Kabar pernikahan teman-temannya mulai terdengar di telinga Grama, tak hanya itu pembicaraan mengenai gaji yang didapatkan temannya yang memutuskan untuk bekerja pun sampai di telinga Grama.
Nyatanya jauh dari keluarga besar tak mampu menjauhkan Grama dari perbandingan yang dilakukan mereka terhadap hidupnya. Sungguh miris. Di saat keadaan ekonomi keluarganya semakin menghimpit mereka masih tidak mempercayai kemampuannya.Berulang kali Grama ingin keluar dari rumahnya, dan bekerja di mana pun untuk membuktikan bahwa dia bisa berdiri di kakinya sendiri. Namun, itu semua selalu gagal karena Grama tidak tau caranya untuk menyampaikan niatnya itu pada orang tuanya.
Terlahir di tengah-tengah pasangan yang cukup harmonis, yang kini sedang diuji membuat Grama bimbang untuk mengambil langkah, sampai dia merasa bahwa dirinya memang benar pecundang.
Hidupnya kacau, tidak memiliki teman, jauh dari kata memiliki pasangan, apalagi memiliki penghasilan, cukup melukai kewarasannya. Ingin berteriak memaki, tetapi siapa yang salah di sini?
Dia tentu saja.
Grama masih cukup sadar untuk tidak menyalahkan siapapun selain dirinya.
"Gram, lo ada di kamar?" Sebuah suara yang sangat dikenalnya, tak sedikitpun menggugah keinginan Grama untuk beranjak dari atas ranjangnya yang kini semakin mendingin.
"Gram, hari ini gue pulang kerumah mami, kayak yang gue bilang kemarin."
"Gram lo denger gue kan. Gue tau lo ada di dalam." Reza yang berdiri di depan pintu kamar Grama itu tampak tak kalah kacaunya. Di tangannya terdapat ransel besar yang akan dibawanya.
Kemarin saat menyampaikan niatnya Reza masih bisa bercanda, mengolok Grama bahwa gadis itu akan merindukannya, tetapi saat harinya tiba, justru dia lah yang merasa berat meninggalkan kamar sewaannya.
"Gram, sorry gak bisa nunggu lo keluar kamar lebih lama, gue pamit Gram." Reza sempat mengetuk kamar Grama dua kali, sebelum berbalik, dan meninggalkan pekarangan rumah yang sudah ditinggalinya selama hampir satu tahun itu.
Berat mengatakannya, Grama mengakui bahwa dia tidak rela Reza keluar dari rumahnya.
Setetes air mata meluncur begitu saja disusul tetesan lain yang menganak sungai.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent Room✅
Short StoryGrama menyayangkan keputusannya yang mengakibatkan dirinya harus berbagi rumah dengan seorang Reza--senior di kampusnya. Pertengkaran mewarnai kehidupannya, hingga tanpa diduga keduanya berakhir di atas takdir yang 'orang lain' sebut indah.