Separuh Usai

137 38 9
                                    

Yasha

Event JLT sudah dibuka beberapa jam lalu sedangkan Naka masih belum muncul batang hidungnya sampai sekarang. Gue dan Irena serta beberapa staf bantuan yang dikirim langsung sama Bang Ale udah siap-siap di depan brand kita.

Gue menoleh ke arah Irena yang terlihat tenang dan fokus di samping. Tapi memang sejak beberapa hari yang lalu gue semakin nggak ngerti sama dia yang tampaknya memberi jarak. Gue coba ngertiin tapi semakin gue memahami Irena semakin berjarak. Dan gue nggak mau itu terjadi.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya gue sambil mengusap kepalanya.

Irena mendongak lalu tersenyum sekilas. "Nggak apa-apa."

Gue tersenyum.

Beberapa detik kemudian gue terdistraksi oleh pada baju yang di gantung seadanya oleh oleh Monik, salah satu staf baru yang gue maksud.

"Monik, itu bajunya kok dilipet kayak gitu sih?"

Irena berjalan mendekati monik yang langsung terlihat takut ketika ia mendekat.

"Jangan dilipet bajunya. Ini bukan suatu hal yang bisa lo lipat-lipat kayak baju oblong," suara dalam Irena terdengar. Walapun nggak ada nada mengancam tapi tetap aja terdengar nakutin.

Irena kembali ke meja menghadap laptopnya dan masih mengabaikan gue yang tegak berdiri menunggu Irena membuka obrolan atau sekedar bertanya tentang hal nggak penting ke gue.

"Aku pesanin kopi? Mau?" Gue akhirnya menawarkan diri.

"Nggak usah." Dia menjawab singkat lalu berjalan ke depan menggantungkan vest rajut warna cokelat.

Dari jarak beberapa meter gue masih memperhatikan dia yang sibuk. Sesekali memasangkan baju atau jaket pada patung mannequin, menggantung atau sekedar menyusun barang-barang perlengkapan. Sesekali juga Irena nampak ngobrol dengan staff lainnya.

Sesaat kemudian barulah Naka muncul dengan lagak tengiknya. Ternyata dia nggak datang sendirian tapi bareng Michelle yang mengekor di belakangnya.

"Bang! Sorry... gue telat," ucapnya sambil cengengesan.

Gue langsung mengangguk dan mempersilahkan mereka buat lihat-lihat atau sekedar berkeliling.

"Bang Ale lagi sibuk ya?" Tanya Michelle. Suaranya yang manja membuat gue menoleh ke arahnya dan Naka. "Kalian memang nggak dateng ke pesta keduanya mereka?"

"Pesta yang kali ini cuma buat keluarga mereka aja. Kan, orang tua Yasmine ada di Ceko dan minta lebih private aja di Bali." Naka terdengar antusias menjawab pertanyaan Michelle.

Melihat keduanya gue menjauh. Namun langkah gue terhenti ketika dari jarak kejauhan mata gue tertuju pada sosok yang kini tengah berlari mendekat dengan senyum semringah di wajahnya.

Yeva.

Gue turut tersenyum.

Ada Mama juga, berjalan berdampingan dengan Nadiya. Kejutan nggak berhenti di situ karena ada selain mereka ada satu orang lagi yang bikin gue melongok nggak percaya.

Papa dan wajah garangnya.

Setelah sekian lama akhirnya... dan untuk pertama kalinya Papa melihat apa yang gue kerjakan.

"Kak Yashaaa!" Pekik Yeva.

Ia langsung menghambur ke arah gue diikuti Mama dan Nadiya.

"Kok nggak bilang kalau mau ke sini?" Tanya gue masih dengan mimik terkejut.

Gue menggiring mereka untuk masuk ke area Hiraeth. Begitu juga dengan Papa yang masih belum menunjukkan reaksi apapun. Nggak apa-apa. Dengan hadirnya dia di sini pun rasanya gue udah seneng banget.

Back To December  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang