"Ah, aku ketiduran," ucap Jieun yang baru saja terbangun dari tidurnya.
Dengan kedua mata yang masih mengantuk dia mengucek matanya dan menemukan wajah Taehyung di depannya. Dia kemudian berdiri dari duduknya dan mengamati sekeliling. Ruangan VVIP yang luas dengan fasilitas mewah tampak kosong. Dia mencari keberadaan ibunya dan tidak menemukannya. Setelah semalam ibunya keluar meninggalkan dia hanya berdua dengan Taehyung, dia tak lagi melihat ibunya kembali sampai akhirnya dia ketiduran setelah kelelahan menangis.
Jieun ketiduran di kursi tepat di samping ranjang Taehyung sambil menggenggam tangan Taehyung.
Mendengar suara kicauan burung, Jieun segera mendekat ke jendela lalu membuka gorden dan menemukan langit yang pagi yang sudah cerah, dengan sinar matahari yang masih mengintip. Dia menatap kosong ke luar dengan kedua matanya yang kosong.
"Ah benar, aku harus segera menjalankan misiku," teriak Jieun. Tangannya yang mungil, menggerayangi tubuhnya seolah sedang mencari sesuatu. Sayangnya tidak ada apa pun di saku celana atau pun atasannya.
"Sial, aku meninggalkan ponselku!" Jieun menepuk jidatnya dengan cukup keras sampai mengeluarkan bunyi.
Dia baru saja akan menghubungi ayahnya dan meminta bantuan ayahnya untuk mengurus segala keperluannya. Jieun ingin segera memasuki sekolah Taehyung.
Dengan perasaan kesal dan marah pada dirinya sendiri, Jieun kembali mendekat ke tempat Taehyung lalu berbisik pelan.
"Cepat bangun, aku akan segera membalaskan dendammu. Aku akan memukul balik orang-orang yang membullymu. Aku akan pulang dulu sebentar." Setelah mengatakan itu, Jieun mengecup kening Taehyung dengan sedih dan kemudian mencium kembali punggung tangan Taehyung.
Setelah beberapa menit menatap sedih Taehyung, Jieun berbalik dan berjalan ke arah pintu, dan keluar dari ruangan Taehyung.
***
Di sebuah ruangan VVIP di lanti tiga, ada tiga pria tampan sedang berbaring di satu ranjang yang sama dengan pasien.
"Minggir sedikit, ini sangat sesak," ucap Namjoon kesal sambil mendorong dua pria yang tidur di sebelahnya dan mengimpitnya yang berada ditengah.
"Yak! Jungkook ah~ Cepat minggir sana!" Dorong Namjoon saat Jungkook masih diam saja di tempat, berbeda dengan pria disebelahnya yang bergeser sedikit.
Plak!
Pukulan kasar segera mendarat di bahu Jungkook yang kekar. Namjoon baru saja memukulnya karena kesal, Jungkook yang tak kunjung bergeser. Dia benar-benar merasa sesak untuk bernafas.
Kemarin, ada insiden yang sangat memalukan bagi Namjoon, dia tidak sengaja mencederai tubuhnya saat berolahraga, sampai akhirnya dia harus dilarikan ke rumah sakit. Kelima temannya mengikutinya ke rumah sakit. Sementara yang tiga sudah pulang, dan hanya ada dua yang masih mengganggunya, dua orang teman itu tidak lain adalah Jungkook dan Yoongi.
"Emm ..." Hanya gumaman kecil yang keluar dari mulut Jungkook. Pria itu tidur semakin pulas dan malah menggeliat ke dalam dada Namjoon.
"Ugh ... Sialan!" teriak Namjoon, dia meringis kesakitan karena baru saja Jungkook menyeruduk bahunya yang cedera dengan kepalanya.
Namjoon yang kesal segera mendorong tubuh Jungkook dengan kakinya yang panjang menjauh dari tubuhnya.
Bruk!
Suara tubuh Jungkook yang baru saja terjatuh dan membentur lantai. Namjoon mendorong tubuh Jungkook sampai membuat dia terjatuh ke bawah ranjang.
"Aduh, sakit!" teriak Jungkok. Pria itu segera bangun dan berdiri menatap kesal pada Namjoon yang membuatnya terjatuh.
"Ck, sangat menyebalkan!" gumam Jungkook. Pria itu segera berjalan ke arah pintu seperti akan keluar.
"Kamu mau kemana?" tanya Namjoon melihat Jungkook yang berjalan menjauh.
"Aku lapar," jawab Jungkook.
"Belikan aku makanan juga." Namjoon segera berteriak.
"Aku juga." Di samping Namjoon, Yoongi juga menimpali dengan malas.
Sementara Jungkook hanya diam saja. Dia tidak mengiyakan permintaan mereka atau pun menolaknya. Dia hanya fokus berjalan dan kemudian keluar meninggalkan ruangan Namjoon.
Dengan langkah yang malas, Jungkook berjalan dan berhenti di depan Lift dan menunggu lift turun. Sampai beberapa menit kemudian pintu lift pun terbuka dan Jungkook pun segera masuk. Lift kosong dan tidak ada satu orang pun di dalamnya.
Jungkook memilih berdiri di sudut lift sambil menyandarkan tubuhnya, dan memejamkan matanya yang masih mengantuk. Lift berjalan turun ke bawah setelah pintu kembali tertutup. Saat itu lift berhenti di lantai dua dan seseorang gadis dengan pakaian kusut dan rambut berantakan masuk ke dalam. Gadis itu tidak lain adalah Jieun.
Aroma parfum tak asing segera memenuhi lift yang ruangannya masih terasa longgar saat Jieun baru saja masuk ke dalam.
Jungkook yang masih diposisi sama dengan kedua mata tertutup mengendus aroma yang tak asing dihidungnya itu.
"Ini tidak mungkin," gumam Jungkook dengan malas. Aroma parfum yang pernah Jungkook cium sebelumnya di pesawat saat dia pulang dari Prancis. Aroma milik gadis di sebelahnya.
Ting!
Suara pintu lift terbuka. Lift sudah sampai di lantai satu. Jieun yang sudah menunggu di depan pintu segera keluar saat pintu lift terbuka.
Sementara Jungkook yang baru saja membukan matanya dengan malas berjalan dengan ke arah pintu dan menghentikan pintu lift yang baru saja akan tertutup.
Namun saat itu, tubuh Jungkook seketika membeku setelah melihat rambut pirang dan tubuh tak asing Jieun.
"Apa? Apa aku mimpi? Itu sangat tidak mungkin," gumam Jungkook lagi.
Kaki malas Jungkook kini mulai melangkah dengan tegap mengikuti langkah kaki Jieun. Ekspresinya masih tampak tak percaya melihat tubuh Jieun dari belakang.
Jungkook sudah sangat hafal bagaimana lekuk tubuh Jieun dan bagaimana sosoknya. Dia semakin mempercepat langkahnya mengikuti Jieun yang berjalan semakin cepat.
Jieun yang ingin segera pulang, memang sengaja mempercepat jalannya, dia tidak tahu seseorang sedang mengikutinya dari belakang. Dia kemudian menghentikan langkahnya dan berdiri di samping jalan raya. Mencari taxi untuk dia naiki. Selain tidak membawa ponsel, dia juga lupa membawa dompet, semalam dia dipegangi salah satu satpam uang untuk membayar taxi, saat ini dia tidak memegang uang sepeser pun. Jieun sudah berencana naik taxi dan membayarnya saat sudah sampai rumah mamanya.
Di belakang Jieun, Jungkook berdiri dan diam menatap punggungnya. Dia tidak berani mendekatinya, dan hanya mengamati punggung Jieun. Dia sendiri masih agak ragu dan takut salah orang. Itu sebabnya dia tidak menghampiri Jieun dan ingin memastikannya dengan terus mengamatinya.
Sayangnya, tak lama taxi pun datang, dengan tangan mungilnya Jieun melambaikan tangan dan menghentikannya. Segera, taxi pun berhenti di depannya, dan tanpa menunggu lama Jieun menaikinya.
"Hei, tunggu!" Jungkook yang gelisah melihat kepergian Jieun, tanpa sadar berteriak meneriaki Jieun.
Dengan wajah kaget, Jieun menoleh ke arah di mana Jungkook berada. Keduanya saling beradu pandang. Sayangnya mobil taxi yang dinaiki Jieun berjalan dan mereka pun hanya bisa saling tatap sampai akhirnya berjalan semakin jauh dan menghilang.
"Sialan! Ternyata memang dia." Sesal Jungkook sedih melihat taxi yang di naiki Jieun sudah menghilang dari pandangannya.
Kelanjutan cerita ada di fizzo
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Seven Flower Boys
Fiksi PenggemarBagaimana rasanya jika kehidupanmu dikelilingi oleh tujuh pria tampan? Apakah akan seperti kisah romantis yang sering muncul di drama-drama? Lee Jieun, dialah gadis itu. Gadis berusia 16 tahun yang merasakan bagaimana rasanya hidup dikelilingi banya...