Malam yang sunyi dengan suasana baru dan hati yang gelisah, membuat Jieun tidak terbiasa dan sulit menutup kedua matanya.
Sudah tiga jam Jieun berbaring di atas kasur dan berusaha untuk tertidur, tapi dia masih tidak bisa terlelap, padahal kedua matanya sudah sangat mengantuk.
Ibunya melarangnya mengunjungi Taehyung, dan menyuruhnya untuk menunggu hari esok, padahal dia sudah tidak tahan dan ingin melihat saudara kembarnya itu, tapi ibunya yang melarangnya membuat dia mau tak mau harus menurut.
Memikirkan ucapan ibunya, membuat mood Jieun menjadi memburuk. Dia kemudian membangunkan tubuhnya yang berbaring di atas kasur, kemudian duduk membeku sangat lama. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk turun dan keluar dari kamarnya.
Dengan langkah kaki yang ringan, Jieun berjalan menuruni tangga. Mengamati sekeliling, beberapa lampu sudah dimatikan, hanya di ruangan tertentu lampu masih menyala. Rumah yang besar terasa sangat sunyi, tidak ada suara apa pun, hanya suara-suara hewan malam yang terdengar samar entah dari mana asalnya.
Setelah menuruni tangga, Jieun, dengan kaki kecil yang tanpa alas kaki, berjalan dan mengelilingi ruang tamu yang gelap, lalu duduk sendirian setelah mereka lelah berkeliling tidak jelas. Dia tampak seperti sedang menunggu seseorang. Sayangnya di rumah yang besar itu, hanya ada dirinya seorang, dan dua penjaga keamanan di depan gerbang jauh di luar sana. Ibunya tidak pulang, dan berjaga menunggu Taehyung di rumah sakit, sementara Imonya pulang ke rumahnya, jadi hanya ada Jieun sendirian di dalam rumah besar itu.
Dengan langkah yang lelah, Jieun pun kembali naik ke lantai atas. Dia yang bosan, akhirnya berinisiatif memasuki kamar saudaranya, yang tidak lain, adalah kamar Taehyung yang letaknya persis di samping kamarnya.
Ceklek!
Suara Jieun membuka pintu. Dia mendorong pintu yang terasa berat itu. Seolah sudah lama tak pernah dipakai. Kegelapan segera Jieun temukan, saat dia baru saja masuk.
Dalam kegelapan, dia berjalan dan menggerayangi tombol lampu, lalu menyalakannya. Sebuah ruangan yang sangat rapi dan tertata tepat di depan mata Jieun. Suasana kamar tak jauh berbeda dengan karakter Taehyung, sosok yang rapi, rajin, dan disiplin. Tidak ada hiasan apa pun di dalam kamarnya, hanya dikelilingi buku-buku yang tersusun rapi.
Saat Jieun baru saja akan berbalik dan keluar dari kamar Taehyung, dia melihat sesuatu yang membuat dia tertarik. Dia kemudian berjalan mendekat ke maja belajar milik Taehyung. Sebuah foto terbingkai pigura kecil berdiri dari balik lampu belajar. Jika bukan karena mata jeli Jieun tidak akan ada yang menemukannya, karena itu terhalang lampu belajar dan juga tumpukan buku di sampingnya.
Sebuah foto yang berisi, tujuh pria tampan, yang salah satunya adalah Taehyung. Mereka semua tersenyum cerah menatap kamera sambil saling merangkul. Ada kehangatan akan persahabatan mereka yang terpancar dari foto tersebut.
Jieun tersenyum senang hanya dengan melihatnya. "Ternyata Taehyung punya sahabat," gumam Jieun tersenyum lebar.
Sebelumnya, Jieun mengira saudara kembarnya itu tidak bisa berteman, mengingat bagaimana karakter Taehyung yang sangat tertutup pada orang lain. Taehyung sendiri juga tidak pernah bercerita apa pun padanya mengenai hubungan pertemanannya jadi Jieun mengira Taehyung sendirian tanpa teman, tapi sebuah foto kecil membuat pemikiran Jieun salah besar.
"Tapi, jika dia memiliki sahabat, apa alasan dia melakukan bunuh diri?" pikir Jieun.
Senyumannya segera menghilang, mengingat apa yang sedang terjadi pada saudara kembarnya saat ini. Jieun kembali meletakkan foto kecil itu di tempat yang sama, lalu berbalik akan kembali.
Bruk!
Suara sesuatu yang terjatuh ke lantai. Jieun baru saja tidak sengaja menjatuhkan sesuatu saat dia baru saja berbalik dan akan keluar.
Jieun seketika menghentikan langkahnya dan berbalik melihat benda yang baru saja dia jatuhkan. Sebuah buku dengan sampul berwarna hitam.
"Apa itu?" ucap Jieun pelan.
Dia kemudian mengambil buku itu dan segera mengamatinya. Dia yang penasaran pun segera membuka buku tersebut. Lalu membacanya dalam hati.
Sebuah tulisan tangan yang rapi dan cantik menceritakan tentang kehidupannya. Itu adalah buku diary milik Taehyung.
"Ah, harusnya aku tidak boleh membacanya," ucap Jieun. Dia segera menutup buku tersebut dan meletakkannya di atas meja.
Sayangnya rasa penasarannya mengalahkan segalanya. Jieun dengan ekspresi penuh penasaran, segera menarik kursi belajar lalu dia kembali membuka buku diary itu.
"Maafkan aku Tehyung," gumamnya pelan.
Jieun membaca dari lembar pertama, dia kemudian menarik ujung bibirnya menertawakan kegiatan Taehyung yang membosankan. Hari-harinya yang selalu sama, bersekolah dan ke perpustakaan. Beberapa lembar dengan isi yang sama sampai di lembar terakhir saat Jieun membaliknya itu kosong.
Namun, setelah membaliknya lagi beberapa kali, Jieun yang sebelumnya tampak tidak bersemangat karena tulisan Taehyung yang sudah berakhir, kembali bersemangat setelah dia menemukan satu lembar lagi, tulisan Taehyung.
Sayangnya, satu lembar tulisan yang ditulis Taehyung, membuat tubuh Jieun seketika lemas sampai terduduk di lantai yang dingin, dengan bercucuran air mata.
"Semua orang menjauhiku, menatap penuh permusuhan setiap kali bertemu pandang denganku. Satu-persatu teman dekatku meninggalkanku, dan orang-orang di sekitarku mulai mengolokku, menghina, menertawakanku dan sesekali memukuliku. Aku kesepian, tidak ada seorang pun yang berdiri disisiku, aku sendirian, tidak ada satu pun seseorang yang bisa memberiku sandaran. Aku lelah, aku sudah tidak tahan lagi. Aku akan mengakhiri semua penderitaan ini." Satu penggal paragraf yang baru saja Jieun baca. Tulisan terakhir Taehyung dengan tinta berwarna merah sebelum dia akhirnya memutuskan tindakan yang sangat mengerikan.
Jieun masih bersujud di lantai menangisi apa yang baru saja dia temukan. Rasa sesal karena tidak bisa menjadi sosok yang selalu ada untuk saudaranya, dia menangis dengan sangat keras, sambil memukul-mukul dadanya yang tampak sesak. Dia gagal menjadi sosok yang saudara yang tidak bisa menjadi sandaran baginya.
Satu jam lebih Jieun menangis. Dengan tubuh yang tampak gemetaran, dia berdiri lalu berjalan keluar dari kamar Taehyung.
Jieun kemudian berlari menuruni tangga dan berjalan keluar. Dia membawa buku diary milik Taehyung dengan air mata yang masih mengalir dan berjalan ke arah gerbang rumahnya.
Dua satpam yang berada di posnya segera bangkit dan menghampiri Jieun, saat melihat keadaan Jieun yang berantakan.
"Ada apa? Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu dari satpam tersebut.
Jieun pun segera menjawab dengan suara yang terbata-bata dengan tangis yang sesenggukan, "Pak, tolong antarkan aku ke rumah sakit di mana Taehyung dirawat."
"Ah, baiklah. Tunggu sebentar, aku akan pesankan taxi." Satpam itu segera berlari keluar dan berdiri dipinggir halan raya, menunggu mobil taxi lewat.
Jieun dengan air mata yang masih mengalir mengikuti satpam tersebut dan mendekatinya, sampai akhirnya tidak lama taxi tiba di depan mereka.
Tanpa menunggu lama, Jieun pun naik dan masuk ke dalam taxi setelah mengucapkan terima kasih pada salah satu satpam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Seven Flower Boys
FanfictionBagaimana rasanya jika kehidupanmu dikelilingi oleh tujuh pria tampan? Apakah akan seperti kisah romantis yang sering muncul di drama-drama? Lee Jieun, dialah gadis itu. Gadis berusia 16 tahun yang merasakan bagaimana rasanya hidup dikelilingi banya...