2.2

608 57 6
                                    

Ada baiknya divote dulu.

.
.

Alaram yang berbunyi keras membuat sepasang mata coklat yang hanya terpejam sebentar itu, mau tak mau membuka matanya selebar yang ia bisa dengan paksa.

Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati sosok gadis berkulit putih pucat dengan mata bulatnya, tengah menatapnya lekat dengan jarak yang sangat dekat.

"AKKHH"

Paginya disambut dengan jatuhnya ia dari kasur karna keterkejutannya.

"Dedek.. kamu ngejutin kakak tau." Nadanya bicaranya entah kenapa justru terdengar manja di telinga gadis yang ia panggi dengan dedek itu.

"Oouh." Balas remaja tanggung itu seolah juga tidak tau ingin berkata apa untuk menimpali gadis di depannya yang kini telah berdiri denga  sempurna.

Rambut coklat panjang bergelombang dengan binar mata yang cerah, hidung yang sedikit mancung serta bibir merah muda yang kini tengah menunjukkan gummy smilenya, membuat remaja tanggung itu menggelengkan kepalanya berkali-kali seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Christy!"

.
.

Makanan di depan ke dua anak perempuan itu sama sekali tak terjemah, keduanya saling membisu dengan tatapan penuh rasa tak tergambarkan. Yessica yakin baik di benaknya ataupun adiknya kini tengah menyimpan berjuta kata yang ingin disampaikan, meskipun mulut keduanya masih terasa kelu bahkan hanya untuk memanggil nama kembali.

Yessica meremas sendok yang ia jamah, jantungnya berpacu cepat sampai ia dapat mendengar suara degupannya dikarnakan keheningan yang mereka ciptakan.

Demi mengurangi rasa gusarnya, gadis itu menarik nafasnya secara perlahan, setelah dirasa cukup tenang, ia menatal adik satu-satunya itu yang sedari tadi hanya menatap makanan di depannya.

Wajahnya masih pucat, badannya tak seberisi sejak terakhir kali ia melihat adiknya itu. Rambut lurus miliknya tampak kurang terurus, bola mata hitam itu sejak kemarin ia tatap memperlihatkan kelelahan.

Suara geseran kursi juga tak mengalihkan perhatian makhluk di depan Yessica, dengan hati yang sudah bulat dan tekad ingin memperbaiki segalanya gadis bermata coklat itu perlahan menyeret kakinya menuju yang termuda.

Yessica berdiri tepat di samping Christy yang masih belum menunjukkan ketertarikan bahkan untuk sekedar menoleh, sedikit membuat Yessica bergetar di tempatnya.

Sebuah kaki yang berlutut serta sepasang tangan yang terkepal di atas pahanya, membuat Christy akhirnya menoleh pada sepasang bola mata yang kini tengah mengaca.

"Dedek ... Maaf,"

Tak ada jawaban setelahnya.

"A-ku aku—" kata-kata itu terselaikan dengan baik yang justru kini berganti dengan suara isakan.

"Kakak— Kakak tau kalau sekarang kamu— udah sulit buat nerima Kakak lagi, ta tapi Kakak mohon—"

Yessica terisak lagi, entah terbang kemana kata-kata yang sudah ia susun rapi sejak lama itu.

Tenggorokannya sakit menahan isakan serta menangis disaat yang bersamaan. Terlebih lagi adiknya itu sama sekali belum menunjukkan respon apapun.

"Christy, Kakak mohon— ijinin Kakak buat nebus semua.. rasa sakit kamu, rasa bersalah— rasa— yang ngga seharusnya kamu derita dari dulu. Kakak—"

Isakannya semakin menjadi, tangannya yang terkepal kuat menjuntai ke lantai, kepalanya tak lagi sanggup menatap adik bungsunya yang masih terdiam dengan tatapan kekecawaannya.

"Kenapa harus sekarang?" Suara tanpa emosi itu semakin membuat Yessica menunduk dalam tangisnya.

Dalam pikirinya yang masih kusut ia juga merutuki semuanya, adiknya benar. Kenapa baru sekarang?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The InfiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang