Perjalanan dari rumah menuju rumah sakit hanya memakan waktu selama tiga puluh menit. Mungkin karena jalanan yang sudah sepi dan kecepatan sopir taxi yang dipaksa Jieun berjalan lebih cepat membuat mereka sampai di rumah sakit lebih cepat. Padahal jarak ke rumah saki dari rumah ibunya lumayan jauh.
Setelah membayar sopir taxi, Jieun yang masih menangis segera berlari kencang memasuki rumah sakit.
Sebuah rumah sakit besar. Rumah sakit nomor satu di negaranya, dengan fasilitas yang sempurna tepat di depan mata Jieun. Gadis itu segera menuju ruang resepsionis rumah sakit.
"Ada yang bisa kami bantu? “tanya salah satu pegawai menatap Jieun berderai air mata tepat di depan mereka dengan wajah khawatir.
"Di- dimana ruangan Tehyung? Kim Taehyung?" tanya Jieun sambil sesenggukan.
"Taehyung?"
"Iya, Kim Taehyung."
"Tunggu sebentar, ada banyak nama yang sama, Tehyung yang mana?" tanya pegawai itu lagi. Dia sibuk melihat data pasien.
"Taehyung, dia masih berusia enam belas tahun." Jieun menjawab seadanya dengan tatapan mata yang tampak bingung.
"Oh, yang kemarin kasus bunuh diri ya?" Tanpa pikir panjang sang pegawai menanyakan hal yang terdengar sensitif itu.
Jieun yang mendengarnya hanya bisa menganggukkan kepalanya, dia tidak bisa mengatakan apa pun karena memang begitu adanya.
"Pasien Kim Taehyung ada di ruang VVIP di lantai dua dengan nomor lima," jawab segera pegawai tersebut setelah melihat anggukan dari Jieun.
Jieun pun segera berlari menuju ruangan yang baru saja disebutkan dengan kencang, untungnya karena sudah sangat larut malam, rumah sakit sepi dan hanya ada beberapa orang saja.
Jieun kemudian berhenti di depan lift dengan gelisah, sambil kakinya yang mungil tidak bisa berhenti melangkah dan berjalan ke sana-kesini menunggu lift turun dan terbuka. Saking gelisahnya dia sampai tidak sadar seorang pria sedang mengawasinya dari samping. Sosok pria berwajah imut dengan kaca mata menempel di wajahnya menatap dengan cermat wajah cantik Jieun yang sedang menangis. Dia tampak sedikit terganggu melihat tingkah Jieun yang berjalan mondar-mandir di depannya.
Ting!
Setelah menunggu beberapa menit, pintu lift pun terbuka. Jieun segera masuk dan disusul pria tersebut. Tanpa menunggu lama Jieun segera memencet tombol dua dan lift pun berjalan naik. Sementara pria di sampingnya hanya diam saja. Mereka berdiri berdampingan di satu lift yang hanya ada mereka berdua.
Pintu lift pun terbuka, dengan air mata yang masih mengalir dan jantung yang berdebar-debar, Jieun segera berlari keluar dari dalam lift. Sementara pria yang bersamanya di dalam lift hanya mengamatinya sebelum akhirnya pintu lift tertutup lagi, dan dia memencet tombol tiga.
Dengan nafas yang tidak teratur, Jieun berhenti tepat di depan pintu kamar yang sedang dia cari. Ruangan VVIP dengan nomor lima yang tadi disebutkan oleh salah satu pegawai.
Ceklek!
Suara Jieun baru saja membuka pintu ruangan tempat di mana Taehyung sedang berbaring.
Dengan langkah perlahan Jieun memasuki kamar tersebut. Tatapannya kosong melihat tubuh saudaranya Taehyung berbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur. Air matanya semakin deras berjatuhan di pipinya yang sudah basah.
"Kenapa kamu datang ke sini?" suara dingin segera menghentikan langkah Jieun.
Jieun segera menoleh ke arah asal suara tersebut. Sosok ibunya Kim Inna sedang berdiri di samping kursi menatap tajam padanya.
"Aku belum memberimu izin untuk datang ke sini," ucap Inna menatap wajah Jieun tidak suka melihat kehadirannya.
"Ma- maaf ma, tapi aku sudah tidak tahan lagi, aku rindu Taehyung," jawab Jieun sesenggukan.
"Kembali lah sekarang, kamu bisa datang lagi besok!" ucap Inna ketus.
Ekspresi wajah Inna masih sama, meski pun dia melihat tangis Jieun, tapi tidak ada sedikit pun ekspresi kasihan terpancar darinya. Padahal Jieun sedang menangis penuh kesedihan.
"Ma ... Tolong, aku mau di sini dulu."
"Cepat pulang!" teriak keras Inna mengusir Jieun.
Kim Inna berjalan ke tempat Jieun yang masih diam saja tidak segera keluar. Dia kemudian menarik tangan Jieun dan mencoba menyeretnya keluar dari ruangan Taehyung.
"Ma, aku mohon, tolong lepaskan! Aku menemukan buku milik Taehyung!" teriak Jieun sambil mengangkat buku bersampul hitam di tangannya.
Kin Inna pun berhenti, dia kemudian menatap buku yang ada di tangan Jieun tersebut lalu membuka mulutnya, "Lalu kenapa?"
Saat Kin Inna akan kembali menyeret Jieun keluar, Jieun kembali berteriak. "Apa mama tahu, jika Taehyung di sekolahnya dibully sampai dia akhirnya melakukan itu?"
Mendengar teriakan Jieun, Inna segera berhenti membeku. Matanya menatap kaget dan sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja Jieun katakan.
"Jika mama tidak percaya, baca ini!" Jieun menyerahkan buku diary milik Taehyung dan menaruhnya di atas telapak tangan Inna.
"Ma, aku mohon biarkan aku sebentar menemani Taehyung," ucap Jieun. Dia segera melepas tangan Inna yang masih memegangi pergelangan tangannya. Masih tidak mengerti kenapa mamanya bersikukuh menyuruhnya pulang dan kembali besok. Padahal dia sampai di rumah sakit.
Mengabaikan Kin Inna, Jieun berjalan mendekat ke tempat Taehyung sedang berbaring. Air matanya semakin deras, dan suara tangisnya juga semakin keras.
Tak lama Inna pun berjalan keluar dari kamar ruang inap Taehyung meninggalkan Jieun dan Taehyung berdua. Inna pergi dengan membawa buku dairy milik Taehyung.
"Taehyung ... Apa ini kamu?" Jieun berkata sambil menatap wajah tampan saudaranya itu.
Sudah lama dia tidak melihat wajah saudara kembarnya, wajahnya berbeda dan hanya ada kemiripan sedikit dengannya. Tapi itu sangat tampan, sayangnya wajah tampan Taehyung tertutup luka dan perban.
Pandangan Jieun segera turun ke bawah dan menemukan semua tubuh Taehyung yang penuh perban. Ada banyak patah di tulangnya.
"Taehyung ah ... Aku sudah kembali. Bukalah matamu, aku di sini. Bukankah kamu bilang, kamu sangat merindukanku?" Jieun mengambil tangan Tehyung dan menggenggamnya sangat erat.
Tidak ada respons apa pun dari Tehyung. Pria itu masih menutup kedua matanya dan tampak tidur sangat nyenyak layaknya pangeran yang sedang tertidur.
"Taehyung ah ... Ini aku, saudaramu. Jieun. Kamu bilang akan mengajakku jalan-jalan saat aku kembali. Sekarang tolong buka matamu."
Masih sama, tidak ada respons dari Taehyung. Hanya suara mesin di samping yang berbunyi berirama.
Tangis Jieun semakin keras melihat saudaranya yang diam saja. Dia masih tidak menyangka saudaranya tak sadarkan diri dengan luka yang mengerikan di tubuhnya.
"Taehyung ah ... Maafkan aku. Maaf, tidak bisa menjadi saudara yang bisa kamu andalkan. Maafkan aku karena sudah meninggalkanmu." Aie mata Jieun perlahan berhenti mengalir. Dia mencium punggung tangan Taehyung yang dingin.
"Aku janji aku akan membalaskan orang-orang yang sudah membuatmu seperti ini," ucap Jieun penuh dendam menatap kosong dengan air mata yang sudah mengering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Seven Flower Boys
FanfictionBagaimana rasanya jika kehidupanmu dikelilingi oleh tujuh pria tampan? Apakah akan seperti kisah romantis yang sering muncul di drama-drama? Lee Jieun, dialah gadis itu. Gadis berusia 16 tahun yang merasakan bagaimana rasanya hidup dikelilingi banya...