Tentang Melepaskan

156 35 11
                                    

Irena

Dari ketinggian ribuan kaki di atas permukaan tanah. Gue memandang keluar jendela, nggak ada yang bisa gue lihat kecuali hamparan awan putih yang tanpa ujung.

Sesekali gue merasa gamang karena sekiranya saat ini gue berada di awang-awang. Jauh dengan tanah tapi langitpun tetap nggak bisa gue sentuh.

Tapi tahu apa yang menarik dari semua ini, gue bisa lebih dekat dengan langit.
Kepada langit tempat banyak manusia menengadahkan tangan. Artinya langitlah yang memiliki banyak kekuatan yang mana kita selalu meminta pengharapan.

Tak terhitung banyak air mata yang gue uraikan dari kisah rumit yang pernah gue alami. Tapi kali ini gue merasa terilhami bahwa orang baik memang akan diperuntukkan orang yang baik.

Belum pernah gue menemukan manusia seputih Nadiya. Nadiya mengajarkan gue banyak hal, tentang komitmen, tentang memaafkan, dan kini tentang apa itu melepaskan lalu merelakan.

Sejauh cerita dirangkai, semua orang berkata bahwa gue adalah biang keladinya. Mungkin benar, mungkin juga tidak. Karena pada dasarnya cinta perlu dua arah agar bisa bertepuk. Meskipun pertemuan itu tetap ada namun semua ini nggak terjadi kalau gue dan Yasha nggak saling bermain hati.

Tapi cerita kini tinggal cerita.

Perlu waktu tujuh belas jam supaya gue bisa sampai dan mendarat di bandara Charles De Gaulle, Paris, Perancis. Sebuah tempat gue akan memulai semuanya dari awal.

Tangan gue merogoh tas yang gue sampirkan di atas pangkuan. Mengaduk-aduk mencari ponsel yang akan gue gunakan untuk memotret langit hari ini.

 Mengaduk-aduk mencari ponsel yang akan gue gunakan untuk memotret langit hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapatkan beberapa tangkapan yang gue rasa cukup. Gue langsung menelusuri galeri hanya untuk melihat hasil fotonya.

Gue tersenyum karena mungkin ini adalah foto langit pertama yang gue ambil sepanjang tahun. Mungkin terlalu sibuk tanpa menyadari bahwa sekeliling gue ternyata seindah ini.

Tanpa disadari gue terus menggeser layar ponsel lalu terhenti pada foto selfi, yang gue sendiri lupa kapan foto ini di ambil.

Gue tersenyum di kamera, senyum yang terlihat sangat dipaksakan.

Sejenak gue memadangi diri gue di layar ponsel cukup lama.

Sejenak gue memadangi diri gue di layar ponsel cukup lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Back To December  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang