Chapter 03

3.4K 204 28
                                    

" Apa kamu tidak lelah? "

Syna tidak menjawab. Dia menatap lurus suasana dingin dari balkon tempatnya berdiri. Wajahnya dingin, tersirat betapa benci dan berang hatinya. Syna memang berdiri di sana, membelakangi sosok Elden yang masuk ke kamar dengan makanan, namun tampak jari-jari kecil gadis itu menggenggam potongan beling.

Elden tentu tahu, dia hanya tersenyum tipis, tetap menunggui walau lima belas menit telah berlalu. Pria itu akhirnya terkekeh, melangkah hingga tampak tubuh Syna tersentak dengan beling di tangannya teremas kuat waspada.

" Hampir setengah jam. Ini sudah dua hari, kamu benar-benar tidak lapar? "

Tiba-tiba suara decihan keluar mulus dari bibir pucat, Syna tersenyum miring dengan rahangnya yang keras. Dia menangis dalam suasana hatinya yang kacau, jelas dia merasa kelaparan, dia merasa sakit, tubuhnya remuk rendam! Memaksakan diri untuk menolak semua makanan yang datang, nyatanya hanya membuat dirinya semakin mudah di hancurkan. Tapi egonya sudah terlalu tinggi, Syna merasa jijik jika harus menelan semua hal yang pria gila itu berikan padanya.

" Apa aku berbicara dengan boneka cantikk... " Elden terkekeh lagi, berjalan mematikan dan memiringkan kepala. Syna tampak semakin tertekan dengan keadaan, dia takut. Air matanya jatuh deras.

Gadis itu cepat-cepat menunduk untuk meredam isakan yang hampir meledak. " Aku tidak butuh makanan darimu. Bawa itu pergi dan, dan biarkan aku mati. "

Elden tersenyum miring, matanya melirik segelas air putih yang seharian tampak tak tersentuh. Dia meraihnya mudah, mendekat dengan kakinya yang sengaja menimbulkan suara mengerikan. " Benar? Coba saja. Bunuh dirimu, dan besok.. Aku akan membawa satu mayat lagi kemari. "

Mata Syna membelalak, dia menggertakan gigi, jantungnya bertalu-palu saat ingatannya membawanya pada wajah sendu sang ibu. Seketika amarah sukses melambung di dalam tubuhnya.

Syna semakin frustasi dan menunduk untuk meremas beling kuat-kuat. Melukai tangannya yang sama lemah. " Bisakah kamu.. Bisakah sebentar saja kamu tidak menekanku? "

Tap.. Tap.. Tap..

" Sebelum semua itu terjadi mungkin-hiks, mungkin tubuhku sudah menjadi bangkai. Mungkin sekarang aku juga sudah gila! "

Syna tersenyum lebar, dari telinga ke telinga sebelum dia tertawa keras, mendongak tinggi-tinggi hingga Elden berhenti dan menaikkan satu alisnya.

" Tidakkah semua ini cukup Elden? " Dia berbisik. Terengah-engah dengan nafasnya yang seolah akan habis. Dia lemah, dia sakit, tubuhnya panas begitu pula hatinya. " Sekarang apa rencanamu huh? Membunuh ibuku? "

Elden tersenyum lebar, matanya buram oleh kabut keruh. Jelaganya hanya penuh oleh kemarahan saat lagi-lagi Syna terkekeh penuh ejekan yang terdengar begitu memuakkan. " Jadi hal itu benar-benar ada dalam pikiranmu? "

" LALU APA?! "

Srett!

Beling di tangannya teracung tinggi, manik berairnya melotot. Syna menangis seperti manusia rendahan yang putus asa, dia menatap sedih pada wajah dingin Elden. Di mana pria itu menatap gelap padanya, mencoba membunuh mentalnya. " Lalu apa lagi yang orang-orang akan cari dariku! Aku sendirian! Tersisa ibuku di sisiku dan pria gila di hadapanku akan membunuhnya! MEMBUNUHNYA! "

Syna histeris, menjejak-jejak lantai seperti manusia gila. Dia merasa sakit di telapak kakinya namun hatinya masih jauh sekarat. " Sejak dulu aku tidak memiliki apapun, Elden. Apa kamu lupa hm? "

Elden mengeraskan rahangnya. Matanya semakin keruh saat gadis itu memicing sendu. " Aku! TIDAK PERNAH MEMILIKI SIAPAPUN! TIDAK PERNAH! "

PRANG!

ELDEN NEEDS [OnGoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang