Pertengkaran (15)

14.4K 1.2K 150
                                    

Danar yang teringat dengan belanjaannya yang ada di mobil Aidan mendesah lesu, kakinya masih lumayan sakit dan Danar memilih untuk istirahat maraton film.

Lama lama Danar bosan dan ingin melakukan sesuatu.

Danar memilih menyusul Aslan dijam makan siang.

Aslan pasti senang melihatnya disana. Ditambah kakinya juga sudah mendingan.

Dengan semangat, Danar mandi lalu membeli makan siang untuknya juga Aslan.

Tak membutuhkan waktu lama, Danar sampai rumah sakit dan menunggu Aslan di area outdor kantin rumah sakit.

Danar tak memberitahu kedatangannya karna ia tau Aslan akan muncul sebentar lagi.

Setelah ingin menyapa, Danar melihat beberapa dokter wanita memberikan Aslan makanan.

Danar mengendus kesal, kenapa Aslan tampak populer disini.

Danar akhirnya menelpon Aslan dimana pria itu langsung mengangkatnya.

"Aku ada dibelakang kamu" ucap Danar dan Aslan langsung mencari keberadaan Danar.

Aslan dengan raut khawatir menghampiri Danar. "Danar, siapa yang suruh kamu kesini hm? Kaki kamu masih sakit?"

"Bilang aja aku cuma gangguin kamu kan"

"Maksud kamu?"

Danar menunjuk kotak makan pemberiaan rekan Aslan.

Aslan terkekeh melihat Danar tampak cemberut karna hal yang menurutnya tidak penting itu.

Aslan menggeser jauh kotak makan itu lalu duduk disisi Danar.

"Bawa apa kesini?"

"Gak. Ini buat aku sendiri, makan aja tu punyamu"

Aslan mengusap rambut Danar dan membuka paper bag yang Danar bawa.
"Aku makan ini terus kamu makan ni pemberian rekan dokterku tadi"

"Gak. Kalo gue gak kesini juga lu makankan tu bekel!?" Danar merubah panggilannya karna sedang marah.

Aslan menatap lembut Danar dan mengangguk kecil.

"Tu kan, ya udah lu makan aja se" emosi Danar.

"Sayang. Dengerin aku. Kita tidak boleh buang buang makanan, niatku hanya satu itu bukan yang lain"

"Tapi lu bisa nolakkan?"

"Dan, itu dari senior, tidak sopan jika aku harus menolak"

"Bulshit, bilang aja lu juga seneng dicaperin sama yang lain, toh mereka cantik cantikkan, bilang aja lu bosen sama gue?"

"Danar. Ya, besok aku tolak ya, tapi sekarang kita makan dulu. Kamu juga belum makankan?"

"Gak, gue udah gak laper"

"Gue suapin ya"

"Enggak"

"Aaaaa"

Danar tetap menerima suapan dari Aslan, tak peduli dengan sekitar yang memperhatikan keduanya yang seolah mempunyai dunia mereka sendiri.

Tak terkecuali dokter cantik yang terus menatap Aslan.

"Aku tidak mau ikannya" keluh Danar.

"Ikan lebih sehat dari pada ayam Dan"

Sepanjang makan siang, Aslan seperti mengurus seorang balita, Danar menghabiskan waktu istirahat Danar yang seharusnya bisa untuk Aslan sekedar tiduran beberapa menit itu.

"Mulai besok kita bikin bekal sendiri ya?"

Danar mengangguk seperti anak kecil, lebih baik seperti itu daripada makan makanan dari orang lain.

Pacar Kok GituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang