2

234 24 2
                                    

Rashelia POV

Jakarta yang sekarang sangat berbeda dengan Jakarta 10 tahun lalu sebelum kamu pergi

"Hei, nih minumnya kamu pasti haus panas2 begini" ucapnya memberiku minuman segar yang entah mungkin ia membelinya di warung klontong sepanjang danau sini

"Makasih Zee"

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini shel?" Ucap Zee Safran teman kuliah ku yang sekarang menjadi seseorang yang menemaniku kemanapun aku pergi. no, 'he not change u' Zee orang yang benar2 berbeda dengannya.

"Seperti biasanya, aku selalu menyelesaikan lebih cepat Zee" ucapku sedikit sombong dengan nada bercanda

"Ah sial aku salah nanyain orang"

"Kamu kenapa tadi melamun?" Zee kembali menanyaiku hal lain

"Ga, gapapa enak aja gitu ngelamun di pinggir danau gini, sejuk bisa nenangin pikiran" ucapku dengan jawaban netral berharap ia tak lagi mengintrogasi ku

"Emng apa yang mengganggu pikiranmu shel? do you can tell me something?" Dugaanku salah, Zee memang senang mengintrogasi ku.

"bukan apa2, kamu kebiasaan sih Zee senang buat aku bingung ngejawab pertanyaan kamu" ucapku

"apa ada hubungannya dengan seseorang yang meninggalkan kamu selama 10 tahun lalu?" Ucapnya tetap mengintrogasi ku.

Aku terdiam. Bingung hendak menjawab apa, tebakan Zee benar sebenarnya. Pikirku memang sedang melayang ke sosok itu, namun dia tak kunjung datang setelah perpisahan singkat kita di bandara waktu itu.
Bahkan kabarnya tak lagi aku dengar 3 tahun belakangan ini, aku selalu berharap dia baik dan bahagia terus, kadang fikirku melayang jauh 'apakah dia sudah memiliki kekasih? Atau bahkan sudah menikah?' ahhhh memikirkannya membuatku galau.

"Apaan sih Zee engga ko" ucapku bohong

"eumm... seriusan? syukur deh, sekarang ada gua shel yang bakal terus jagain lu" ucap Zee sembari merangkul pundakku menyalurkan semangatnya.

Zee POV

aku tahu sebenarnya Rashelia masih sangat memikirkan teman masalalunya dulu, entah benar atau tidak mereka ku sebut sebatas teman. Jika dilihat dari bagaimana galaunya ashel ketika aku berusaha menanyai tentang 'dia' sangat tercetak jelas wajah sendu rindunya.

"Oh ya shel, Minggu ini kita ada pertemuan loh sama CEO dari rumah seni dari Eropa. Sepertinya akan ada hal besar di perusahaan kita" ucapku sembari melihat pemandangan danau di depan mataku ini

"Oh, ga aku kan tapi yang meeting?, soalnya aku juga banyak jadwal meeting lain" 

"ya, untuk meeting dengan perusahaan ini cukup aku yang mewakili, kamu urus projek lain aja deh biar ga banyak beban ntar makin stress hahhaha" ucapku sembari menjahilinya

"kamu ngatain aku stress zee?" 

"yaaa... engga sih sebenarnya tapi kalau kamu ngerasa syukur deh" ucapku sembari berlari meninggalkan nya kembali kekantor

"zee sialan, jangan lari kamuuuuu" ucapnya bangkit dan menyusulku.

------------------------------------

satu minggu kemudian

Vadeliro POV

"saya pergi dulu sha, kamu baik2 disini, i will ready to miss u" ucapku sembari mengecup keningnya

"i will ready to miss u too del, jaga diri jaga hati ya, kalau udah sampe sana jangan lupa kabarin aku oke?" ucap marsha 

"pasti, kamu kalau mau nyusul aku kabarin dulu ya biar aku yang urus nanti" ucapku sembari memeluknya sebagai ucapan perpisahan, ia membalas pelukanku sembari menganggukan kepala.

Love is trueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang