4

139 43 6
                                    

...

Badan Jihyo kini terasa sakit seluruhnya, ia hanya bisa menatap lebam-lebam di tubuhnya.

Percayalah, beberapa hari yang lalu Eunwoo menghukumnya dengan hukuman yang menyakitkan di kamar mandi.

Jihyo diguyur air dan dicambuk dengan sabuk yang di pake pria itu. Bisa kalian bayangkan sakitnya, apalagi tambah perih karena air yang setia turun dari shower.

Tapi yang anehnya, Eunwoo sendiri yang mengobati luka-lukanya dengan telaten dan lembut. Sepertinya pria itu memiliki dua kepribadian dan Jihyo lebih menyukai Eunwoo versi lembut dan penyayang.

Hari ini hari minggu, Jihyo kini berada di dapur membuat nasi goreng untuk sarapan.

Eunwoo ada di rumah karena libur dan sekarang masih di kamar.

"Wangi, rasanya sesuai dugaan." Jihyo mematikan kompor dan berniat memindahkannya ke mangkuk yang berukuran sedang setelah mencicipi sedikit dan rasanya pas.

Asyik memindahkan nasi, tiba-tiba tangan memeluk Jihyo dari arah belakang. Dan kalian tau siapa pelakunya, orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Eunwoo.

Sebenarnya Jihyo agak takut dengan Eunwoo karena kejadian tempo hari dan selalu menghindar sebisanya.

Tapi wajah yang Eunwoo tampilkan membuat Jihyo bingung untuk apa.

"Lagi apa Hyo?" tanya Eunwoo di bahu Jihyo yang berhenti melakukan aktivitasnya.

Tak ada jawaban dari Jihyo yang kini kembali terdiam.

"Kenapa diam, takut?" Tambah Eunwoo dan mengeratkan pelukannya.

"Jangan takut sayang," ucap Eunwoo lagi sembari mencium pipi Jihyo dari belakang dan melepaskan pelukan lalu duduk di kursi meja makan yang tersambung dengan dapur.

Jihyo kembali bernapas lega setelah Eunwoo melepaskan pelukannya yang menyesakkan. Dan kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti.

Mereka berdua kini tengah sarapan lengkap dengan keadaan yang dilanda keheningan, hanya suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring terdengar.

"Kamu kesepian di rumah?" tanya Eunwoo memecahkan keheningan.

Jihyo langsung menjawab. "Sangat."

Jihyo berpikir bahwa Eunwoo akan mengizinkannya untuk keluar atau apalah yang membuatnya tak kesepian lagi berada di rumah.

"Kalau begitu, kita harus memiliki bayi yang menggemaskan." Ucapan Eunwoo membuat Jihyo tersedak dan langsung meminum air di depannya.

Benar apa yang dikatakan pepatah, tak baik berharap terlalu tinggi karena kalau jatuh akan terasa sakit. Jihyo langsung geleng-geleng sebagai jawaban.

"Tidak-tidak, aku tak ingin hal-hal yang intim dan belum berpikir untuk memiliki anak," ucapnya menolak.

Ia dan Eunwoo saja belum melakukan sesuatu yang merujuk kesana mungkin, ingatan Jihyo kan belum kembali. Eunwoo mencium Jihyo saja, ia masih merasa geli, jijik, dan tak suka apalagi sampai ke hal intim.

"Kenapa? Bukannya kita sering melakukan itu." Eunwoo menaik turunkan alisnya dan membuat Jihyo melotot kaget mendengarnya.

Pikiran Jihyo tengah liar saat ini dan seketika pipinya memerah.

"Mau mencoba?" Goda Eunwoo yang membuat Jihyo buru-buru mengumpulkan piring untuk dibawanya ke dapur.

Setelah Jihyo pergi, Eunwoo hanya menatap punggungnya.

🌻🌻🌻

Jihyo beristirahat di kamar setelah melakukan banyak hal yang berkaitan dengan rumah, ingin rasanya ia mengatakan pada Eunwoo untuk mencari art supaya bisa membantunya.

MARRY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang