05

2.8K 385 13
                                    

Lisa baru saja bangun dari mimpi indahnya. Ia merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku, sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Pagi ini ia berada di mansion keluarganya. Hanya seorang diri, karena Mamah dan Papahnya tengah berada di Thailand, menghadiri acara keluarga. Ia sengaja tidak ikut, karena ia lebih memilih menjaga Jennie. Takutnya kejadian seperti kemarin kembali terulang lagi.

Dan soal bercak keunguan di lehernya. Itu masih terlihat, walau tak sejelas kemarin tapi itu cukup membuat Lisa kesal setengah mati. Bagaimana tidak, Jennie melakukannya tepat didepan dokter Ahn.

Tanpa rasa takut bahkan malu sekali pun, Jennie bilang itu adalah cara agar dirinya tidak kesakitan saat jarum yang terdapat benang itu, menjahit telapak tangannya.

"Aku akan membuatnya kesal hari ini" gumam Lisa sambil terkekeh kecil.

"—"—"

Jam pun sudah menunjukkan pukul 1 siang, Lisa segera bergegas ke apart milik Jennie. Ia hanya membawa ponsel, dompet juga jaket varsity Celinenya. Memilih menggunakan mobil Porsche 911 hitamnya, karena langit yang sudah berubah warna menjadi kelabu.

Hiruk pikuk siang hari ini, sangatlah membuat Lisa kesal. Bagaimana tidak, ia sedari tadi terjebak di lampu merah pertigaan yang tak jauh dari area apartemen Jennie.

Ponselnya juga sedari tadi berdering, memperlihatkan nama 'J🖤' disana. Tapi Lisa tak ada sedikitpun niat untuk menjawabnya. Sampai puluhan pesan masuk ke ponselnya yang pastinya itu dari Jennie.

"Dia pasti sudah menekuk wajahnya sambil mengerucutkan bibirnya, lucu" kekeh Lisa.

"Kamu dimana, aku sudah menunggumu, kenapa lama sekali, apa kamu masih marah, aku rindu, cepatlah, Lalisa Benjamin Manoban kenapa tidak mengangkat teleponku, apa kamu sengaja meninggalkan ponselmu begitu saja, aku butuh kamu, cepatlah kesini, aku lapar aku belum makan, aku menunggumu memasakkan sesuatu untukku, ayo lah sayangku, cepat kesini"

Lisa semakin terkekeh geli membaca pesan dari Jennie. Sudah dipastikan gadis bermata kucing itu akan mengamuk padanya.

"Maafkan aku, aku tidak bisa membalas pesanmu" lirih Lisa sambil mengerucutkan bibirnya lalu ia kembali tertawa melihat pesan masuk yang baru saja Jennie kirimkan.

"Kenapa tidak membalasnya, padahal kamu membaca semua pesanku. Astaga dia sangat menggemaskan" geram Lisa saat ia kembali membaca pesan Jennie.

Lampu yang tadinya berwarna merah, kini sudah berganti menjadi hijau. Lisa pun menaruh ponselnya di atas dashboard dan membelokkan stir mobilnya, menuju area apartemen Jennie.

Setibanya Lisa di depan unit Jennie, ia segera memencet bell yang berada tepat disamping pintu. Menunggu sang pemilik membukakan pintu untuknya. Tanpa menunggu lama, pintu utama unit Jennie kini terbuka. Akan tetapi bukanlah Jennie yang membukakannya, melainkan Han So Hee kakak tingkatnya.

"Siang Ka" sapa Lisa yang dibalas senyum manis oleh So Hee.

"Yuk masuk, dari tadi Jennie nyariin lo terus. Kita lagi ada penelitian untuk tugas, di dalam juga ramai" jelas So Hee membuat Lisa menganggukkan kepalanya, mengerti.

"Jen, Lisa datang nih. Ternyata dia jauh lebih cantik dan tampan jika di lihat secara langsung, yaa" ujar So Hee sambil merangkul lengan kanan Lisa, seperti ingin menggoda Jennie.

Lisa hanya diam dan tersenyum canggung saat ia melihat beberapa kating di kampusnya, kini berada di apart Jennie.

"Siang semuanya" sapa Lisa dengan senyum manisnya.

"Siang" balas mereka ramah, kecuali Jennie yang tengah mengerucutkan bibirnya dengan kepalanya tengah bersandar pada seorang pria yang Lisa ketahui namanya, Conrad.

Wanna Be Yours (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang