Dulu Elden adalah teman satu bangku Syna di SMA. Mereka dekat, namun juga tidak terlalu erat. Keduanya berjalan selayaknya teman yang baik.
Seperti jika Elden memiliki banyak uang saku, maka ia akan membayari makan siang Syna di kantin. Atau Syna yang meminjamkan pulpennya. Atau juga, saat keduanya duduk bersama di bawah pohon rindang setelah olahraga. Berbagi makanan, minuman, keduanya baik.
Hal itu membuat Elden menjadi rakus.
Berbagi minum dalam botol yang sama membuat Elden merasa bahwa kecapan manis bibir Syna menjadi begitu kurang. Memakan sisa gigitan roti dari mulut Syna menjadi kesenangan tersendiri baginya. Elden juga suka memeluk Syna dengan 'ketidak-sengajaannya' agar ia bisa menghirup sedikit saja wangi dari ceruk leher.
Semua hal itu mulai membuat Elden merasa nyaman dan kurang. Elden pernah menjadi pria gila dengan menegak setengah dari botol air miliknya, lalu mengembalikan beberapa tetes air ke dalam botol dari mulut agar Syna menelan sedikit rasa dirinya.
Setelahnya Elden merasa senang dan puas. Beberapa kali juga terjadi. Elden pernah melukai wajahnya agar tangan-tangan Syna menrengkuhnya dengan lembut. Banyak. Lebih lagi, dan Elden benar-benar gila.
Mendapati masa sekolah akan habis, Elden semakin tidak waras dan tidak akan pernah berhenti. Tidak pernah begitu.
.....
Berjalan gembira dengan kantung belanjaan miliknya. Elden tersenyum lebar saat langkahnya terhenti di depan pintu kamar. Pria itu kemudian meraih kunci, membuka gembok, dan mendorong pintu besar.
Pelan-pelan senyuman pria itu pudar. Matanya menatap keadaan kamar yang berantakan, bersama dengan Syna yang memaksakan tubuh berdiri, mencoba melepaskan jeratan di lehernya. Elden mendekat dengan seringaian tipis.
" Mencoba melarikan diri, hm? "
Tampak gadis itu tesenggal-senggal dengan wajahnya yang memerah menahan amarah. " LEPASKAN AKU BRENGSEK! Berhenti tersenyum seperti idiot di saat kamu mengikatku seperti binatang di sini!! "
Elden melebarkan senyuman miringnya dengan kepala yang meneleng ke kanan. Tampak tenang dan tidak terganggu, ia mendekat hingga Syna menggeram dan meraih kursi besi untuk di lempar keras.
BAM!!
Lemparannya telak meleset hingga membentur meja kaca di sisi kamar. Menimbulkan dentuman keras bersama dengan Elden yang mendatarkan tatapan. " Memang benar bukan keputusanku mengikatmu seperti itu? Tingkahmu tak jauh dari anjing liar di luar sana. "
Syna menggertakan giginya hingga bergemerlatuk. Kedua tangannya mengepal, manatap bengis pada Elden yang memiringkan kepala. " Tutup mulutmu, bajingan! Sebenarnya apa maumu?! Menculikku seperti manusia tidak waras! Menyekapku dalam rumahmu! Dan mengikat tubuhku seperti binatang peliharaan!"
Syna mengusap pipinya saat air asin tetap menjatuhi wajah. " Apa kamu kira aku suka dengan semua ini?! "
" Apa kamu kira aku juga menyukainya? " Elden menyahut cepat dengan wajahnya yang keruh. " Jika sedari awal kamu tidak berusaha pergi dariku, aku tidak akan mengikat lehermu seperti anjing. Aku akan memperlakukanmu dengan baik, Syna. Aku akan menjadikanmu ratu dalam rumah ini. "
Pria itu menahan geram amarah di dadanya saat Syna meludah dengan kekehan kecil. " Menjadikanku ratu? Sejak kapan kamu memiliki pemikiran yang menjijikan, Elden? Jadi ini tujuanmu membawaku ke rumahmu? Bersikap begitu baik sejak masa sekolah? "
" Kamu memang membutuhkan ku! "
" AKU TIDAK! " Syna menangis dengan matanya yang memincing tajam. " Aku tidak pernah butuh kamu! Bahkan jika hidupku berjalan begitu menyedihkan, aku tidak pernah membutuhkan kamu dalam hidupku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDEN NEEDS [OnGoing]
Teen FictionElden hanya butuh Syna di sisinya. Namun Syna enggan. ______________________________ [Start-1/Maret/22] [Finish-] Cover By @Pinterest