Chapter 05

2.6K 178 43
                                    

KRIET..

Tubuhnya masih di gantung. Kedua tangannya bengkak dan mati rasa. Tiga hari, Elden begitu kejam membiarkannya dalam posisi menyakitkan tanpa makan ataupun minum. Elden benar-benar menghukumnya.

Syna mendongak sayu saat pintu kamar terbuka lebar. Maniknya buram mendapati Elden dengan setelan kaus oblong dan celana pendek berjalan ke arahnya, meraih kursi besi hingga Syna bisa melihat piring berisi potongan daging yang sudah di haluskan.

" Buka mulut sialanmu. "

Rasanya Syna ingin menangis. Gadis itu mendongak lebih tinggi saat Elden mencengkal rahangnya, wajah pria itu tampak muak. " Jangan berusaha membuatku mengasihanimu, Syna. Sudah baik aku tetap datang kemari memberimu makanan. "

Syna terisak lemah. Sakit. Sakit sekali tubuhnya. Hatinya membatin lelah. Jika Elden sudah membencinya, mengapa pria itu tidak membunuhnya saja.

Mendecih.

Elden melepas cengkalannya saat manik Syna terus menghunusnya sendu. Pria itu mengaduk bubur dan gilingan ayam hingga asap mengepul hangat. Tangannya meraih satu sendok suapan ke dalam mulut kecil Syna. Kedua, ketiga, dan sampai habis.

Syna harus menahan sakit di dadanya saat Elden terus menyuapinya dengan kasar dan tidak sabaran. Gadis itu menunduk dalam-dalam saat Elden mulai beranjak berdiri, hendak melangkah pergi seolah pria itu datang hanya untuk memberi makan anjingnya yang sekarat.

" Elden.. "

Langkah Elden terhenti cepat. Tubuhnya tidak berbalik, pria itu tetap berdiri menanti apa yang akan gadis itu ucapkan.

Sekonyong-konyong Syna mencoba menguatkan dirinya. Gadis itu menangis dengan menyedihkan, mengasihani dirinya sendiri yang akhirnya tak kuat menerima semua kesakitan. " Tolong, tolong jangan tinggalkan aku di tempat ini.. "

Syna menarik nafasnya yang tersengal hebat. " Baiklah, kamu menang.. tolong, tolong berhentilah menyakitiku. Lepaskan aku dan aku akan menuruti apapun perintahmu. Aku akan tetap di sini bersamamu, Elden. Tolong kasihani aku.. "

Manik gelap Elden membesar. Pria itu meremas piring di tangannya sebelum meletakkannya ke atas meja naskah. Dia lantas menatap wajah kacau Syna yang menangis hebat, wajah yang menunjukkan kesakitan, raut tertekan, dan frustasi. Gadis itu memohon padanya.

Bohong jika jantung Elden tidak meronta-ronta. Pria itu tersenyum lebar sekali. Mendekat dengan langkah lebar mengintimidasi hingga Syna menatapnya putus asa.

" Kamu memang hebat. " Elden berbisik rendah. " Kamu kira trik ini mampu mengelabuiku? "

Syna menggeleng keras, nafasnya tersenggal-senggal saat dia terus berusaha untuk menahan sakit di dada dan kepalanya. " Tidak.. tidak, aku tidak-hh.. akh! "

Kepalanya mendegadah. Syna meringis, memejam saat tangan besar Elden meremas surianya hingga kepalanya terasa semakin sakit. Pria itu menyeringai mengejek, menikmati bagaimana Syna benar-benar tampak begitu kesakitan. " Kamu memang gadis munafik.. "

Syna membuka matanya saat bibir Elden menciumi pipinya. " Harusnya sejak dulu kamu menyerahkan diri padaku, Syna.. mengapa kamu bersikeras melawanku? "

" Sakit, Elden.. sakit sekali.. " Syna menangis keras. Darah segar mengalir dari hidungnya hingga senyum Elden semakin lebar.

Elden terkekeh berat. Melepas jambakan dari surai panjang dan berdiri. Pria itu lantas melepas ikatan di tangan-tangan kecil yang membiru dan membengkak. Membuat Syna terjatuh dan meringkuk kesakitan. Gadis itu merintih sejadi-jadinya.

Elden tersenyum tipis. Berjalan ke sisi kamar untuk meraih tongkat baseball dan kembali berjalan mendekat.

Syna lantas memucat, gadis itu terseok-seok menjauh dengan sisa tenaganya bersama tangis menyayat hati. " Tidak, tidak jangan kumohon.. ku mohon.. "

" Jangan memohon padaku.. " Elden berjongkok untuk mengelus wajah penuh lebam. " Kamu sudah berjanji untuk hidup bersamaku bukan? "

Syna mengangguk cepat. Membuat Elden menyeringai mengejek dan menegakkan tubuh. Pria itu memandang rendah manik sayu Syna yang memelas.

Sekarang kamu memohon padaku. Memintaku untuk berhenti dan memberiku kesempatan untuk hidup bersama-sama.

Elden tertawa kecil. Rasanya seperti omong kosong, tapi Elden bahagia. Keinginannya terwujud. Namun Elden perlu memastikan sesuatu. Pria itu lantas membuat tubuh Syna tengkurap di atas lantai, kakinya menahan punggung kecil hingga gadis itu memekik dan memohon padanya.

" Aku tidak ingin kamu pergi lagi. Kamu sudah berjanji, Syna.. maka aku akan membuatmu menepatinya dengan benar. "

Syna melotot dan memberontak saat Elden mengangkat tongkat baseball itu tinggi-tinggi dan mengayunkannya ke kedua kakinya. " TIDAK! "

Karena Elden pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa, kupu-kupu tidak akan bisa terbang jika sayapnya hilang. Tidak butuh merawat kebun apapun, Elden hanya perlu membuat sayapnya tidak lagi berfungsi.

_____

TO BE CONTINUED

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELDEN NEEDS [OnGoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang