Mata yang bulat serta indah itu terbuka perlahan, sedikit demi sedikit matanya mulai menerima bias cahaya yang masuk.
Putih. Disekililingnya dipenuhi oleh warna putih.
Tak berapa lama air matanya menetes, sekilas bayangan yang menimpa dirinya sebelum berada di tempat serba putih iniadalah dia yang mengalami hal yang sama begitu menakutkan dan menyakitkan, yang ia yakini Kakaknya juga merasakan hal yang sama sebelum nafasnya terenggut.
Rasa bersalah yang ia pupuk pun semakin menempuk, terlebih lagi ia merasa telah membohongi kakkanya yang menyuruhnya hidup dengan baik di hari terakhir mereka bersama.
Tapi bagaimana bisa dia hidup dengan baik seorang diri? Hari-harinya dihantui rasa bersalah yang begitu mendalam.
Ibunya mati karna melahirkannya, lalu Kakaknya yang merenggut nyawa demi melindunginya, dan ayahnya yang ia bunuh dengan tangannya sendiri.
Monster apa sebenarnya yang bersamayam di dirinya?
Mata indah milik Christy yang tadinya dipenuhi oleh linangan air mata itu, kini bergerak ke samping ketika merasakan adanya pergerakan selain dirinya.
Membuatnya terkejut bukan main.
"Oh? Kakak juga mati ya?" Christy bertanya ketika mendapati perempuan yang telah mengingkari janji padanya belum lama ini untuk membunuhnya, ia yang tadi begitu swdih mendadak menjadi kesal.
"Hah?"
"Ya Kakak kenapa ada di sini? Kakak ikut mati kan? Jadi kita sedang bersama menuju langit sekarang?"
Christy menatap Chika dengan pandangan penuh tanda tanya ketika Chika semakin mendekatkan kepalanya kearahnya.
"Sepertinya kamu mengalami benturan yang cukup keras, jadinya sampai berefek ke mata milikmu nggak bisa berfungsi dengan seharusnya." Bisik Chika penuh penuh penekanan.
"Aku panggilin dokter dulu, biar kamu diperiksa."
.
."Tusukan yang kamu terima malam itu lumayan serius. Walau ngga kena organ penting tetap saja kamu kehabisan banyak darah waktu itu. Tapi ya sekarang kamu udah ngga apa-apa. Bentar lagi juga bakal sembuh."
"Kenapa ngga biarin aku mati aja? Tck pengganggu!"
Untuk kesekian kalinya, Chika menghela nafas lelah, ia memutuskan tatapan mereka saat bertemu, mengalihkan pandangannya asal tidak melihat pancaran mata yang tampak mati itu.
Chika sangat benci binar mata seperti itu, hanya mengingatkannya pada masa lalunya yang pahit.
"Jawab aku, kenapa ngga biarin aku terbunuh malam itu!"
Tangan Christy yang sedari tadi mencengkram sprai untuk melampiaskan amarahnya kini berganti dengan genggaman tangan Chika yang besar.
Christy sedikit tertegun ketika mata yang biasanya dingin itu kini berbah menjadi sendu.
"Aku memiliki adik, namanya Ashel, harusnya ia berumur 18 tahun sekarang."
Christy terdiam, tak menyangka jika Chika ternyata lebih tua darinya, karna saat ini umurnya sama dengan umur adik Chika yang barusan ia sebutkan.
"Dia anak yang ceria dan aktif, tadinya. Sampai ketika orang tua kami mulai membandingkan prestasi akademis kami. Adik aku, Ashel, dia sangat ahli dalam dance bahkan karna dance dia sampai mendatangi banyak tempat, sayangnya dia sangat kurang dalam akademis, maka dari itu---"
Chika terdiam lagi, membuka memori lamanya yang membuat dia menjadi seperti ini.
Karna Chika masih saja terdiam, dan Christy yang tergelitik keinganan tahuannya, ia segera menimpali perkataan Chika yang tak selesai.
"Orang tuamu memaksanya untuk menjadi sepertimu ya? Tapi dia ... Umm, nggak sanggup, sampai akhirnya.. maaf, bunuh diri?"
Chika tertawa pelan mendengar penuturan gadis yang baru ia kenal beberapa minggu ini, terlalu banyak menonton sinetron menurutnya.
"Engga kok."
"Terus?"
"Dia anak yang kuat sangat kuat bahkan. Ashel terlalu berbakti sama orang tua, jadi dia mengikuti semua keinginan orangtua kami. Dia bahkan rela meninggalkan hobinya, dan belajar terus-terusan tiap hari, bahkan saat libur sekalipun. Sialnya, walau dia udah mati-matian, hasilnya masih nggak bisa juga memuasin ego orang tua kami."
Nafas Chika memburu, matanya menunjukkan keterlukaan sangat dalam walau ia tak mebgalami apa yang dialami oleh adiknya itu. Melihat Christy yang menjadi terdiam, Chika berusaha sekuat mungkin untuk mengendalikan dirinya.
"Ashel dibentak, bahkan sempat ditampar, mereka merasa Ashel hanya bisa menjadi aib buruk keluarga yang begitu mengedepankan nilai-nilai akademis. Aku ... Aku sebagai kakaknya merasa gagal. Sangat gagal karna nggk bisa lindungi dia, bodohnya aku dulu nututin permintaan dia yang melarang keras aku membelanya, dia ngga mau aku dimarahi kalau sampai ikut campur. Bodoh banget emang, aku nggak bisa nolak keinginan dia."
Chika mengadahkan kepalanya ke atas, ia menarik nafas cukup dalam dan menghembuskan secara pelana, juga mengusap cepat air matanya yang akan menetes.
"Setelah kejadian itu, dia jadi pemurung. Sebagai Kakak aku selalu berusaha menghiburnya, sampai suatu malam aku ngajak dia ke festival malam, pasangan brengsek di rumah kami waktu itu lagi pergi beberapa hari ke luar kota. Aku bahagia banget akhirnya waktu itu aku nemuin cahaya matanya hidup kembali, dia kembali menjadi adekku yang manja. Kami makan dan bermain sepuas yang dia mau, aku jadi orang paling bahagia malam itu."
"Sayangnya ... hari itu hari terakhir aku ngeliat dia ketawa lepas. Karna sesampainya kami di rumah, hal tak terduga terjadi, orang-orang brengsek itu ternyata ada di rumah yang seharusnya mereka masih ada 2 hari lagi di luar kota."
Gadis yang memiliki, gummy smile itu membasahai bibirnya yang kering, sebelum kembali melanjutkan ceritanya, yang disimak baik oleh Christy yang sedang terbaring.
"Dan yaah, semua kesalahan dilimpahkan ke Ashel. Ashel bilang nggak apa-apa jika yang dibentak atau ditampar malam itu cuma dia, tapi waktu itu aku juga kena tamparan karna dianggap lalai mengabaikan tugasku belajar saat malam hari. Ashel menyalahkan dirinya karna untuk pertama kalinya aku ditampar sama mereka."
"Aku ngga tau kalau itu ngebuat dia tertekan, dan Ashel memiliki pemikiran yang jauh karna rasa bersalahnya. Dia melarikan diri malam itu juga karna takut dia hanya akan membawa pengaruh buruk ke aku. Bisa apa anak umur 15 tahun melawan bahaya malam hari? Dia meninggal setelah dimainkan lelaki mabuk, tubuhnya bahkan terdapat luka tusukan serta cekikan."
"Maka dari itu, jika aku punya kesempatan, aku akan membunuh lelaki yang tidak berguna yang hanya bisa mabuk dan menggoda wanita sesukanya."
Chika menatap Christy lekat, "Aku menemukan Ashel dalam diri kamu, Christy. Itu alasan aku kenapa aku selalu mengelak kalau kamu sudah meminta dibunuh. Kalian sama, Christy. Ashel sama kamu, mata kalian sama saat itu, nggak punya semangat hidup. Aku nggak bisa, karna sama aja aku ngebunuh adek aku. Maka dari itu aku mohon sama kamu, tetaplah hidup aku nggak mau merasakan sakitnya kehilangan, lagi."
.
.End 👏👏👏👏👏👏
Inget ya ini short story 🥳
100 vote, epilog 😌
