- Secret Admirer
***
"Lo pacaran sama Riki?"
Jeremy bahkan belum menutup pintu, tapi sudah ditodong pertanyaan sama Shaka.
"Balik lagi nih gue."
"Eh jangan! Kalo mau balik siniin dulu makanannya."
Jeremy mendengus, kotak bekal dari Bunda agak dia letakkan sedikit dihentak.
"Kok lo tau gue pacaran sama Riki?"
Bukannya menjawab, Shaka malah asik sama kotak bekal yang dibawakan Jeremy.
Kalau menengok ke beberapa hari sebelumnya, Riki sempat jenguk Shaka, kebetulan ruang rawat inap mereka cuma selisih beberapa kamar.
Malah, Shaka yang tahu paling awal kalau Jeremy dan Riki pacaran dari mulut Riki sendiri. Sekaligus minta maaf atas insiden nasi goreng yang mengharuskan dia menginap di rumah sakit sampai hari ini.
Tapi Shaka memilih diam saja. Toh, akar masalah mereka itu karena mulutnya yang gak pernah diajari sopan santun sewaktu SD. Anggap aja Shaka lagi membayar dosanya.
"Asik, enak banget dimasakin Bunda tiap hari. Makanan rumah sakit gaenak cuy."
"Cepet sembuh makanya."
Shaka sibuk makan. Sementara Jeremy lagi asik bertukar pesan sama pacar barunya.
"Iya deh yang baru jadian, cengar cengir mulu dari tadi." Sarkas Shaka.
"Segitunya emang?"
"Ngaca, gue rasa gigi lo kering deh Jer."
Jeremy malah makin lebar nyengirnya.
Ya, habisnya. Siapa sangka kalau dibalik muka tengil Riki itu ternyata ada sosok manusia super menggemaskan yang bisa bikin Jeremy cengar cengir.
"Udah mau balik aja?" Tanya Shaka dapati Jeremy sudah menyambar jaketnya.
"Mau ngapel."
"Ye bocah, ada pacar temen dilupain."
Jeremy cuma merespon dengan tawa, dia tahu Shaka bukan bermaksud yang sebenarnya.
"Baik baik bawa anak orang."
***
Jeremy dan Riki bertemu di lorong rumah sakit, walau menurut Riki dia sudah sehat, tapi Jeremy terus memaksa supaya dia mau pemeriksaan rutin di minggu pertama. Mana yang tahu kalau alergi dinginnya bisa kambuh kapanpun, kan?
"Gimana?"
Riki cuma mngacungkan jempolnya, malah dia menarik tubuh Jeremy kedalam pelukan.
"Kenapa lo?"
"Kangen, kak."
Kaku wajah Jeremy menahan senyumnya, meski begitu pelukan Riki tetap dia balas.
"Dah, jalan yuk, keburu sore."
Sepanjang lorong sampai tempat parkir mereka bergandeng tangan, seolah kalau salah satunya bisa hilang kalau dilepas barang sedetik. Riki mengayun-ayunkan tangan mereka. Entah kapan terakhir kali dia merasa begitu bahagia, seperti sekarang. Atau setidaknya punya orang yang peduli.
"Bentar lagi liburan semester, mau main?" Tawar Jeremy begitu mereka sudah naik ke motor.
Pergerakan Riki memasang helmnya terhenti, "Main kemana?"
"Bebas deh kemana, mau nginep juga boleh."
Riki belum menjawab, bahkan sampai di lampu merah pun masih diam, larut dalam pikirannya sendiri sampai gak sadar lampu sudah berubah hijau. Barulah Riki kembali ke dunia waktu perutnyan dicubit Jeremy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
FanfictionRiki bertemu kembali dengan sang pujaan. Setelah sekian tahun tak mendapat kabar. "Balas dendam dimulai."