Thomas bangun terlebih dahulu. Camilla masih tertidur dengan bibir sedikit terbuka. Thomas masih menatapnya intens dengan rambut putih panjangnya yang tergerai.
Pria itu menarik tangannya dan bersiap untuk berdiri, ia melakukannya dengan sangat hati-hati. Tetapi sedetik kemudian mata gadis itu terbuka, hampir berteriak jika saja Thomas tidak menindihnya dan menutup bibir mungil itu dengan tangan kekarnya.
Camilla melotot dan bersuara tidak jelas.
"Asjdjnsnkdksksmsm"
"Diam! Dan jangan berteriak Camilla!" Tegas Thomas.
"Ephumuksudmmuhehhh"
"Kau akan kesakitan jika kau tidak menurut padaku. Atau kau ingin aku melakukan hal tak senonoh padamu? Atau menciummu lagi...mungkin? Aku bisa melakukan lebih dari itu walaupun kau akan menyesalinya kemudian" Thomas semakin mengetatkan jemarinya menekan ke bibir gadis itu.
Camilla menggeleng cepat.
"Jenghenlkukanitu""Berjanjilah kau akan diam," desis Thomas tajam.
Gadis itu mengangguk lagi.
Thomas mengendurkan tangannya. Camilla dengan cepat mundur kebelakang dan menutupi tubuh atasnya sampai belakang kepalanya terantuk sofa."AWW!" jerit Camilla.
"SIALAN KAU THOMAS!" Camilla mengelus kepalanya.
Thomas hanya tertawa kecil. "Kau tidak perlu takut begitu, Princess. Tubuhmu bukan seleraku. Wanita-wanitaku sebelumnya tidak curvy sepertimu. Sekarang pergilah mandi. Kita akan berangkat setelah ini" Thomas bangkit berdiri meninggalkan Camilla.
"Tidak curvy, tidak curvy apa?! Bilang saja aku gendut. Dasar, BODYSHAMING!!!"
Terdengar cekikikan kecil dari Thomas.
"Nah, itu kau yang bilang sendiri ya"
Camilla melempar bantal ke arah Thomas, namun pria itu segera menghindar masuk ke kamar, sehingga hanya mendarat di luar pintu.
***
"Thomas! Lihat! Apakah itu Big Ben?" seru Camilla.
"Hmm"
Thomas hanya melirik ke arah yang ditunjuk Camilla.
"Sungai Thames! Aku melihatnya kemarin! Seru Camilla sepanjang jalan yang menarik perhatiannya.
Dan kesekian kalinya Thomas hanya berdeham menjawab apa adanya. Apa istimewanya? Thomas melihatnya setiap hari. Tapi tidak bagi gadis disampingnya. Seperti tour kecil. Memang kemarin gadis itu sudah berkeliling, tetapi sendirian. Kali ini gadis itu mempunyai lawan bicara walaupun ogah-ogahan menanggapinya.
"Aku mungkin tidak akan bisa melihat sebebas ini lagi jika sekarang aku masih bersama Adam"
Kali ini Thomas menanggapinya dengan serius. "Siapa Adam?" tanya Thomas penasaran.
"Oh, dia tunanganku" jawab Camilla lalu melihat pemandangan lagi.
"Jadi dia pacarmu..." balas Thomas.
"Bukan pacar, dia tunanganku. Kami dijodohkan. Biasa, lebih karena politik."
"Kau tidak mencintainya?"
"Dia tampan"
"Yang aku tanyakan apa kau mencintainya?"
Camilla hanya diam.
"Kau tidak tahu saja. Aku tidak mempunyai pilihan lain selain mencintainya jika dia menjadi suamiku" ucap Camilla perlahan.
"Tidak sepatutnya menikah karena terpaksa. Kau bisa kabur kan seperti sekarang."
Camilla tertawa pelan tetapi tatapannya berubah sendu. "Kau mengatakannya seolah-olah itu mudah, Thomas. Aku sendirian sekarang. Menutupi jati diriku kalau-kalau mereka menemukanku, aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada dunia."
Thomas menepikan mobilnya.
"Tunggu disini," Pria itu keluar sebentar dan kembali membawa burger dan Ice cream cup.
Thomas memberikannya untuk Camilla.
"Sarapan untukmu. Kau harus mempunyai kekuatan untuk menghadapi dunia. Dunia ini kejam, Camilla. Hadapi lagi setelah perutmu kenyang."Camilla hanya melongo. "Aku tidak tahu bahwa Burger dan ice cream akan mengalahkan dunia" ujar Camilla.
"Coba saja dulu kau akan tahu rasanya."
Sementara Camilla memakan burgernya. Telepon Thomas berdering.
"Ya, mate"
"............."
"Apa? Rapat terbatas? Apa tidak bisa ditunda? Ada yang harus kuurus sekarang" Thomas menatap Camilla yang masih menikmati es krimnya.
"Fu
KAMU SEDANG MEMBACA
The Albino's Princess and The Dark Warrior
RomanceThomas James Alston adalah petarung MMA paling ditakuti di Inggris. Terkenal dengan bogem mentahnya yang melumpuhkan lawan dalam satu pertandingan. Suatu hari dia diperintahkan untuk menculik seorang Putri dari Negara Monarki Albaroccea, Putri Camil...