O3

1.4K 129 3
                                    

"Cinta itu datang secara terbiasa,
dan tak bisa untuk dipisahkan
secara terpaksa."

.
.
.

Happy Reading

MINGGU pagi ini terasa menyejukkan dan menyenangkan bagi siapa saja yang menikmatinya. Hari Minggu yang biasa digunakan untuk bersantai, berpiknik, tidur seharian seperti beruang hibernasi, meregangkan otot-otot yang lelah dan pegal karena telah bekerja seharian, atau bisa saja menjelajahi dunia yang luas ini.

Lain hal di rumah mewah nan besar ini. Pagi-pagi yang biasa digunakan untuk bersantai, justru digunakan untuk bercekcok antara satu dengan yang lainnya. Suara yang terlalu menggema sudah pasti si anak kesayangan, lalu disusul dengan suara berat sang kepala keluarga. Pasangan ayah dan anak itu sama-sama keras kepala—yang tak mau argumennya kalah saing.

"Daddy tak ingin Lele bertemu atau berpapasan dengan si tinggi itu. Apa pun alasannya."

"Apa maksud Daddy? Tak boleh berpapasan? Bagaimana bila kami bertemu secara tak sengaja? Apa Daddy akan melakukan hal buruk kepada Jisung?"

"Ya. Daddy akan memperingatkan anak itu supaya menjauh darimu dan tak berpikir untuk bertemu denganmu lagi."

"Daddy terlalu posesif. Mommy saja mengizinkan Lele untuk bertemu dengan Jisung."

"Lupakan apa yang dikatakan Mommy. Lele hanya akan menurut pada perintah Daddy. Lele tidak boleh bertemu dengan anak itu—"

"Ck, Daddy terlalu kekanakan! Lele membenci Daddy maupun perintah konyol Daddy."

Lalu si anak kesayangan itu melenggang pergi dari hadapan sang ayah. Bibirnya mencebik kesal dengan hentakan kaki yang terlalu keras tanda dirinya tengah marah.

Chenle tentu saja membenci perintah konyol sang ayah—yang tak memperbolehkan dirinya untuk bertemu dengan Jisung, berbicara dengan lelaki itu atau menikmati waktu berdua. Sang ayah yang terlalu posesif dan kekanakan membuat dirinya benar-benar kesal.

"Lele! Daddy sedang berbicara denganmu! Tidak sopan meninggalkan orang tua yang sedang menasehatimu, Jung Chenle!"

Chenle tak menggubris perkataan Mark. Lebih baik ia bersantai dengan duduk di sofa dan bermain ponsel. Ia harus menghangatkan pikirannya agar tak melakukan hal berlebihan setelahnya.

"Lele tidak sarapan, Sayang?"

Itu suara lembut sang ibu tersayang. Chenle langsung mengalihkan pandangan sepenuhnya pada sang ibu, merentangkan kedua lengannya meminta pelukan.

Haechan yang sangat mengerti tentang suasana hati sang anak segera memeluknya. Chenle-nya sedang dalam mood yang buruk.

"Hanya Mommy Chanie yang terbaik dan bisa mengerti tentang perasaan Lele. Lele sangat menyayangi Mynie. Lele benar-benar menyayangi Mynie untuk selama-lamanya."

Haechan tersenyum hangat. Tangannya terulur untuk mengusap lembut surai Chenle dan mengecup keningnya begitu dalam. "Mynie juga sangat menyayangi Lele. Lele adalah sebuah kebahagiaan bagi Mynie untuk selama-lamanya," balasnya penuh sayang.

"Mynie—"

"Jung Chenle."

Senyum Lele pudar setelah mendengar nama lengkapnya dipanggil. Siapa lagi kalau bukan ayahnya yang posesif nan kekanakan—Mark Jung. Chenle melepas tautan keduanya lalu memasang wajah yang begitu datar tak bersahabat.

Love is Complementary [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang