13

2.5K 341 40
                                    

Sekitar 10 menit mereka menunggu, kini pintu gerbang hitam yang menjulang tinggi itu perlahan terbuka. Memperlihatkan seorang wanita setengah abad yang berjalan masuk, dengan kedua tangannya yang diikat dan didampingi oleh bodyguard milik Benjamin.

Mata wanita itu bertemu dengan mata kucing sang anak, ia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Kenapa anak kurang ajar itu bisa ada disini?!" teriak Vallery penuh amarah, bahkan ia juga memberontak dari pegangan pengawal.

"Ya Tuhan, sayang! Apa yang terjadi padamu?"

Vallery membulatkan kedua bola matanya, saat melihat suaminya terkapar setengah sadar. Ia kemudian menatap Benjamin dengan penuh kemarahan.

"Apa yang sudah anda lakukan pada suami saya? Sebenarnya siapa kalian?! Sampai-sampai kalian semua berani menyeret saya kesini dan membuat suami saya sampai seperti ini?! Dan juga, kenapa anak kurang ajar itu bisa ada disini? Apa suami saya ingin menyelamatkannya?!"

Sedangkan di depan pintu utama mansion, Keilly tengah meminta Irene untuk menjaga Jennie. Karena ia harus menyambut kedatangan Vallery, teman semasa kuliahnya dulu.

"Mamah harus kesana sebentar ya sayang, kamu disini dulu bersama Irene" pamit Keilly sambil mengusap lembut pucuk kepala Jennie.

"Sini Jen" ujar Irene dengan membuka kedua tangannya, meminta Jennie untuk memeluknya.

Keilly sempat melambaikan tangannya pada Jennie, sebelum ia menuruni anak tangga untuk mendatangi Vallerya Carole.

"Hai, welcome to my home Vallery. Kamu pasti mengenal saya, bukan?"

Vallery seketika membulatkan kedua bola matanya tak percaya. Ia mengenal siapa wanita di depannya ini, ia sangat amat mengenalnya. Keilly Shelton, teman semasa kuliahnya yang saat itu pernah menyukai pria yang sama dengannya.

"Ternyata kita bertemu lagi, saya tidak menyangka jika hal ini akan terjadi. Oh ya, perkenalkan ini suami saya Alfredo Benjamin Manoban dan disampingnya itu anak saya, Lalisa Benjamin Manoban kekasih dari anak anda, Jennie" ucap Keilly dengan senyum termanisnya.

Yaa, walaupun ia tahu jika Lisa dan juga Jennie belum berpacaran. Tapi tidak menutup kemungkinan, jika setelah masalah ini selesai keduanya akan menjalin sebuah hubungan atau bahkan langsung memilih untuk, bertunangan.

Ia tak mempermasalahkan itu semua, yang terpenting anak semata wayangnya itu bahagia.

Vallery kemudian menatap Jennie, dengan pikirannya yang mulai berkelana. Tentang bagaimana bisa, sang anak menjalin kasih dengan seorang keturunan Manoban.

"Pasti anda bertanya-tanya tentang, kenapa anda bisa ada disini dan kenapa suami anda sampai bisa seperti ini, bukan?" tanya Keilly yang membuat Vallery kembali fokus kepadanya.

"Pasti karena anak kurang ajar itu mengadu pada kalian, tentang saya juga suami saya yang selalu membuatnya terluka, iya?!

Woah, anak itu memang benar-benar tidak tahu untung. Susah payah saya menghidupkannya sedari kecil hingga sekarang dan dia hanya bisa mempersulit keadaan, menjadi seperti ini?

Astaga, kalau begitu ambil saja anak kurang ajar itu. Karena saya sudah tidak mau lagi melihatnya, bahkan beberapa bulan ini kehidupan saya jauh lebih menyenangkan. Ketika dia memilih, untuk tinggal seorang diri dan tidak merepotkan saya!"

Lisa menundukkan kepalanya, mendengar perkataan Mommy Jennie sangat membuatnya kesal juga marah dalam satu waktu. Ia kini menoleh kearah Jennie, dimana gadis berpipi mandu itu tersenyum sendu kearahnya.

"Tidak bisakah tante menerima kehadiran Jennie, sebagai anak tante? Tidak bisakah tante membuatnya menjadi sosok yang begitu berharga di mata tante, sebagai orang tua? Tidak bisakah, sekali saja tante merawat dan menjaganya penuh kasih sayang juga cinta? Sesulit itu kah, menyalurkan rasa kasih juga cinta anda sebagai orang tuanya?

Wanna Be Yours (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang