O6

1.2K 114 5
                                    

"Perjuangan memang tak semudah
yang ada dipikiran. Kita harus tetap
berusaha berjuang demi mendapatkan
apa yang kita inginkan. Bukan obsesi,
tapi hanya ingin memiliki."

.
.
.

Happy Reading

CHENLE tersenyum manis. Senyuman manis hanya untuk seseorang yang ia cintai. Tangan mungilnya melambai pada layar ponsel yang menampilkan wajah tampan seorang Jung Jisung.

Anak sulung pasangan manis Jeno dan Jaemin itu juga membalas senyuman manis Chenle dengan senyuman yang lebih manis lagi. Mereka sedang dimabuk cinta. Tapi, ada sesuatu yang membuat mereka tidak bisa bersama.

Mark.

Ayah tampan itu tidak akan pernah mengizinkan Chenle untuk bertemu dengan Jisung, apalagi sampai berhubungan lebih dari sepupu. Memang Chenle dan Jisung itu keluarga—karena Mark dan Jeno adalah saudara kandung, otomatis mereka adalah sepupu sekaligus bagian dari keluarga Jung. Dulu, Mark sempat mendengar ayahnya berkata bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan bila nantinya akan tetap bersama. Dua insan yang saling mencintai tapi tiba-tiba saja dijauhkan, maka nantinya orang itu tidak akan pernah merasakan kebahagiaan lagi karena sudah merebut kebahagiaan sepasang insan yang saling mencintai tersebut. Apakah masih ada rasa egois lagi di dalam diri ingin merebut kebahagiaan orang lain? Tidak, 'kan?

Mungkin ini hanya masalah waktu. Beri Mark waktu untuk merenungkan semuanya, agar ketika Chenle maupun Jisung mengatakan yang sebenarnya, ayah satu anak itu tidak terkejut dan langsung mengambil keputusan dengan benar.

"Lele sudah makan, hm?"

Chenle mendecak kesal. Baginya itu adalah pertanyaan yang konyol, basi di dengar. "Apakah tidak ada pertanyaan lain, selain itu?" ia berbalik bertanya.

"Apakah hingga saat ini Lele masih mencintaiku?"

"Itu pertanyaan yang bagus dan jarang ditanyakan," katanya sambil menjentikkan jari. "Bagaimana, ya, aku menjawab pertanyaanmu? Oh—aku sudah mendapatkan jawabannya. Aku sudah merangkai kata-kata untuk menjawab pertanyaanmu, Jie."

"Jawabannya?"

"Emh... tidak."

Chenle tertawa lebar ketika melihat perubahan wajah Jisung yang semula tersenyum manis seperti mengharapkan sesuatu, tapi kini wajah itu terlihat sebal diikuti bola matanya yang memutar malas. Ia senang ketika sosok menyebalkan itu kesal seperti sekarang.

"Ya sudah, aku tutup saja—"

"Woah, apakah sekarang seorang Jung Jisung bisa kesal seperti ini? Biasanya dia selalu terlihat senang." Chenle berpura-pura terkejut, mulutnya terbuka lebar menyebut kata woah. "Sungguh, baru pertama kali aku melihat seorang Jung Jisung kesal. Ternyata seperti bayi, ya?"

Tak terima mendengar kekasihnya tertawa di akhir, akhirnya Jisung memasang raut wajah seperti semula.

"Aku tidak kesal lagi. Mengapa kamu menggodaku seperti itu, Lele-ya? Ternyata kekasih manisku sudah pandai menggodaku sekarang, hm?"

"Memangnya hanya kamu yang bisa menggodaku? Aku juga bisa menggodamu," sahut Chenle tak mau kalah. Kemudian lelaki manis itu menunjukkan iPhone miliknya yang kemarin ia beli bersama ayahnya. "Aku memiliki yang baru, Jie. Kita akan mengirim pesan dan menelpon sepuasnya di sini. Daddy tidak akan mengetahuinya."

Love is Complementary [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang