Waktu kecil Jaya pernah mendapatkan pelecehan oleh Pak Lik nya sendiri, adik dari Ibunya yang waktu itu ikut tinggal di rumah mereka. Menjadi salah satu dari sekian banyak kemalangan yang dimiliki Jaya. Sejak saat itu, trauma yang dia dapatkan membuatnya menjadi menyukai sesama jenis. Anjing emang tuh orang, untung aja udah mokad.
Meratap keadaannya sekarang, Jaya cuma bisa meratapi hidupnya. Udah sial terus, homo lagi. Nasib nasib!
Jaya suka pantat yang bahenol, sexy, montok berisi gitu. Dengan dada yang menonjol dan tubuh berotot, pria pria ini menjadi idaman Jaya. Ingin rasanya menggenggam daging kenyal itu, ingin dia jilat dan ingin dia kenyot, tapi apa daya semua itu hanya mimpi semata. Setidaknya sampai Jaya ketemu si dukun cabul. Dari sekian banyak pria yang Jaya temui, baik sengaja maupun tidak sengaja, ada beberapa top tier yang memang menjadi favorit Jaya, biasanya sih dijadiin bahan coli.
Aduh Pak Camat makin ganteng aja, pikirnya dalam hati
Pak Hariyono merupakan camat di daerah tempat tinggal Jaya, walaupun sudah berumur, badan Pak Hari masih gagah dan tegap berotot. Idaman ibu-ibu. Jaya termasuk, tapi dia bukan emak-emak ya.
Sebelumnya, Jaya cuma memperhatikan Pak Hari dari jauh. Dia juga dengan sengaja sering berangkat memutar jalan untuk pergi sekolah hanya untuk melewati rumah atau kantor camat, hanya demi berpapasan atau melihat Pak Hari.
Dengan kemampuannya sekarang, tak perlu ditanyakan lagi siapa yang ingin dia gagahi pertama kali.
"Buk! Jay berangkat ya!" Teriak Jaya dari depan pintu setelah memakai sepatunya.
"Heee sarapan dulu! tumben jam segini berangkat.", Bu Tri, ibu Jaya, datang dari dalam rumah masih menggunakan daster, mungkin habis masak dan membantu adek-adeknya bersiap sekolah juga.
"Iyaa ada urusan lah, penting." balas Jaya, hendak mencium tangan ibunya.
"halah, paling juga mau nyontek pr dulu kan sama si Jon." ledek ibunya.
"EH, si Jon cerita cerita ya sama Ibuk?!"
"Mana ada, udah ketebak kamu tuh Jayaa, kerjaannya cuma tidur aja." daripada membalas tangan Jaya yang sudah terulur hendak meminta salim, tangan ibunya malah bergerak menuju kuping Jaya sambil dijewernya.
"Aduduuduuuu."
"Daripada pagi-pagi nyontek pr, mending ikut bapakmu tuh angkut barang ke Pasar."
"Iyaa besok lah, sini mau salim tangannya."
"Besoook aja jawabnya.", akhirnya memberikan tangannya untuk dicium Jaya
"Iya besok-besok maksudnya hehe."
Sebelum ibunya bereaksi, Jaya sudah ngibrit lari keluar gerbang rumah sederhananya dan berbelok ke Jalan.
Jantung Jay tidak bisa berhenti berdegup kencang sejak dia merencanakan aksinya sejak semalam. Sekarang dia sedang berdiri di depan gerbang pintu masuk kantor camat menunggu Pak Hari.
Dari jauh terdengar suara motor itu, motor Pak Hari. Jay memperhatikan motor itu mendekat dan pergi melewatinya, masuk ke dalam halaman kantor camat ke parkiran. Itu Pak Hari!!
Glup, Jay menelan ludahnya. Yuk bisa yuk, katanya dalam hati seraya memantapkan niatnya.
Pak Hari sudah cukup sukses ya, menjadi orang terpandang, menjadi camat yang disegani. Cocok dengan rencana Jay yang ingin meminta sedikit kesuksesannya itu. Ditambah dengan tubuh Pak Hari yang aduhai, sexy sekali, lumayan bisa sekalian Jay cicipi.
Jay melangkahkan kakinya yang pertama sambil was-was. Kalau ternyata dukun itu ngibul pun, Pak Hari gak akan curiga, hanya anak SMA yang ingin menjabat tangannya dan berkenalan.
Tidak terasa Jay sudah berdiri di dekat motor Pak Hari. Pak Hari sudah melepaskan helmnya dan hendak turun dari motor. "Pagi pak," sapa Jay, mencoba bersikap se biasa mungkin.
"Pagi dek, ada yang bisa dibantu?", Pak Hari membalas sambil memperhatikan pemuda yang masih menggunakan seragam SMA itu.
"Perkenalkan saya Jaya.", ucap Jaya sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Jantungnya terus berdegup dengan kencang.
"Oh iya, saya Hariyono.", jawab Pak Hari seraya membalas jabatan tangan Jaya.
Kulo nuwun emas panjenengan setitik
***
Jaya menunggu sampai sesuatu terjadi dengan jantung yang masih berdegup kencang.
"Ada yang bisa dibantu dek?" tanya Pak Hari melanjutkan. "Mau berangkat sekolah ya? sekolah dimana?"
Hati Jaya mencelos. Aduh kok ga terjadi apa-apa. Syaratnya udah terpenuhi kok, Jaya juga sudah mengucapkan ajiannya dalam Hati.
"Eh itu pak, anu.... eng..." Jaya gelagapan, mencari alasan.
Pak Hari hanya berdiri disitu memandangi Jaya yang terlihat kebingungan.
"AH ya, sebenernya KTP saya hilang Pak, cara ngurusnya gimana ya?"
"Oh KTP ya, udh dapat surat berita acara dari ketua RT dan RW?"
"Eh anu pak,"
"Kenapa sama anu saya?", goda Pak Hari.
"aduh bukan, eh belum ada pak, perlu minta dulu ya?"
"Iya harus ada surat nya dulu, nanti adek minta ke ketua RT sama RW dulu ya, trus ke kantor kelurahan, baru kesini." jelas Pak Hari.
Aduhh udah ganteng, sexy, ramah lagi. Jadi ngaceng kan aku.
"Oh gitu, yaudah pak terima kasih ya nanti saya kesini lagi." belum sempat Jaya ingin membalikkan badan, kabur dari situasi memalukan ini. Dasar dukun penipu! Liat aja, aku datengin lagi rumahnya! kesal Jaya dalam Hati.
"Adek ganteng juga, mau mampir ke kantor saya dulu?"
"hah, ganteng dari mana pak? hahaha." jawab Jaya, mengira Pak Hari masih menggodanya.
"Iya masuk dulu aja ke kantor Bapak, nanti kontol adek bapak sepongin." jawab Pak Hari sambil mendekatkan kepalanya ke wajah Jaya.
HAAAHHH?!!
____
Nah loh, si Jaya dapat rejeki nomplok. Gimana nih, gass atau kabur?
-Author-Nata
KAMU SEDANG MEMBACA
Sapi Betina
ParanormalAhhhh, akan kuhisap semua susumu, dan aku akan menjadi lebih Jaya! Teriak Jaya sambil menyedot air susu yang keluar dari kedua puting kemerahan itu. Setelah mendapatkan ajian dari dukun cabul yang dia temui, Jaya sekarang bisa mendapatkan kenikmatan...