11.

35 4 3
                                    

Akhirnya yang ditunggu pun tiba. Ujian berakhir dan liburan pun datang menyambutku dengan bahagia. Saat ini kami berkumpul di rumahku sebelum akhirnya kami melakukan perjalanan menuju villa Kak Irena.

Saat semua orang sedang sibuk di ruang tengah, aku sibuk dengan merawat tanaman kesayanganku. Bunga Baby Birth. Bunga kecil nan indah yang memiliki makna cinta sejati.

"Yee, dicariin nggak taunya disini." Ucap Kak Ara yang membuatku menoleh ke arahnya.

"Ehh, sorry. Habis kesayangan gue butuh nutrisi nih." Ucapku dengan tawa renyah dengan maksud sedikit melawak.

"Bunga mulu, punya pacar apa biar nggak sama bunga. Ngenes banget lo ah."

"Biarin sih kak. Jadi apa maksud dan tujuan anda Kakak Ara tercinta?"

"Oiya lupa gue. Anak-anak mau bikin indihome seleraku, lo mau nggak?"

"Salah server kak. Mie Sedap seleraku yang bener."

"Malah ngaco, dah intinya lo mau nggak?" Aku hanya menganggukkan kepala. Tanpa ba bi bu, Kak Ara langsung melesat pergi meninggalkanku. Aku melanjutkan mengurusi kesayanganku sebelum nanti ku tinggal pergi.

🍃🍃

Saat tengah menikmati indihome seleraku, satu per satu mulai berdatangan. Bahkan Kak Ian sudah tiba dengan pakaian dinasnya. Aku saat ini sedang berada di dapur seorang diri, mencuci beberapa piring kotor dan peralatan masak yang belum tercuci. Saat tengah asik bermain dengan busa sabun, tiba-tiba seseorang datang menghampiriku dan mengagetkanku. Tanganku yang sedang memegang spons yang dipenuhi sabun tanpa sengaja terlempar ke arahnya dan mengenai wajahnya.

Dia hanya terdiam sedangkan aku sudah tertawa begitu kerasnya. Melihat busa sabun yang mendarat di wajahnya dan wajah kagetnya membuatku ingin terus menertawakannya. Bahkan terus terbayang dalam pikiranku.

"Ya Allah, jahat banget malah ketawa."

Bukannya berhenti aku malah semakin tertawa. Entahlah aku hanya merasa ia lucu saja.

"La, yang bener aja dong ah." Terlihat Kak Ian semakin kesal karena aku tak berhenti menertawakannya. Bahkan beberapa orang yang mampir ke dapurpun ikut tertawa. Tak terkecuali Kak Zoya yang tidak mau kehilangan moment ini dengan merekamnya.

"Duh kak, maaf deh. Lagian sih segala pake kagetin orang." Ucapku sambil mengambil tisu untuk membersihkan wajahnya.

"La, jadi gimana?"

"Apanya?"

"Itu.."

"Naon sih?"

"Itu loh laa.."

Aku menghela nafas sedikit kasar, sebenernya dia mau minta dipukul atau gimana?

"Ngomong atau aku tabok?" Ancamku yang hanya dibalas kekehan kecil darinya.

"Itu loh, yang di rumah sakit."

Rumah sakit? Aku hanya terdiam. Mencoba untuk mengingatnya kembali.

"La, masa lupa?" Aku menganggukkan kepala dan mengaruk leherku yang tak gatal ini.

"Mau jadi pacar aku?"

Oh.

Lupa.

"Duh kak, bisa kasih waktu bentar nggak?"

"Duh La, masa seminggu lebih ini kurang?"

"Duh, daripada aku jawabnya nyesel kan Kak, ini harus dimantepin."

GYPSOPHILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang