PIP!
38.5° celsius.
Hua Cheng terkesiap ala drama melihat angka yang ada di termometer.
Hua Cheng merasa dunia akan hancur detik ini juga.
"Oh, tidak ... Gege ...." suara Hua Cheng gemetar, penuh ketakutan.
Xie Lian berusaha menenangkan, walau kesusahan. "San Lang, aku baik-baik saja."
Hua Cheng menentang keras akan pernyataan itu. "Tidak! Gege sama sekali tidak baik-baik saja! Gege kena demam begini, apanya yang baik-baik saja?"
Xie Lian tidak tahu harus tertawa atau menangis melihat kekasihnya begitu panik. Ia baru saja akan berbicara, sebelum terbatuk pelan.
Melihat itu, Hua Cheng langsung berlari ke dapur. Mengambil teko air, termos, gelas, kotak P3K, baskom kecil, dan handuk. Lalu, kembali dengan kecepatan kilat sampai terdengar bunyi lantai berdecit.
"GEGE! AKU KEMBALI!"
"San Lang ...."
Hua Cheng langsung memberikan Xie Lian segelas air hangat. Xie Lian menerima dan meminumnya. Setelahnya, Hua Cheng membaringkan kekasihnya, lalu menempelkan kompres hangat di dahi Xie Lian.
Xie Lian tentu saja senang dengan perhatian serta cara bagaimana Hua Cheng merawatnya. Akan tetapi, ada satu hal yang Xie Lian khawatirkan.
"San Lang, kamu tidak berangkat ke sekolah?" tanyanya.
"Aku akan bolos untuk hari ini," jawab Hua Cheng langsung tanpa ada niat berbohong.
Mendengarnya, Xie Lian langsung bangun dan mencubit pipi Hua Cheng. "Tidak, tidak boleh."
"Twapwi ..."
"Sebagai guru, aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Seorang murid membolos karena guru? Tidak."
"Twapwi, iwnwi gwegwe ... Bwukwan owrwang lwain," balas Hua Cheng dengan mata memelas.
Biasanya, jurus ini selalu ampuh pada Xie Lian. Namun, karena si cantik sedang memasuki mode guru, jurus itu tidak mempan.
"Tidak."
Mata Hua Cheng berkaca-kaca.
Xie Lian melepas cubitannya. Ia mengusap pipi Hua Cheng yang memerah. "San Lang, kesalahanku tidak menjaga kondisi tubuhku sendiri. Tapi, aku tidak bisa membiarkan kamu melalaikan tugasmu sebagai pelajar. Membolos itu tidak baik."
"..." Di sudut hati terkecilnya, Hua Cheng merasa bersalah karena ia sebenarnya sering membolos.
"Aku tahu kamu sering membolos. Guru Shen dan komite kedisplinan ada memberikan laporan ke setiap wali kelas."
Hua Cheng mengaku salah. "Maafkan aku."
"Jadi, kamu berangkat sekolah ya?"
"..."
"Ya?" Xie Kian terus membujuk.
Hua Cheng mencebik. Lalu, memeluk Xie Lian. Tubuh Xie Lian terasa hangat, enak untuk dipeluk. Kalau bisa, Hua Cheng tidak mau melepaskannya.
"Aku sebenarnya tidak mau," ucap Hua Cheng dengan nada merajuk. Kemudian, ia mengangkat wajahnya, menatap sang pemuja hati.
"Tapi, gege bilang, aku harus berangkat. Jadi, aku akan pergi."
Xie Lian mengusap kepala Hua Cheng. "Anak baik." pujinya.
"Gege tidak apa sendiri?"
Xie Lian menggeleng. "Aku tidak sendiri. Ada mereka," ucapnya menunjuk ke belakang Hua Cheng.
Hua Cheng menoleh. Seketika wajahnya berubah masam melihat siapa yang dimaksud Xie Lian.
"Sudah selesai mesranya? Kalau sudah, cepat pergi sana, bocah," kata si tamu pertama---Mu Qing dengan wajah judes.
Feng Xin selaku tamu kedua berkata sambil menghampiri Xie Lian, "Aku ada bawa bubur dan obat. Kamu sudah minum obat?"
Xie Lian tersenyum. "Terima kasih, Feng Xin, Mu Qing. Kebetulan sekali aku belum makan."
Hua Cheng menatap kedua tamu itu, lalu Xie Lian secara bergantian. Tampak ekspresi tidak senang dan tidak percaya di wajah tampan si pemuda.
Xie Lian tahu betapa antinya Hua Cheng terhadap kedua teman masa kecilnya. "Tenang saja. Aku yang memberi tahu mereka password rumah kita. Mereka tidak menyusup atau sebagainya. Aku yang meminta mereka datang kemari."
Hua Cheng terus menatap Mu Qing dan Feng Xin.
"San Lang."
Hua Cheng dengan berat hati menyerah. "Aku pergi dulu ya."
"Hati-hati ya."
Sebelum pergi, Hua Cheng memeluk Xie Lian lagi. Tak lupa dengan mencium kedua pipi dan dahi sang tercinta. Ingin juga mencium bibir, namun Xie Lian takut Hua Cheng akan tertular.
Melihat kemesraan itu, Mu Qing tidak bisa untuk tidak memutar bola matanya. "Kalian bukannya mau pisah jauh, tapi kenapa berlebihan begitu? Seperti drama sabun saja."
Xie Lian tertawa pelan. "Bukankah San Lang terlihat imut?"
Mu Qing merasa jengkel. "Matamu tidak waras."
END
Xie Lian walau sakit tetap tegas 🥺
26 Juli 2022