"Elo," ucap Nayla, setelah melihat sosok yang dibelakangnya.
Dengan wajah tanpa ekspresinya, cowok tersebut memberikan buku yang telah ia ambil tadi kepada Nayla. Setelah memberikan buku itu kepada Nayla, cowok itu lantas pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat dia yang akan pergi, Nayla menghentikan pergerakannya dan mengucapkan terimakasih.
"Tunggu, makasih udah bantuin gue mengambil buku ini," ucap Nayla pada cowok itu.
"Ya," ucap cowok itu singkat, padat dan jelas.
"Hmm, kenalin nama gue Nayla Aisha Almera, Lo bisa panggil gue Nayla," jelas Nayla.
"Gue Faiz, Faiz Shahzad Alfarizi," jawab Faiz to the point.
"Owh iya, gue juga mau ngucapin makasih karena telah menolong gue di koridor sekolah waktu itu."
"Sama-sama," ucap Faiz berlalu pergi.
"Ngomongnya singkat, padat dan jelas," batin Nayla.
Tak lama Nabila datang dan menghampiri Nayla yang masih menggerutu. Nabila yang tidak tau apa yang terjadi pada sahabatnya lantas bertanya.
"Lo kenapa ngomel-ngomel disini Nay?" Tanya Nabila.
"Itu tuh, cowok yang kemarin nolong gue. Sekarang dia nolongin gue ngambil buku ini," jelas Nayla seraya menunjukkan bukunya.
"Terus kalo dia udh nolongin Lo, kenapa Lo ngomel?" Tanya Nabila lagi.
"Ya tadi kan habis dia nolongin gue, mukanya itu lohh bikin kesel, mana datar lagi terus kalo ngomong irit banget," jelas Nayla panjang lebar.
"Jangan kesel-kesel Nay ntar Lo suka lagi sama dia," ucap Nabila menggoda Nayla.
"Gak mungkin gue suka sama dia," bantah Nayla.
"Dimulut gak tapi dihati iya," goda Nabila semakin menjadi.
"Iyain aja biar kelar," final Nayla akhirnya.
Setelah terjadi perdebatan panjang, mereka pun segera menuju kasir dan membayar buku-bukunya.
~~~
Sampainya dirumah, nayla langsung pergi menuju kamarnya untuk beristirahat. Setelah mengganti pakaian dan mandi, kini Nayla tengah merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memainkan handphone. Sesaat Nayla masih memikirkan kejadian saat di Gramedia tadi. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana sikap dingin dari seorang Faiz. Ya, Nayla telah mengetahui nama Faiz setelah ketika para cewek-cewek meneriakkannya sewaktu di kantin tadi.
"Kalo di ingat-ingat Faiz ganteng juga ya," batin Nayla.
Seakan sadar apa yang telah Nayla ucapkan, ia pun memukul pipi nya agar dia tersadar.
"Lu mikir apaan sih Nay, masa cowok kek dia dibilang ganteng," ucap Nayla mengomeli dirinya sendiri.
"Tapi kalo dilihat dari jarak Deket emang ganteng," lanjutnya.
Karena sibuk menghalu tentang kejadian tadi, Nayla sampai berguling-guling karena dia cowok yang cukup menarik. Tanpa disadari bahwa Nabila telah melihat tingkah Nayla yang senyum sendiri. Nabila berpikir bahwa Nayla telah terjerat oleh pesona Faiz yang dingin.
Karena ada keperluan, Nabila pun memasuki kamar Nayla dan membuat Nayla seketika terkejut.
"Astaghfirullah Nabila! Kukira tadi setan yang dateng," kaget Nayla.
"Enak aja, orang cantik begini kok dibilang setan," ucap Nabila tak terima.
"Yee kan gue kaget, lu sih main nyelonong masuk aja. Orang klo mau masuk itu pake salam bukannya nyelonong."
"Bete kan gue jadinya,dahlah," ngambek Nabila.
Seolah tak peduli, Nayla lantas bertanya pada sahabatnya, kenapa dia datang kesini padahal mereka baru saja bertemu.
"Lo ngapain kesini?" Tanya Nayla to the point.
"Gue mau minjem charger hp lo, charger gue rusak terus kalo mau beli gue lagi mager," ucap Nabila menjelaskan tujuan kedatangannya.
"Noh ada di atas meja belajar," ucap Nayla sembari menunjuk ke arah meja belajarnya
"Ok."
Setelah Nabila pergi mengambil charger hp, Nayla kembali melanjutkan rebahannya. Tak lama Nabila pun kembali dan ikut bergabung dengan Nayla yang sedang rebahan.
"Nay, lu dari tadi mikir apaan sih?" Tanya Nabila.
"Gue gak mikir apa-apa," jawab Nayla.
"Tadi pas gue berdiri di depan pintu, gue ngeliat Lo nyengir sendiri."
"Apa jangan-jangan Lo bukan Nayla," ujar Nabila. "Wahai setan yang ada di tubuh Nayla, keluarlah!"
"Nih anak kesambet apaan dah, orang gue baik-baik aja," kesal Nayla.
"Alhamdulillah Nay, lo udah balik, gue kira lo bakal di bawa sama setan yang ada di tubuh lo tadi," jawab Nabila tak masuk akal.
"Lo kalo ngomong jangan Ngadi-ngadi," geram Nayla.
Karena geram dengan kelakuan Nabila, Nayla berinisiatif untuk mengusir sahabatnya dari kamarnya. Karena Nabila telah mengganggu waktu istirahatnya. Setelah mengusir Nabila, Nayla melanjutkan istirahatnya dan ia tidak mempedulikan teriakan Nabila dari luar kamarnya.
~~~
Setelah Nayla bangun dari tidurnya, ia melihat ke arah jam yang ada di atas nakas yang menunjukkan pukul 18.00 sore. Lantas Nayla bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Setelah menunaikan kewajibannya, Nayla pun menuju ke arah dapur untuk bertemu dengan sang bunda tercinta. Dilihatnya bunda sedang menyiapkan makan malamuntuk keluarga kecilnya itu. Tak lama ayah Nayla datang dan mereka pun makan malam bersama.
~~~
Setelah makan malam, Nayla pun kembali ke kamarnya. Sampai di kamarnya, Nayla pun mengambil benda pipih kesayangannya dan melihat apakah ada pesan masuk. Bukannya pesan masuk yang ada, tetapi ribuan anggilan tak terjawab dari sahabat laknatnya.
"Nih anak ngapain nelvon segini banyaknya," omel Nayla. "Eh, ini nomor siapa?"
Segini dulu ya guys, selamat membaca ceritanya.
Tandai typo ya guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Ketidakmungkinan (On Going)
Ficção AdolescenteCerita ini author ambil dari kisah seseorang. Jadi cerita ini terinspirasi dari orang terdekat author dan yang pasti hampir semua orang pernah berada diposisi seperti Nayla yang ada di cerita ini. Follow dulu ya sebelum membaca Cerita ini hasil kary...