Hari Sabtu yang cerah, langit yang sedikit berawan membuat hawa panas ini tidak begitu menyengat di tubuh. Mobil dan motor lalu berlalu-lalang disepanjang jalan raya, sangat ramai tapi untungnya tidak membuat macet kota ini.
Evelyn, gadis itu bersiap untuk keluar bersama sahabatnya. Mengingat janjinya dengan sang sahabat akan bermain dihari Sabtu. Jeans hitam dipadukan dengan sweater berwarna peach membuat Evelyn tampak lebih segar dari beberapa hari sebelumnya.
Jika kalian tanya, bagaimana hubungan Evelyn dengan Danan saat ini, jawabannya baik-baik saja. Kemarin Danan ke rumahnya, menjelaskan mengapa dirinya tidak memberikan kabar ataupun membalas chat Evelyn. Evelyn, gadis itu hanya mengiyakan dan memaafkan semua yang Danan ucapkan, walaupun hatinya sedikit belum ikhlas. Toh, tugasnya hanya memaafkan Danan ketika laki-laki itu salah.
"Lyn, temenin gue sarapan dulu ya." ucap Yumma sedikit berteriak, pasalnya sekarang mereka berada di atas motor. Yups, mereka memilih untuk menggunakan motor. Kata Yumna kalau pake motor enak, ketiaknya dingin kena angin dan bisa menyalip kanan kiri.
"Anjir, jam segini sarapan?"
"Gue ngikutin jam di Swiss, makanya jam segini baru sarapan. Lo juga biasa sarapan siang, gausah sok dehh" elak Yumna.
Evelyn mencibir Yumma dan mendapatkan sentilan di kepalanya yang memakai helm. Siapa lagi pelakunya, kalau bukan sahabatnya.
Tujuan mereka saat ini adalah nasi goreng. Katakanlah mereka aneh, siang bolong begini mana ada yang menjual nasi goreng? Tapi lebih aneh lagi, ada penjual nasi goreng yang buka dipinggir jalan saat siang begini.
Mereka berhenti tepat di depan stand nasi goreng itu. Beberapa pembeli sedang mengantri untuk seporsi nasi goreng itu, bahkan lebih. Dan mungkin juga karena waktunya jam makan siang, jadi disini sedikit ramai dari biasanya.
Evelyn dan Yumna memutuskan untuk memesan dua porsi nasi goreng dan dua es jeruk untuk menu 'sarapannya' hari ini. Sambil menunggu pesanannya datang, mereka sesekali berfoto dan juga bercerita ataupun menghibahkan pembeli yang ada disini. ASTAGHFIRULLAH.
"Lyn, gimana hubungan lo sama om-om itu?" tanya Yumna.
"Masih perang dingin atau udah baikan?" lanjutnya.
Evelyn menggeleng, "Ngga. Udah baikan, tapi ya gitu. Masih dongkol aja dikiti di ati,"
Yumna tertawa, lalu mengelus punggung sahabatnya itu.
"Yang sabar yaa. Emang kalau pacaran sama om-om ya gitu, manipulatif hahah""BENER! Nih ya, masa kemarin dia nyalahin gue karena gue ga chat dia duluan? Apa banget. Bubble chat aja terakhir ada di gue dan itu cuma dia read, masa iya gue chat lagi??!!" ucap Evelyn kesal.
"Dan nih satu lagi yang buat gue kesel sampe buat gue dongkol setengah mati. Dia kalau main sama temennya gapernah ngabarin ataupun chat gue, sedangkan kalau gue main sama temen gue, gue selalu ngeluangin waktu buat chat dia entah itu gue pap in makanan ke atau apa gitu biar dia ga ngerasa kesepian kalau gue tinggal main. Eh, dia malah gitu ke gue. Anjir banget."
Yumna lagi-lagi tertawa. Entahlah, tidak ada yang lucu, tapi kenapa dia bisa tertawa. Menertawakan nasib Evelyn, mungkin?
"Hahah gue jadi lo sih bodoamat, Lyn. Lagian, kan gue udah bilang, pacaran sama yang udah kepala dua bahkan lebih itu orangnya pasti manipulatif, ga semuanya sih, tapi rata-rata pasti manipulatif."
"Apalagi sama bocah dibawah umur kaya lo, gampang banget di begoin," lanjut Yumna.
"Tau tuh, kesel banget gue."
"Udah ga di kasih kepastian, manipulatif, suka ngatur ini itu, pengen di ngertiin terus. Dah lah, udah paket komplit banget itu mah, Lyn."
"Paket komplit, ndasmu" sahut Evelyn.
"Halah, sekarang lo gini. Palingan besok juga lo bucin lagi sama dia. Ya ga??" Yumna menaik turunkan alisnya.
"Gatau. Males banget dah,"
Pesanan mereka berdua sudah datang, asap yang mengebul dari nasi goreng itu dan minuman es yang dingin sangat pas untuk mendinginkan otak Evelyn saat ini. Dirinya harus membalas apa yang Danan lakukan padanya kemarin, harus!
"Yum, nanti kita pulangnya agak maleman aja ya? Terus gue nginap di rumah lo," ujar Evelyn.
Yumna menyendok kan nasi goreng itu dan memakannya, "Tumben bisa pulang malem, emang dibolehin sama om-om lo?"
"Ck, bodoamat. Kemarin gue udah izin buat keluar sama lo, yakali ga di izinin buat pulang malam. Emang dia siapa gue? Bokap bukan, pacar juga bukan." ucap Evelyn acuh lalu kembali memakan nasi gorengnya.
"Sip, gue suka kesadaran lo kalau dia bukan siapa-siapa lo! Semangat!"
Evelyn mengangguk diiringi kekehan kecil dari bibirnya. Dirinya mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, lalu mengaktifkan mode jangan ganggu dan menonaktifkan ponselnya untuk malam ini, mungkin sampai besok. Semoga rencananya kali ini berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu Yang Lain (END)
Teen Fiction((Note : Cerita ini pendek & to the point)) Hubungan atau sering disebut relationship adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Namun bagaimana kita akan mengenal satu sama lai...