— Secret Admirer
Alderiego Jeremy, atau yang kerap dipanggil Jeremy merupakan anak yang cukup populer. Banyak anak yang bersedia melakukan apapun untuk berteman dengannya. Entah pelet apa yang dia gunakan.
Saat ini dia berada pada tingkat akhir sekolah dasar. Atau lebih tepatnya hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Ujian akhir sudah dilaksanakan sepekan kemarin. Mereka akhirnya bisa bernafas legas, walau baru sekolah dasar. Tak ayal membuat persaingan cukup sengit.
Begitu pula dengan Jeremy. Dia yakin dengan nilainya. Karena dia hampir tak pernah mendapatkan nilai dibawah KKM selama masa sekolah. Lima atau enam tahun, ya begitu.
Hari ini sekolah sedang mengadakan gladi resik untuk acara pentas seni serta kelulusan untuk kelas akhir.
Dibawah pohon ceri, Jeremy duduk bersama kawanannya. Menikmati segelas es teh dan gosip yang entah bagaimana bocah SD bisa tau.
Sementara temannya bergosip, Jeremy hanya diam dan mendengarkan. Jika bukan karena sahabatnya Shaka, dia lebih memilih tidur di kelas.
Jeremy menguap lebar. Ini tengah hari, harusnya dia bisa tidur siang. Namun wali kelasnya menghimbau untuk tidak pulang lebih dulu sebelum acara gladi resik selesai. Mewanti-wanti jikalau mereka butuh pengganti, bisa langsung dicari.
"Eh, siapa tuh!"
Ucapan salah satu temannya membuat Jeremy mengalihkan perhatian pada seorang anak yang berjalan kearah mereka. Dilihat dari bet kelasnya, dia setahun lebih muda.
Anak itu berpenampilan selayaknya bocah SD pada umumnya, baju yang dikancingkan dengan rapi, dasi, kaus kaki setinggi lutut. Serta potongan rambutnya yang biasa kalian sebut emo.
"Ini buat kakak. Aku suka kakak."
Anak itu berdiri tepat di depannya, menyodorkan sebatang coklat yang dihias dengan pita merah muda. Tersenyum lebar bagai tak ada hari besok.
Jeremy terkejut, tentu. Ayolah, mereka masih SD. Normal kah? Ya, cukup normal.
Senyumannya perlahan mulai luntur mendengar tawa mengejek dari teman-teman Jeremy. Bahkan beberapa dari mereka terang-terangan mengatakan bahwa dirinya jelek. Tidak tahu malu dan sebagainya.
Bukannya membela, Jeremy justru ikut tersenyum remeh.
Seolah pengakuan cinta anak itu adalah hinaan untuknya.
"Mandi dulu dek."
"Sadar lo tuh jelek."
"Gatau malu banget wkwk."
"Tebel mukanya."
Anak itu tentu sakit hati. Ia langsung meninggalkan tempat itu tanpa berkata-kata. Siapa sangka cinta pertamanya berujung penolakan, bahkan penghinaan.
Anak itu bernama Rikian Bagaskara.
— Secret Admirer
.
.
.
.
.Rikian Bagaskara
Alderiego Jeremy
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
FanfictionRiki bertemu kembali dengan sang pujaan. Setelah sekian tahun tak mendapat kabar. "Balas dendam dimulai."