Chapter VII : Sebuah Penawaran

2 4 1
                                    

Dua minggu berlalu sudah dan kini masa tahanan remaja kembar itu pun berakhir "sekarang tidak perlu lagi kain hitam untuk penutup mata" celetuk Kavin dengan nada menyebalkan saat dua prajurit dan satu ksatria dengan jubah putih di salah satu bahunya membuka pintu jeruji besi yang mengurung mereka. Ksatria yang sama yang mereka lihat saat berbincang dengan Raja kala itu.

Philo, seorang prajurit paruh baya dengan perut buncit yang membawa mereka menuju ruang sidang saat itu mendengus mendengar sindiran Kavin. "Masa tahanan kalian berakhir. Berbahagialah dasar bocah" ujarnya sambil menepuk punggung Kavin membuat pemuda itu terdorong sedikit kedepan 

"tentu saja berbahagia tidak ada lagi roti keras untuk makan malam" balas Kavin yang direspon tawa kencang Philo. Andhira menggeleng kecil melihat interaksi kedua orang itu. Andhira sendiri kadang merasa heran walau terkesan menyebalkan tapi kembarannya itu mudah berbaur dengan orang tua bahkan saat mereka masih di bumipun Kavin berteman dekat dengan satpam sekolah mereka.

"Senang bertemu dengan kalian lagi Kavin dan Andhira. Perkenalkan aku Icarus tangan kanan Jenderal Baadal. Beliau meminta kalian untuk menemuinya di kediamannya" ujar ksatria bernama Icarus itu "baah, ada urusan apa kalian, hingga seorang Jenderal meminta kalian menemuinya dan dijemput langsung oleh tangan kanannya?" ujar Uldric prajurit dengan tubuh kurus yang saat itu juga mengantar mereka menuju ruang sidang.

"sudah ku bilang sebelumnya bukan? Kami ini orang penting. Kalian saja yang tidak mempercayaiku" sahut Kavin masih dengan nada yang menyebalkannya "hahaha mimpimu terlalu tinggi untuk seukuran bocah pembuat onar yang menyusup ke kediaman mantan Jenderal" ujar Philo menepuk-nepuk punggung Kavin sambil terkekeh geli "aku bukan bocah pembuat onar" dengus Kavin tidak terima dirinya disebut si pembuat onar 

"ku pikir Philo benar Kavin, kalau kamu lupa kamu selalu membuat onar di sekolah bahkan saat hari pertama MPLS kamu sudah dipanggil ke ruang konseling karena memukul kakak kelas hingga harus dilarikan kerumah sakit" ujar Andhira terkekeh kecil mengingat kelakuan Kavin saat hari pertama masuk SMA di sekolah mereka dulu, bahkan di SMA barunya sekarang Kavin sering bolak-balik ruang konseling entah itu karena bolos, tawuran atau tidur saat jam pelajaran ibunya bahkan selalu memarahi Kavin setiap kali orang tua mereka mendapat panggilan dari sekolah.

"itu suatu hal yang beda Dhir, wajar jika seorang remaja selalu membuat onar saat masa pertumbuhan" sahut Kavin ngeles "lagi pula meski sering membuat onar tapi aku sering memenangkan lomba" lanjutnya kalem tapi terdengar sombong dan menyebalkan di telinga Andhira membuat gadis itu mendengus mendengarnya yah.. Andhira akui meski selalu membuat onar Kavin merupakan salah satu murid terbaik di sekolahnya. Kembarannya itu sering kali memenangkan lomba akademik maupun non-akademik di setiap sekolah mereka.

"ya ya terserah apa katamu bocah walau aku tidak paham apa yang kalian bicarakan. Sekarang pergilah tidak baik membuat seorang Jenderal menunggu" ujar Uldric menengahi "benar, jangan membuat keributan lagi jika kalian tidak ingin berbagi tempat tidur dengan tikus disini" sahut Philo yang diangguki Andhira "sampai bertemu lagi Philo, Uldric" ujar Andhira "salah Dhir seharusnya 'selamat tinggal Philo, Uldric jangan sampai kita bertemu lagi'" koreksi Kavin yang disambut tawa dua penjaga itu.

"kalian terlihat dekat dengan dua penjaga itu" ujar sang ksatria memecah keheningan "untuk mendapatkan perlakuan istimewa kita perlu mendekati orang yang menguasai wilayah tersebut" sahut Kavin menyeringai licik "meskipun Jenderal Baadal selalu mengatakan bahwa kalian bukan remaja biasa. Tapi, aku baru memahaminya sekarang" ujar Icarus terkekeh kecil "begitulah Kavin dengan pemikiran liciknya. Omong-omong Icarus mengapa Jenderal Berco—Jenderal Baadal itu ingin menemui kami?" tanya Andhira menggeleng kecil hampir keceplosan

"entahlah kita akan tahu setelah tiba nanti"

...

Setelah perjalanan singkat dari Vliegen Kastil menuju kediaman Jenderal Baadal di kota Ragnala. Akhirnya kedua remaja tersebut tiba di sebuah rumah mewah tidak kuno seperti rumah kakek tua yang hampir semua interiornya terbuat dari kayu. Rumah dengan cat berwarna putih dan abu dengan beberapa pohon dan tanaman disekitarnya tampak terlihat asri dengan dua penjaga yang berjaga di depan pintu gerbang, dua penjaga di pintu masuk dan dua penjaga yang berkeliling di area taman kanan kiri samping rumah. 

BENTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang