VIII

233 27 3
                                    

- Secret Admirer

***

Lucu. Riki kalau ingat lagi, alur cerita ini lucu. Dia mau balas dendam, agar setidaknya, Jeremy yang berbalik mengejar dia, sujud bahkan memohon padanya. Bukan semudah ini dia mengiyakan waktu diajak pacaran sama Jeremy.

Cowok itu curang.

Curang, karena cuma dengan seragamnya yang digulung sampai siku, Jeremy sudah sangat menarik perhatian. Curang karena Riki kira, dia yang malah jatuh, jatuh untuk kedua kalinya.

"Ngelamun aja."

Riki masih gak bersuara, Jeremy sudah duduk disampingnya, membawa serta minuman isotonik untuk diberikan padanya.

Sampai Jeremy menjentikkan jarinya di depan wajah Riki, baru cowok itu sadar.

"Iya tau gua cakep, biasa aja liatnya."

Riki mendengus, "Pede banget."

Dibalas dengan kekehan, yang sialnya terdengar sangat menarik ditelinga Riki.

"Harus. Gue cakep gini, harusnya lo bangga pacar lo ganteng Rik."

Bukannya ditelan, minuman isotonik itu malah Riki semburkan. Disambut gelak tawa dari Jeremy.

"Yaelah, saltingnya lucu banget."

Meski sambil mengejek, Jeremy meraih botol minuman dari tangan Riki, membantu Riki membersihkan seragamnya yang kena semburan.

Kenapa Jeremy harus mengingatkan status mereka yang menurut Riki masih bimbang untuk dia itu. Bukannya gak suka, banget malah, Riki sukanya kebangetan, tapi dia merasa ada yang gak benar di satu sisi, yang entah dia belum tahu bagian mana.

"Rambut lo panjang." Celetuk Riki.

Jeremy cepat-cepat menyentuh belakang rambutnya, berkaca lewat layar poselnya. "Iya juga, mau temenin potong ga?"

"Boleh."

***

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang