Di sebuah rumah klasik dengan nuansa vintage khas Eropa, seseorang sedang sibuk di bawah ranjang mewahnya.
Gadis itu bernama Jihan Lee Jieun, usianya sudah enam belas tahun dengan tubuh yang terlihat kecil dan menggemaskan, tubuhnya kurus dan dadanya cukup rata untuk ukuran wanita berusia enam belas tahun
Jieun pindah dan hidup di Prancis setelah kedua orang tuanya bercerai saat dia dan saudara kembarnya masih berusia delapan tahun, dia mengikuti ayahnya pergi ke prancis, sementara saudara kembarnya tetap stay di negara tempat tinggal ibunya.
Jieun adalah sosok yang memiliki paras sangat begitu menawan dan menggemaskan yang di idam-idamkan kaum wanita, wajahnya yang cantik luar biasa, kulit putih bersih, dan mata lebar bulat berwarna hitam pekat dia warisi dari ayahnya terlihat sangat terang.
Gadis itu menatap butiran salju yang turun di balik jendela kamarnya, saat dia merasakan dinginnya udara berembus melalui jendela kamarnya yang terbuka, salju pertama turun di penghujung bulan Desember. Dia berdiri dan segera menutup jendela kamarnya, sambil mengeratkan pakaiannya yang tipis.
sebuah bayangan terlintas di kepalanya saat seseorang menghubunginya melalui sebuah pesan pagi ini, saat dia sedang belajar di sekolah.
***
[Saudaramu tidak sadarkan diri, dia terluka parah setelah terjun dari gedung empat lantai di sekolahnya, sebenarnya aku tidak ingin mengganggu kehidupanmu dan ayahmu tapi sudah seminggu ini dia masih belum sadarkan diri.]
Sebuah pesan pertama dan terpanjang yang dikirimkan oleh ibunya selama dia tidak lagi tinggal bersama ibunya.
Satu pesan yang membuatnya kaget tak percaya seolah dunianya hancur, baginya saudaranya adalah segalanya untuknya, meskipun mereka tak hidup bersama lagi mereka masih berhubungan baik, setiap hari mereka selalu bertukar kabar dan menceritakan kegiatan apa yang sedang mereka jalani.
Saudara itu tidak lain adalah Tehyung, mereka adalah saudara kembar yang lahir bersama dari rahim ibu yang sama, yang hanya berbeda beberapa menit. Meski mereka memiliki marga yang berbeda, mereka tetap saudara. Jieun mengikuti marga ayahnya dan Taehyung mengikuti marga dari pihak ibunya. Setelah kedua orang tuanya bercerai, ibunya mengubah marga Taehyung mengikuti marga kekuarganya.
Mendengar apa yang di lakukan saudaranya, membuatnya seolah terkhianati, saudara kembarnya yang sangat dia percaya ternyata menyembunyikan segalanya darinya.
"Apakah aku hanya orang asing bagimu? Apakah kedekatan kita hanya kepura-puraan?" berbagai pertanyaan konyol muncul di kepalanya. Dia menyalakan dirinya sendiri karena
tidak layak menjadi saudara yang baik dan tidak bisa diandalkan. Hatinya hancur memikirkan semuanya.
Segera setelah dia membaca pesan itu dia menghubungi ibunya, sayangnya ibunya tidak mengangkatnya. Hubungan dengan ibunya tak sedekat dulu, setelah dia memilih hidup bersama ayahnya, ibunya memperlakukannya seolah dirinya bukan anaknya, dia tak lagi memberi perhatian atau apa pun, dia juga tidak pernah menghubunginya atau sekedar menanyakan kabar tentangnya setelah kepergiannya.
Dia masih ingat sorot mata penuh kebencian yang dia terima dari ibunya saat dia memilih tinggal bersama ayahnya.
Ibunya juga tidak mengantarnya ke bandara saat itu, yang dia ingat hanya tangis saudara kembarnya yang tidak ingin dia pergi meninggalkannya.
***
"Kau mau kemana?" Pria dengan tubuh tinggi besar dengan tampilan berkelas menatap dingin pada Jieun yang tangannya sedang sibuk mengemasi pakaian ke dalam koper. Ada dua koper di sisinya, satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna merah muda.
Segera setelah mengetahui keadaan saudaranya, tanpa pikir panjang Jieun segera memutuskan untuk kembali ke ibunya, negara dimana dia dilahirkan. Tempat saudara kembar dan ibunya tinggal.
Jieun menatap penuh tanya pada sosok pria itu yang jelas-jelas pasti sudah tahu kemana dia akan pergi.
"Siapa yang mengizinkanmu untuk pergi saat ini?" Pria itu mendekat, matanya yang dalam mengamati dua koper yang sudah setengah terisi.
Jieun yang kaget mendengar ucapan pria itu segera menyahuti.
"Yah ... aku harus berangkat sekarang dan ini tidak bisa di tunda." Gadis itu menatap tidak peduli sembari meneruskan kegiatannya melipat rapi baju-bajunya yang dia ambil dari armoire di sampingnya lalu memasukkan ke koper merah muda dengan gambar barbie, khusus untuk tempat pakaian, sementara kopernya yang hitam untuk barang-barang yang lain selain pakaian.
"Setidaknya tunggu sampai kau libur sekolah." Pria yang di panggil ayah itu mencoba menghentikannya untuk tidak lagi mengemasi barang-barangnya.
Ayahnya yang bernama Lee Dong wook, sosok pria dengan wajah tampan dan berkarisma, dengan mata terangnya, hidung mancung, dan kulit putihnya, sebuah gambaran sosok tampan layaknya pangeran dalam buku dongeng.
Memiliki darah biru bangsawan. Ding wook hidup disegani oleh banyak orang, dia juga mendapat banyak warisan dari keturunannya, hidupnya tidak kekurangan apa pun, Dia meninggalkan negaranya dan hidup di Prancis, negara impiannya bersama putrinya, Jieun.
Di usianya yang sudah empat puluhan dia masih tampan dan terlihat muda, tidak sesuai dengan umurnya, kadang, saat dia jalan bersama Jieun, orang-orang mengira mereka pasangan kekasih, beberapa juga mengira mereka saudara karena wajahnya yang sangat mirip.
"Nunggu libur? apa ayah gila?" Matanya yang berwarna hitam pekat menatap tajam tidak percaya apa yang ayahnya katakan. Dia melepas cengkeraman tangan ayahnya yang melingkar di lengannya yang kurus.
"Kenapa?" Dong wook, ayahnya bertanya dengan tatapan penasaran seolah itu hal yang wajar.
"Liburan masih beberapa bulan lagi, aku tidak bisa menunggu, itu terlalu lama." Jieun berkata dengan tangan yang kembali sibuk memasukkan pakaian dan barangnya yang lain. Dia memegang tas hitam dan sepatu kets putih kesayangannya lalu mengamatinya beberapa saat sebelum kembali meletakkannya.
"Apa kau mau meninggalkan ayah sendirian di sini?" Sebuah pertanyaan yang tak disangka-sangka keluar dari mulut ayahnya, dengan mata sedih dan putus asa menatap Jieun yang tidak percaya mendengar pertanyaan ayahnya.
"Yah ... Ayah tahu aku, jadi jangan bertanya seperti itu, Putri kesayangan ayah ini tidak mungkin meninggalkan ayah sendiri." Tangannya yang putih menjangkau tangan ayahnya lalu menggenggamnya sambil matanya menatap kedua mata ayahnya meyakinkan.
"apa ayah begitu tidak pedulinya pada Taehyung? Dia juga anak ayah," ucap Jieun keluh.
Mendengar pertanya seperti itu dari putrinya dia hanya diam dan menundukkan kepalanya.
Sebenarnya bukan dia yang tidak peduli atau bahkan tidak menganggapnya sebagai anaknya, namun, Taehyung lah yang tidak menginginkannya, anak itu membencinya, dia masih ingat saat Taehyung mengantar mereka ke bandara, meskipun dia menangis tapi tatapan matanya pada dirinya menyiratkan sebuah kebencian yang begitu mendalam. Dia beberapa kali mencoba menghubunginya bertanya kabar tentangnya tapi tak sekalipun ada balasan darinya. Pada akhirnya hubungan dengan anaknya Taehyung terputus begitu saja.
"Aku akan kembali jika semua sudah beres, jangan khawatir," ucap Jieun sambil kembali menggenggam erat tangan ayahnya meyakinkan.
"Baiklah, ayah percaya padamu."
Dua mata dengan warna yang sama saling menatap dengan tulus.
"Aku akan menghubungi ayah dan mengabari ayah setiap hari," ucap Jieun, dia melanjutkan mengemasi barangnya yang sudah penuh di dalam koper, kemudian menutupnya.
"Jam berapa pesawatmu terbang?" Ayahnya menatapnya masih dengan tatapan sedih. Dia memikirkan bagaimana menjalani hidup tanpa putrinya menemani meski hanya sementara.
"Aku akan mengantarmu," ucap ayahnya setelah melihat tiket pesawat yang Jieun berikan.
Jieun tersenyum senang mendengar apa yang di katakan ayahnya kepadanya, sebenarnya awalnya dia juga takut jika ayahnya melarang dan tidak memberinya izin, dia bahkan berpikir untuk melarikan diri jika memang benar-benar tidak di izinkan, tapi ternyata dia berhasil membujuk ayahnya, meski sebenarnya dia juga cukup sedih dan tidak tega meninggalkan ayahnya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Seven Flower Boys
FanfictionBagaimana rasanya jika kehidupanmu dikelilingi oleh tujuh pria tampan? Apakah akan seperti kisah romantis yang sering muncul di drama-drama? Lee Jieun, dialah gadis itu. Gadis berusia 16 tahun yang merasakan bagaimana rasanya hidup dikelilingi banya...