🏫1🏫

773 30 5
                                    

1. Kembali Bersama

.
.
.
.
🏫🏫
.
.
.
.



Malam telah berganti menjadi pagi. Semilir angin sejuk bercampur lautan langit biru menjadi pembuka di kala matahari terbit di penghujung timur.

"Ibu, Dira berangkat sekolah dulu, ya."

Namanya Andira Chandani, perempuan yang baru saja berganti usia ke 18 tahun itu berdiri di depan pintu kamar mandi yang terbuka.

Wanita yang di panggil Ibu itu menghentikan kegiatannya dari baju-baju yang sedang di cuci dengan menggunakan tangan. Ia bangkit dari duduknya diatas sepotong kayu kecil yang dijadikan sebagai tempat duduk. Tubuhnya yang sudah rentan membuatnya tidak bisa berlama-lama jongkok. 

"Sekolah yang benar ya, jangan nakal." Ibunya membalas seraya memberikan nasihat dengan suara pelan.

Dira menyengir lebar sebagai bentuk balasan percakapan. "Gak janji ya, Bu," katanya yang langsung ngacir sebelum mendapat teguran dari sang ibu berupa jitakan.

***

Dira berlari tergesa-gesa saat lampu khusus pejalan kaki telah berubah menjadi warna hijau. Bus yang menjadi tujuannya telah tiba, itu sebabnya ia buru-buru karena tidak ingin tertinggal.

Sebenarnya, Dira bisa saja melewatkan bus tersebut dan menunggu bus selanjutnya tiba. Tapi Dira tidak mau melakukan itu karena sudah pasti akan memakan waktu lama. Mengingat Jakarta di pagi hari begini sudah pasti akan macet.

"Cepet masuk! ngapain nunggu di situ?" Dira menggeplak pelan bahu teman satu kelasnya, Rayyan Fas Alsaki, yang berdiri santai di sisi pintu bus. Ekspresi Rayyan yang kelewat santai berbanding terbalik dengan ekspresi Dira yang tegang.

"Aku nungguin kamu dari tadi," Rayyan memberitahu setelah mereka berdua masuk ke dalam bus.

Tunggu... mari jelaskan hubungan mereka.

Rayyan adalah salah satu teman Dira yang bertahan sampai saat ini. Mereka menjalin hubungan yang namanya teman ketika masa SMP, tepatnya di kelas 2.

Semuanya dimulai ketika Rayyan, seorang anak yang lembut dan pemalu, jatuh dalam perangkap segerombolan lelaki kelas tiga yang mengintimidasi untuk uang. Namun, Dira, seorang gadis remaja tomboy dan penuh keberanian, hadir sebagai penyelamat. Dira tidak ragu untuk melawan dan melindungi Rayyan dari ketidakadilan yang sedang terjadi.

Pertemanan mereka tumbuh kuat sejak saat itu. Walaupun hari-harinya dipenuhi dengan adu mulut--Dira yang keras kepala juga Rayyan yang bermulut pedas. Walaupun begitu, Rayyan tetap merasakan nyaman di sisi Dira. Gadis yang saat ini berambut pendek sebahu itu tidak pernah melihatnya sebagai lelaki culun seperti yang lainnya. Dira menghargai setiap kebaikan dan kepribadian yang Rayyan miliki tanpa memandangnya dari penampilan atau stereotip yang ada.

Bagi Rayyan, kata 'aku-kamu' adalah cara untuk menyebutkan orang lain tanpa melihat gender. Ini dikarenakan sebuah kebiasaan yang kerap diajarkan oleh kedua orangtuanya. Dia tidak terbiasa dengan istilah 'lo-gue', yang sering digunakan oleh remaja lain. Karena bagi Rayyan, itu terdengar aneh dan tidak pantas diucapkan oleh lidahnya yang halus.

Dira tidak membalas lagi ucapan Rayyan. Mereka sudah biasa berangkat dan pulang sekolah bersama. Rumah mereka yang berdekatan lah menjadi alasan kebersamaan itu sering tercipta.

"Oh, ya. Bunda buatin ini buat kamu, nanti kamu makan ini pas istirahat aja." Rayyan memberikan sebuah paper bag kecil yang berisikan kotak makan berwarna biru.

RAYDIRA: What Are We? [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang