Chapter I : Buku Usang

30 9 6
                                    

Sorak sorai menggema seluruh stadion. Lagi dan lagi gadis itu mengehela nafas mencoba menenangkan dirinya. Sebuah tepukan dipundak membuatnya menoleh menatap pria paruh baya seumuran ayahnya "Tenang Dhira, kamu pasti bisa. Cukup perlihatkan hasil latihanmu" ujar pria itu, pak Eko pelatihnya. Gadis itu mengangguk membenarkan letak tas yang berisikan anak panah dan mengambil horsebownya yang diletakkan dibangku tunggu sebelum beranjak kesamping kuda yang akan menjadi partner dalam memenangkan lomba ini. Gadis itu mengusap lembut surai coklat kuda tersebut sebelum menaikinya.

"mari kita sambut perserta selanjutnya Feshikha Andhira Ganeeta dari SMA Candra Buana!"

Pintu dibuka membuat sorak sorai penonton semakin terdengar jelas memekak telinga. Gadis itu menyengit kecil sebelum mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk. Sekali lagi gadis itu menghela nafas "ayo Jake" ujar gadis itu sambil menarik tali pengekang.

Andhira memacukan kudanya mengelilingi stadion sebelum berhenti di garis start. Mendongkak melihat penonton sebelum pandangannya berhenti ketempat dimana teman-temannya duduk menyemangati. Gadis itu tersenyum kecil melihat ibu dan kembarannya duduk bersebelahan diantara kumpulan teman-temannya.

"Dhira semangat!"

"go Dhira go!!"

"Dhira gue traktir mie ayam mang ujang kalo lo berhasil masuk semi final!"

"Candra Buana the best!"

Gadis itu terkekeh kecil melihat kelakukan teman-temannya yang sudah rusuh menyemangati. Terlebih melihat kembaranya yang terlihat ogah-ogahan dipaksa mengangkat spanduk kecil bertuliskan "semangat Andhira kembaranku <3" seolah tidak mau melewatkan momen berharga itu ibu Andhira memotret putranya yang memegang spanduk dengan raut wajah super datar.

Andhira mengalihkan perhatiannya kala sang MC memintanya untuk bersiap. Suara riuh seketika hening semua orang memusatkan perhatiannya pada perlombaan Andhira.

Dorr

Suar ditembakan. Menandakan perlombaan dimulai Andhira mulai memacukan kudanya sambil membenarkan posisinya, gadis itu mengambil anak panah ditas bersiap untuk membidik sambil menutup sebelah matanya mulai menarik anak panah sebelum melepaskannya. Gadis itu tesenyum kecut melihat hasil bidiknya tidak mengenai target yang sudah disiapkan.

Ohh tidak

Andhira panik sekarang.

...

"tidak apa Andhira kamu masih memiliki banyak waktu untuk masuk semi final" ujar pak Eko menepuk pundaknya mencoba menghibur anak didiknya saat Andhira memasuki ruang ganti yang dibalas senyum kecut Andhira "terima kasih pak".

Gadis itu mengalihkan perhatiannya pada teman-temannya "gapapa Dhir, gagal hari ini bukan berarti gagal selamanya" ujar Nada kakak kelas nya sekaligus ketua dari eskul panahan "iya kak, makasih".

"Dhir, berarti gue gajadi teraktir lo mie ayam mang ujang ya" ujar Rangga sebelum mengaduh kesakitan saat Ratna memukul lengannya sambil melotot "jangan di dengerin Dhira. Biasa si Ranggakan emang suka omdo waktu itu juga bilang mau traktir kalo nilai ulangan MTK gue diatas 50 tapi sampe sekarang gaada tuh traktirannya" ujar Ratna menatap sinis Rangga

"waktu itu nilai lo kan 50 ya gak gue traktirlah"

"nilai gue 50,2 tetep diatas 50kan?"

"sudah-sudah, mending kalian ganti baju kita pulang sekarang masalah traktir biar bapak yang traktir mie ayam" lerai pak Eko

"serius pak? yes pas banget saya lagi laper" ujar Dinar

"urusan makan gratis aja gercep lo" ujar Arjuna memutar bola matanya malas dengan kelakukan juniornya

BENTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang