Tiga tahun nyatanya bukan waktu yang cukup untuk dirinya membuka lembaran baru dan melupakan masa lalu. Bayang-bayang masa lalu masih menghantuinya. Bohong, jika dia benar-benar melupakan semuanya. Bohong, jika tidak ada lagi tempat untuknya di hatinya. Bohong, kalau dia merasa baik-baik saja.
Rasa rindu berpadu dengan rasa marah, membuat hati ini berkecamuk. Ingin memeluknya, ingin bercerita dengannya tentang hari-hari yang ia lalui tanpanya. Tetapi apalah daya, rasa marah dan kecewa lebih besar daripada rasa rindu ini.
Evelyn mengusap buliran air bening yang keluar dari matanya. Helaan nafas kasar keluar dari hidung kecilnya. Andai saja dirinya tidak menyetujui ajakan sahabatnya untuk kesini, dia tidak akan bertemu dengan lelaki itu.
Tetapi, ia akui pertemuan yang tak direncakan ini mengobati sedikit rasa rindu dan khawatirnya kepada lelaki itu, hanya sedikit.
"Eve?"
Evelyn tak menyahut. Bukan karena dia tidak mendengar, sejujurnya ia mendengarnya tapi hanya enggan untuk berbicara. Ia tau lelaki itu akan menyusulnya kemari, karena hanya ini tempat yang Evelyn tau di Bogor, dan tempat ini hanya mereka berdua yang tau.
"Eve?" panggilnya lagi.
Erlang duduk disamping Evelyn yang sedang menatap ratusan bunga didepannya. Erlang memandang wajah gadis yang berada di sampingnya."Cantik." ucap Erlang tiba-tiba. Ternyata tiga tahun tak bertemu dan hanya bisa melihatnya melalui layar ponsel tak membuat kecantikan gadis di depannya ini berkurang. Apalagi dengan pipi yang semakin berisi sekarang membuat kadar kecantikan gadis ini menambah berkali-kali lipat. Ah, gemasnya.
"Eve, aku minta maaf."
Evelyn mengerutkan alisnya, "Maaf? Maaf kenapa?" tanyanya.
"Soal kejadian tiga tahun lalu... Sebenarnya aku sengaja ninggalin kamu tanpa kabar, aku takut kalau kamu tau aku mau pergi dan nanti kamu sedih."
"Oh. Jadi menurut lo ninggalin gue tanpa kabar bikin gue ga sedih gitu?" sahut Evelyn.
Erlang mengusap wajahnya gusar. "Bukan gitu, Eve. Aku cuma gamau kamu sedih terlalu berlebihan."
"Orang mana yang ga sedih kalau ditinggal tiba-tiba dan tanpa kabar? Orang mana, hah?! Sini kenalin sama gue kalau ada."
"Eve.. Maafin aku, itu semua memang salahku yang ambil keputusan sendiri tanpa ngasih tau kamu. Maafin aku.. Sekarang aku udah ada di samping kamu, kamu ga kangen sama aku?"
"Udahlah, sana pergi. Gue.pengen.sendiri." ucap Evelyn penuh penekanan.
"T-tapi Eve-"
Evelyn berdecak kesal, "Ck! Ngerti bahasa manusia ga sih? Percuma dapet gelar S.T kalau ga tau bahasa manusia. Udah sana pergi, ganggu aja."
"Ok fine! Text me later if u need anything. I will be there for u." Erlang menghembuskan nafasnya, lalu berjalan meninggalkan Evelyn sendirian di taman itu.
"Tix mi litir i wil bi tiri fir yi, halah basi. Tiga tahun gue butuh lo tapi lo gapernah dateng tuh. Gelar S.T emang cocok buat lo. Bukan lagi Sarjana Teknik, tapi Sipaling Tolol."
Update tipis-tipis. Tinggal 2-3 part lagi end nih cerita. Semoga ga males up wkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu Yang Lain (END)
Ficção Adolescente((Note : Cerita ini pendek & to the point)) Hubungan atau sering disebut relationship adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Namun bagaimana kita akan mengenal satu sama lai...