merupakan pemberian Jimin.

Mata mereka bertatapan dan Jimin tidak bisa menahan air matanya. Mereka baru saja bertemu satu jam yang lalu dengan Yoongi yang mengatakan perpisahan. Tapi mereka bertemu di tempat yang penuh kenangan.

Jujur saja Jimin tidak tahu mengapa mereka harus berpisah hanya karena pekerjaan Yoongi di luar negeri. Jimin tahu bahwa Yoongi akan menetap lama disana dan ada kontrak supaya Yoongi tidak memiliki hubungan yang bisa di ekspos demi karirnya. Jimin bertanya-tanya, Yoongi itu komposer, berada di balik layar tapi mengapa harus mengikuti hidup seperti artis yang di hadapan layar.

Menatap mata Yoongi, Jimin tahu bahwa Yoongi masih mencintainya. Melihat bagaimana mata itu khawatir melihat air mata yang berlomba turun dari mata Jimin. Jimin bisa saja egois menahan Yoongi. Namun Jimin ingin Yoongi menggapai mimpinya. Yoongi memang mengatakan hanya beberapa tahun, meminta Jimin menunggunya apabila sanggup namun tanpa kontak langsung maupun online. Tentu saja itu menyiksa untuk Jimin. Dan Jimin dengan segala ke overthinking yang ada di kepalanya tentu akan di rundung ketakutan apabila melanjutkan hubungan ini. Dan Yoongi paham itu.

Maka dari itu, Yoongi memutuskan hubungannya dengan Jimin. Memang egois kedengarannya. Tapi Yoongi sendiri pun tak ingin meninggalkan Jimin. Tapi mimpinya, usahanya sudah di depan mata. Hanya selangkah dan beberapa perjuangan kecil dia akan mencapai mimpinya. Mimpi yang bahkan juga didukung Jimin.

Yoongi melangkahkan kakinya menghampiri Jimin. Hatinya sakit melihat Jimin yang menangis dan tampak kuyu di hadapannya.

"Sampai jumpa Jiminie" lirih Yoongi lalu pergi meninggalkan Jimin. Membuat isakan Jimin semakin keras dan semakin banyak menumpahkan air mata dari mata sipitnya. Yoongi sendiri juga dengan berat hati melangkah meninggalkan Jimin. Mengepalkan tangannya sekuat tenaga, menahan keinginan untuk berbalik dan membawa Jimin pada pelukan hangatnya. Menenangkan kekasih hatinya untuk berhenti menangis. Mengusap kepala Jimin menenangkan Jimin seperti yang biasa dia lakukan ketika menemani Jimin dikala Jimin lelah, lemah dan sedih.

Memasuki mobilnya, sekali lagi menatap Jimin dari belakang,menahan seluruh keinginan untuk berlari dan memeluk Jimin yang sudah jatuh berlutut dan menangis sesenggukkan.

Mengusap wajahnya kasar Yoongi mengeluarkan handphonenya dan mengirimkan pesan pada Seokjin beserta dengan location yang Yoongi lakukan untuk mempermudah Seokjin. Karena bagi Yoongi, Seokjin pasti tahu apa yang harus dilakukan. Dan Seokjin yang tahu bagaimana isi hati mereka berdua.

.

.

.

.

.

Jujur walau mendukung keinginan Yoongi, Jimin tidak ingin Yoongi pergi. Dia tahu bagaimana kegalauan Yoongi. Dan setelah penjelasan Seokjin, Jimin paham bagaimana ada di posisi Yoongi dan bagaimana Yoongi begitu memikirkan Jimin.

"Kalau nanti setelah Yoongi pergi megejar cita-citanya, dia tidak ingin Jiminie sendirian. Yoongi ingin Jimin punya sandaran ketika Yoongi pergi. Karena Yoongi merasa saat ini dia ga bisa jadi sandaran Jimin. Jadi demi kebahagiaan Jimin, Yoongi memutuskan hubungan kalian. Yoongi tahu bahwa dia akan sibuk dan fokus mengejar impiannya. Dia tahu bagaimana kerasnya industri ini dan dia tidak ingin Jiminie kesusahan. Yoongi ingin Jimin juga fokus pada impian Jiminie. Ketika saatnya tiba nanti, ketika Yoongi merasa sudah pantas dan siap menjaga Jiminie, Yoongi pasti akan kembali. Makanya bukan selamat tinggal kan Jiminie? Tapi sampai jumpa. Yoongi juga sama berharap kalian bisa bertemu lagi seperti yang Yoongi ucapkan dari perpisahannya"

Tidak panjang, tidak juga pendek tapi Jimin percaya kalau dia akan bertemu lagi dengan Yoongi. Jadi dengan pesan singkat  Jimin meyakinkan Yoongi kalau Jimin ada disana, di tempat kenangan mereka menanti Yoongi untuk kembali. Dan berharap mereka akan bertemu kembali seperti yang di ucapkan Yoongi sebelum Yoongi benar-benar meninggalkan Jimin.

.

.

End

.

.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YoonMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang