10. Terjatuh

105 7 0
                                    

Selor dan para pengawal kerajaan sudah bersiap di depan rumah sakit. Rencananya Camilla dan tim survey akan satu mobil dengan Selor sebagai drivernya. Pengawal kerajaan seperti biasa membuntuti dari belakang. Camilla membukakan pintu untuk dokter Abellina, lalu duduk disampingnya diikuti oleh Serena namun dicegah oleh Camilla. 

"Jeep ini kecil Serena tidak muat jika bertiga. Duduk depan dengan Selor" Camilla menutup pintu.

Serena dengan berat hati membuka pintu depan dan duduk di samping Selor. Gadis itu memakai kacamata hitam untuk menutupi mata sembabnya. Rasa canggung meliputi mereka berdua. Serena hanya diam, sama sekali tidak menatap Selor begitu sebaliknya. Selor menghidupkan mesin mobilnya. 

"Kita berangkat " Selor menarik tuas rem mobil dan menginjak gas meninggalkan rumah sakit. 

Camilla memulai pembicaraan. "Berapa lama kita sampai Selor ?"

"Sekitar 1 jam Yang Mulia..."

"Ooh cukup lama juga ya." 

"Iya tetapi akan terbayar sesudah kita sampai disana pemandangan dari Sungai Algoneda sangat indah setidaknya 5 tahun lalu terakhir aku datang kemari" Dokter Abellina menyahut.

"Disana ada air terjun dengan pemandangan yang bagus aku berharap bisa kembali kesana" Dokter Abellina menambahkan.

"Ya, aku juga harap kita ada waktu kesana" jawab Camilla. Suasana dalam mobil tenang kembali. Dokter Abellina tertidur karena kelelahan. Perjalanan masih setengah jam lagi. Selor mengendarai mobil dengan cepat dan halus, jalan yang berkelak-kelok tidak membuat Selor berjalan seperti siput. Kemampuan pengawal kerajaan memang beda. 

"Sunyi sekali disini , bisakah kalian menghidupkan radionya ?" ujar Camilla.

Serena dan Selor menyentuh tombol radio secara bersamaan. Jari mereka saling menyentuh. Serena yang pertama menarik tangannya.

 "Sorry..." kata Serena pelan. Akhirnya Selor yang menghidupkan radionya.

"Lagu membuat suasana disini lebih baik" Camilla mengatakannya sambil melihat Selor dan Serena aneh. 

'Tangisan Serena tadi pasti berhubungan dengan Selor' batinnya . Camilla bukannya tidak menyadari keanehan ini, biasanya saat mereka pergi dengan Selor, Serena berebut untuk duduk di samping Selor dan gadis itu akan banyak omong sepanjang perjalanan. Selor hanya mendengarkan dengan kuwalahan namun tetap tersenyum. Tini suasana begitu canggung kentara jelas.

Walau mereka berada ditengah-tengah pegunungan namaun udara disana tidak terlalu bagus, tidak segar seperti suasana di pegunungan pada umumnya. Walau jam menujukkan pukul 1 siang tetapi matahari malu-malu bersembunyi dibalik kabut tipis. 

"Kita sudah sampai Yang Mulia " Selor menepikan mobilnya.

"Ya kau benar" Camilla lalu membangunkan dokter Abellina yang masih tertidur. Serena turun lebih dulu menghampiri warga sekitar yang ternyata sudah menunggu kedatangan mereka. 

"Selamat datang dokter, aku harap wabah ini segera berakhir. Suamiku berada di rumah sakit tetapi aku harus tetap disini untuk menjaga kebunku" kata seseorang nenek tua yang memberikan air kepada Serena dan para rombongan.

"Kami akan berusaha untuk menyembuhkan mereka sehingga mereka bisa pulang dan berkumpul dengan keluarga" Serena menyentuh tangan nenek itu. Camilla menuju ke arah mereka.

"Kenapa anda masih bekerja, di usia anda ini seharusnya anda beristirahat di rumah" tanya Camilla.

"Aku mempunyai 5 cucu dan anak-anakku yang bekerja di pabrik tidak bisa mencukupi kebutuhan kami. Pabrik-pabrik itu mengupah warga kami dengan tidak layak. Sungai - sungai juga tercemar dengan limbah. Walau tanah ini terletak di pegunungan tetapi kondisi ini tidak sehat sama sekali. Bahan-bahan pokok juga semakin mahal" 

The Albino's Princess and The Dark WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang