Terbangun dengan rasa sakit yang amat mendera, Syna beringsut duduk dari posisi terbaring. Gadis itu meringis, mengusap kakinya sebelum maniknya yang bulat dibuat berkaca-kaca.
Kakinya berubah warna menjadi ungu mengerikan. Mati rasa, dan hal itu membuat Syna yang baru sadar merasa takut. Gadis itu pelan-pelan menarik kakinya untuk di usap-usap, air matanya tak lagi mampu terbendung, melihat betapa parah luka di kaki kanannya.
Syna mengusap pipi meradakan kesedihan yang melanda. Tangannya yang lentik turun untuk menyentuh leher dan kembali gadis itu merasa terkejut. Ia terborgol seperti anjing yang menjijikan! Rantai bulat melingkari lehernya yang tak lagi putih. Tubuhnya penuh akan lebam.
Kasar dan panik rantai-rantai itu ia tarik. Syna sesenggukan, amarah berkumpul hebat di dadanya, ia merasa terhina. Sangat terhina!
" Eenghh! Khh! Hiks, AHHH! "
Ia menunduk untuk menjejak rantai-rantai sebelum bibirnya meringis merasakan sakit yang teramat. Syna memegangi kakinya yang kaku, gadis itu terengah-engah sesenggukan. " Bajingan gila! "
" Siapa yang kamu sebut bajingan? "
Celetukan rendah dengan wajah yang menjijikan. Syna mendongak dengan wajahnya yang enggan. Gadis itu menatap bengis pada Elden. Pria yang baru saja masuk ke kamar dengan nampan berisi mangkuk dan teh.
" Sudah bangun? Aku dengar suara berisik di sini, jadi aku cepat-cepat kemari. " Elden duduk dengan nampan di pahanya. Pria itu tersenyum lebar. " Waktunya makan."
" Lepaskan aku. "
Pria di sana tak menggubris. Seolah tuli akan lirihan penuh amarah si gadis. Tangannya malah menyendok bubur untuk di sodorkan di depan mulut yang sobek. " Buka mulutmu, sayang."
" Aku tidak butuh! " Tangannya menempis penuh emosi hingga sendok itu melayang. Elden tetap tersenyum, ia meletakkan nampannya ke ranjang untuk berjalan ke sisi kasur, memungut kembali sendok di lantai.
Kembali ia duduk dengan wajahnya yang tampan menyeringai lebar. Menatap telak pada Syna yang geram pada tingkah Elden. " Tidak apa-apa. Baiklah ayo buka mulutmu lagi.. "
" KUBILANG AKU TIDAK MAU! MENYINGKIR DARIKU! "
TAK!
Tempisan keras pada mangkuk yang Elden angkat membuat wadah itu jatuh pada pahanya yang terlapisi celana jeans. Elden sukses menggelap, menunduk, manatap pada celananya yang kotor. Kepalanya pelan-pelan terangkat untuk menatap tajam wajah memerah Syna. " Hh, ku pikir ini sudah keterlaluan. "
Syna menggertakan gigi, meremas selimut saat Elden tersenyum tipis dengan matanya yang pelan-pelan menjadi keruh. Gadis itu cepat-cepat beringsut menjauh, sebelum rantai-rantai yang mengikat lehernya di tarik geram. " Aghh! Khhh, aanh! "
" Apa memang sesusah itu menurut padaku, hm? Apa menelan bubur membuatmu kesulitan?! "
Syna mendongak dengan mulutnya yang terbuka terengah-engah. Mengais oksigen yang seolah menipis. " S-sakith! "
Elden tersenyum miring. Menarik lebih kuat rantai-rantai hingga kaki-kaki kecil menjejak frustasi. Pria itu melebarkan senyuman, mendekatkan tubuh dan menekan tengkuk Syna ke pahanya. " Makan! "
Syna menangis, sesenggukan saat lehernya terasa sangat sakit. Matanya yang buram menatap penuh amarah pada bubur yang telah mengotori celana milik Elden. " Khh, lepaskan aku! Aahh! "
BHUG!!
Elden menggeram setelah memukul punggung rapuh dengan kepalan tangannya. " Ku bilang makan! Buka mulutmu dan jilat makan siangmu! "
Tampak betapa hancur Syna di sana. Gadis itu terus menangis dengan mulutnya yang pelan-pelan menelan sisa bubur di paha Elden. Mulutnya belepotan saat tengkuknya di tekan, bersama senyuman lebar Elden yang merasa puas. " Bagus. Anak pintar.. "
Rantai itu di tarik kasar hingga kembali kepala Syna menegak. Elden tersenyum dengan cara yang mengerikan. Matanya tajam mematai bagaimana air mata cantik itu turun, bersama dengan betapa indah lebam di wajah yang ayu. Tangannya yang besar tergerak mengusap-usap pipi biru. " Apa kamu kira aku akan bersikap lembut padamu? "
Tangannya yang besar turun menyentuh leher yang terjerat erat. Elden mendekatkan wajah untuk membaui. Syna semakin basah dengan hatinya yang panas. " Gadis tidak tahu diri sepertimu pantas mendapat ini bukan? Susah-payah aku membawakanmu makanan, tapi kamu bersikap sombong. "
" Aku tidak pernah butuh makanan darimu. " Syna mendesis bengis. Matanya yang merah padam bersibobrok dengan mata gelap yang mengerikan. " Sejak awal aku tidak pernah butuh kamu, Elden. Tidak pernah! "
KLANG!!
" AKHH! "
Elden yang semakin keruh menggertakan gigi. Rahangnya mengetat terganggu oleh kalimat milik Syna. " Tutup mulutmu, Syna. Tidakkah cukup aku membuat kakimu hancur, hm? "
Syna terengah-engah dengan air matanya yang kembali mengalir. " B-brengsek! Khh! "
Pria itu terkekeh dengan jarinya yang membelai bibir tipis. " Sekali lagi, Syna. Sekali saja kamu kembali berfikir untuk melarikan diri, aku benar-benar akan memotong kakimu. Tidak hanya satu, sayang, "
Elden menipiskan bibir bersama matanya yang pelan-pelan mendatar. " Aku akan membuat kedua kakimu buntung! " Pria itu memiringkan kepala berbisik. Menempelkan bibirnya tepat di telinga milik Syna yang memerah. " Aku tidak main-main.. "
Hal itu sukses telak membuat kedua manik bulat Syna membelalak. Bibirnya bergetar setelah Elden meninggalkan cumbuan lamat padanya. Setelahnya, pria itu berdiri dengan senyuman miring yang tampak begitu puas. " Aku pergi dulu, hm? Istirahat yang banyak di sini. "
Cup.
Dan pintu besar itu kembali tertutup dengan dentuman keras. Meningalkan Syna yang menunduk, meremas selimut dengan amarah besar di dadanya yang terasa sesak. Sisa-sisa kecupan bibir Elden di kening tak membuat dirinya merasa baik. Tidak sama sekali. " H-hiks.. "
Syna merasa sangat buruk.
_____
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDEN NEEDS [OnGoing]
Genç KurguElden hanya butuh Syna di sisinya. Namun Syna enggan. ______________________________ [Start-1/Maret/22] [Finish-] Cover By @Pinterest