"Terima kasih telah memberikan
lebih dari jutaan kebahagiaan.
Terima kasih atas pengorbanan,
jasa, dan hati kalian yang telah
banyak berkorban. Hanya ucapan
terima kasih dan rasa syukur yang
bisa aku panjatkan."- Jung Chenle
.
.
.Happy Reading
JARUM jam menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh menit. Sinar mentari bahkan sudah terpancar cerah di jendela yang sepenuhnya terbuka. Namun, manusia manis yang masih bergelung dalam selimut itu tak terganggu sama sekali. Benar-benar tak terganggu, seperti yang dikatakan oleh orang banyak bahwa tidur seperti itu layaknya 'babi mati'.
Sedangkan di dapur, pria yang menjabat dirinya sebagai seorang suami dan ayah itu tengah mengaduk-ngaduk sop buatan sang anak yang ditinggal karena Chenle akan memasak makanan yang lain. Mark dipekerja hanya untuk mengaduk sop yang rasanya sudah sangat pas dan kadang-kadang pria itu tertawa kecil ketika hal lucu tiba-tiba menghampiri pikirannya.
Chenle tak akan membiarkan sang ayah berteman baik dengan dapur sang ibu. Terlalu menyeramkan jika hal itu sampai terjadi. Kebakaran, lebih tepatnya.
"Lele."
Merasa namanya dipanggil, Chenle dengan segera menghampiri Mark.
"Ada apa, Dad?"
"Sepertinya Mommy akan menjadi beruang hibernasi jika tidak dibangunkan. Sebaiknya kamu membangunkan Mommy dan pekerjaan itu bisa dilanjut nanti. Daddy yang akan melanjutkan—"
"No!" sela Chenle dengan cepat. Berurusan dengan dapur akan membuat ayahnya semakin runyam. "Lebih baik Daddy menonton pertandingan bola atau membaca koran. Itu lebih bermanfaat daripada Daddy akan membuat dapur Mommy hangus tak tersisa."
"Baiklah. Daddy tak sekejam itu membuat dapur Mommy hangus. Omong-omong dapur ini mahal sekali dengan segala peralatan masaknya yang tak terkira."
Kekehan kecil keluar dari bibir tipis Mark. Membuat Chenle bernapas lega. Anak berwajah manis seperti sang ibu itu lantas pergi ke kamar orang tuanya, meninggalkan sang ayah yang hanya menatap punggungnya hingga menghilang dari pandangannya.
.
.
."Mommy, bangun. Hari sudah cerah, Mom."
Berkali-kali menepuk pipi tembam itu, tetapi tak membuat sang empu membuka kedua matanya. Mommy-nya akan menjadi manusia yang pemalas jika tidak dibangunkan lebih cepat. Padahal hari-hari sebelumnya Haechan selalu bangun lebih cepat dari dua manusia keras kepala itu. Tapi mengapa hari ini terkecuali?
"Mom, ayo bangun. Mommy harus bangun dan berteman baik dengan matahari karena hari sudah cerah. Lele juga sudah menyiapkan sarapan untuk kita bertiga."
Lagi dan lagi, tidak ada sahutan dari sang empu yang masih saja memejamkan kedua matanya. Apa Chenle harus menggunakan suara nyaring lumba-lumbanya saat ini? Tapi itu akan membuat Mommy-nya tersentak kuat. Refleks orang tua dan anak muda sangatlah berbeda. Bagaimana jika Mommy-nya terkena serangan jantung setelahnya? Tidak, tidak! Chenle tentu tidak berani melakukan hal semacam itu. Terlalu menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Complementary [MarkHyuck]
Fanfiction[ON GOING] BAGIAN KETIGA DARI BABY BEAR MarkHyuck ft. JiChen [❁]- Bibir itu menyunggingkan senyuman tipis diiringi dengan debaran di dalam hati. Chenle tak bisa tak menahan malu di hadapan kekasihnya yang sedang menatapnya begitu dalam. "Jangan mena...