[29] Tidak Manis

43 6 2
                                    

~Jika impian kita sederhana,apakah akan mudah tercapai?~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Jika impian kita sederhana,
apakah akan mudah tercapai?~

___________________

Langkah kaki Sena mendadak terhenti. Pemandangan yang ada di ambang pintu masuk kantin membuatnya tertegun, tak percaya dengan penglihatannya sendiri.

Sosok pria yang belum terlalu tua, berdiri di sana. Menatap Sena dengan penuh kehangatan dan seulas senyum mengembang di bibirnya. Wajah tenangnya itu selalu menggetarkan hati Sena. Perawakannya yang tegap dan gayanya yang profesional, sukses mengalihkan perhatian para siswa yang ada di kantin.

"Ayah ...," ucap Sena pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam kericuhan suasana kantin.

"Hei, Sena!"

Arabella Henz, wanita rubah itu muncul dari balik pundak ayah Sena. Ia melambaikan tangan dan mengucapkan sesuatu dengan sangat antusias.

Sena tampak kaget, kedua alis matanya sontak berkerut. Melihat Arabella dan ayahnya datang bersama itu sama saja mengembalikan kenangan pahit yang dialami ibu Sena.

Aku benci kejutan. Protes Sena dalam hati. Tangannya mendadak mati rasa, bukan gemetaran seperti biasanya saat ia takut. Ini lebih pantas disebut kaku.

Mungkin akibat syok, tangan Sena kehilangan rasa, tidak bisa menyentuh dan memegang sesuatu. Sementara itu, piring makan yang tadi ia bawa malah terjatuh begitu saja ke lantai. Benturan antara piring dengan lantai menghasilkan suara yang nyaring.

Teman-temannya kembali menoleh, bukan ke arah Mr. Lee, melainkan mengamati Sena yang raut wajahnya mulai berubah. Beberapa dari mereka berbisik tentang Sena dan Arabella. Sedangkan Ares, bingung bagaimana harus bersikap.

Tidak ada pilihan lain bagi Ares, selain memunguti pecahan piring yang dijatuhkan Sena. Sedangkan pelakunya sudah melarikan diri, keluar dari kantin. Ares melihat sekilas ke arah Mr. Lee yang juga berbalik badan mengikuti arah anaknya pergi, sambil merangkul pundak Arabella Henz.

Firasat buruk menyelinap di benak Ares, tetapi ia tak berani berkomentar apa pun. Anak-anak lain justru sudah sibuk berspekulasi dengan argumen masing-masing. Ia memilih untuk pergi dari kantin, mengikuti Sena dari kejauhan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NISKALA CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang