Play Mulmed
(Taylor Swift - Lover)...
"Apa itu tadi?" Pertanyaan yang dilayangkan Jennie membuat sosok tampan yang duduk di sebelahnya saat ini memalingkan wajah dengan salah tingkah. Melihat itu tawa sang gadis lantas mengudara. "Kau benar-benar pria yang tidak dapat ditebak, Taehyung."
"Sudah lah, Jen. Kau tidak bosan mengejekku sejak lima belas menit yang lalu? Aku malu."
"Tidak," sahut Jennie disusul dengan menjulurkan lidahnya—mengejek sang lawan bicara. "Tapi kau harus tahu bahwa jantungku masih berdebar sampai sekarang. Ah, andai saja kau bisa mendengarnya."
Suasana pantai yang tenang disertai deburan ombak yang menghantam pasir pantai begitu lembut menambah nuansa romantis di antara sepasang muda-mudi itu. Pemuda Kim dengan nuansa dingin yang menjadi ciri khasnya itu menarik Jennie agar duduk lebih dekat dengannya, merangkul bahu gadis itu dengan mesra, dan menyatukan pelipis mereka tanpa bicara. Keheningan yang tercipta tidak terasa canggung sama sekali. Mereka seakan membiarkan waktu kebersamaan ini berlangsung damai menyalurkan afeksi lewat bahasa tubuh.
"Kupikir malam ini aku akan menangis karena perkataan Johnny," ungkap Jennie sebagai pembuka konversasi di antara mereka. Tatapannya jatuh pada kedua kakinya yang ditekuk, lalu beralih pada kaki Taehyung yang berada tepat di sisi kanannya. "Aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku tidak pernah berpikir bahwa keinginanku untuk berteman denganmu berubah menjadi rasa suka."
"Aku juga." Di luar dugaan, Taehyung menyahuti perkataan Jennie dengan suara rendahnya. "Pada awalnya aku hanya penasaran siapa gadis ramah yang selalu diceritakan oleh teman-temanku, tapi kemudian aku mulai sering memperhatikanmu tanpa kusadari. Ketika kita menjadi dekat setelah insiden tangga, aku bersikap ketus karena jantungku tidak pernah berdetak normal di sekitarmu. Kupikir itu disebabkan ketidakbiasaanku dengan orang baru, tapi ternyata itu karena aku menyukaimu."
"Itu sebabnya kau tidak suka ketika aku lebih dekat dengan Jaehyun," ujar Jennie dengan seulas senyum jahil. "Kau cemburu."
"Kalian sahabat yang benar-benar serasi jika menjadi pasangan. Aku selalu merasa begitu jauh dan tidak tahu banyak tentangmu ketika Jaehyun berada di sekitaran kita." Pemuda itu tertawa kecil mengingat bagaimana ia mengabaikan eksistensi Jennie hanya karena malu telah bersikap kekanakan dan berusaha menjauhkan sepasang sahabat itu. "Tapi Jaehyun justru menjadi pihak pertama yang kuberitahu mengenai rasa sukaku padamu."
Chup!
Satu kecupan yang didaratkan dengan malu-malu oleh Jennie pada pipi kirinya membuat Taehyung membulatkan mata dengan badan yang mendadak kaku. Mereka berpandangan selama beberapa saat hingga akhirnya Jennie menunduk karena tak kuasa mempertahankan dirinya di hadapan bola mata hitam milik pria itu.
"Kau banyak bicara hari ini," gumamnya cukup jelas untuk didengar. "Apa kau tahu bahwa kata-katamu bisa membuatku meledak karena terlalu senang?"
"Aku juga senang bersamamu."
Ah, manisnya! Andai saja Jennie tahu lebih awal bahwa jatuh cinta terasa semendebarkan ini, mungkin ia rela menurunkan gengsinya demi pemuda dingin yang melabelinya dengan sebutan pangsit di sebelahnya ini.
Gadis itu menarik napas dan tertawa kecil ketika ia bertanya kepada Taehyung. "Jadi kita ini apa? Kalau bukan teman, lalu apa?"
"Kekasih." Taehyung mengeratkan rangkulannya pada Jennie. Entah karena dinginnya udara atau rasa malu yang menjalar, telinganya terlihat berwarna merah sekarang. "Kita sepasang kekasih. Kau tidak keberatan 'kan menjadi kekasihku?"
"Kenapa harus keberatan jika berkencan dengan orang yang kusuka?" balas Jennie dengan pipi merona. "Dasar pria aneh!"
"Kalau begitu, apa boleh aku boleh menciummu lagi?" Jari telunjuk Taehyung bergerak menyentuh bibir bawah gadis itu dan menyusapnya dengan pelan. "Di sini."
🥀
Kegiatan mereka pagi ini adalah bermain game air, yakni voli menggunakan bola karet. Seluruh anggota kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dalam permainan kali ini. Entah memang disengaja atau tidak, Jennie dan Taehyung ditempatkan di dalam satu regu. Permainan berlangsung seru dan heboh. Setiap pemain kesulitan untuk menangkap bola yang datang lantaran kaki mereka terasa berat digerakkan di dalam air. Cipratan air silih berganti membasahi tubuh penonton ketika beberapa pemain melompat demi memberi pukulan di udara.
"Aku!" seru Jennie saat bola yang diberikan tim lawan—Jaehyun—datang ke arahnya.
Gadis itu melompat cukup tinggi dan berhasil memukul, namun pendaratannya tidak sempurna. Ia tergelincir dan mungkin saja tenggelam jika saja kedua lengan Taehyung menahan bahunya. Pemuda itu membantunya berdiri dengan benar dan bertanya apakah ia baik-baik saja. Pemandangan romantis itu pun menjadi bahan godaan seisi kelas—membuat pasangan baru itu malu sendiri.
"Ah benar-benar! Kalian bisa tidak berhenti membuatku merasa iri?!" Geraman frustasi Jaehyun mengudara dari seberang sana. "Ssaem, harusnya yang berkencan dilarang satu tim. Mereka mengganggu jalannya permainan karena bermesraan," keluhnya pada Guru Lee.
"Bilang saja kau iri," balas pria paruh baya itu dengan enteng. "Percuma wajahmu tampan jika tidak punya kekasih."
Tawa membahana memenuhi tempat itu. Taehyung dan Jennie saling berpandangan dan ikut tertawa karena merasa situasi saat ini terasa lucu sekaligus mendebarkan. Hari itu menjadi salah satu hari bersejarah di masa SMA yang tidak akan terlupakan.
(tbc)
🤩✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You, Kim Taehyung [on going]
Fanfiction[Trailer Tersedia | Baku] -Taennie- Dear you Kim Taehyung, pria dingin dengan sejuta pesona dalam kemisteriusan. ✋⚠️ : Angst, melodrama, sickness. (Follow author sebelum membaca) ©luluaps, March 2021