🏫4🏫

130 18 3
                                    


4. Date for what?

.
.
.
🌧🌧
.
.
.

"Dira!"

Ini sudah ketiga kalinya Rayyan menyebut nama temannya itu.

Berkali-kali Rayyan mengetuk pintu juga jendela, berkali-kali juga Dira belum kunjung menyahut.

Helaan napas kesal keluar dari bibirnya yang terbuka sedikit. Ponsel yang berada di dalam sakunya ia ambil untuk melakukan sambungan telepon.

"Awas aja, kalau sampai telpon aku gak di angkat aku bakal marahin kamu," begitu katanya sambil mengarahkan ponsel ke telinga.

Butuh beberapa detik sampai sambungannya diangkat.

"Ha--..."

"Kenapa kamu belum bangun?!"

Lengkingan suara Rayyan yang mengejutkannya membuat Dira refleks menjauhkan ponselnya dengan mengernyit. Kesadarannya yang belum sepenuhnya terkumpul membuat Dira sulit mencerna maksud ucapan Rayyan.

"Lo ngapain sih telpon pagi-pagi?" Tanyanya kesal dengan suara berat, khas orang baru bangun tidur.

"Loh, kamu lupa sama ajakan kamu sendiri?"

"Ajakan apa? Emangnya gue ngajak lo apa?"

Rayyan menarik napasnya sebentar. Ia mencoba meredam kekesalannya dengan berkali-kali menarik dan menghembuskan napasnya. Temannya ini benar-benar menguji kesabarannya. Sudah jadi beban, pelupa lagi. Double kill bagi Rayyan.

"Kemarin kamu ngajakin aku jogging biar badan kamu gak sakit lagi. Aku iyain karna kamu maksa aku buat nemenin kamu jogging. Sekarang aku udah di depan rumah kamu, tapi kamu nya malah masih tidur dan lupa sama ajakan kamu!" Cerocosnya dengan kesal.

"Ohh... Besok aja lah jogging nya, sekarang gue masih ngantuk."

Rayyan menganga tak percaya. "GAK BISA!" pekiknya yang membuat Dira lagi-lagi terperenjat kaget.

"Enak banget kamu batalin sepihak gitu! Kamu enak bisa tidur lagi, sedangkan aku udah gak bisa karna udah mandi pagi-pagi!"

"Sekarang kamu bangun, gak usah mandi. Dalam waktu 2 menit kamu harus udah di depan rumah. Telat sedetik aku gak mau bantuin kamu ngerjain pr lagi!" Ancamnya yang membuat Dira terjaga sepenuhnya.

Dira yang takut pada ancaman Rayyan itu lantas bergegas ke kamar mandi hanya untuk cuci muka dan sikap gigi. Setelahnya, Dira kembali ke kamar untuk berganti pakaian menjadi kaos hitam oblong dengan paduan celana training. Rambut pendeknya yang hanya sebahu ia ikat menyisakan beberapa helai yang tidak terikat. Lalu, Dira menyemprotkan banyak-banyak parfum supaya gak bau-bau banget.

Barulah setelah selesai Dira lari keluar dari kamar yang juga rumahnya untuk berhadapan dengan Rayyan.

"Gue gak telat, jadi ancaman lo gak berlaku." Kata Dira dengan deru napas yang tersenggal-senggal.

Menyebalkan, jogging nya belum di mulai tapi Dira sudah capek duluan.

Rayyan menyunggingkan senyum puas. Ia ambil jalan ke arah kanan dan memulai jogging. "Mau jogging di sekitar komplek atau mau dimana?"

"Di sekitar komplek aja, biar pas gue laper langsung mampir ke warung Bu Ica terus makan bakso deh!" Ujar Dira dengan riang.

"Habis olahraga tuh makan yang sehat biar tubuh kamu juga jadi makin bugar."

"Gak bisa, Yan. Yang ada gue malah boker."

Rayyan menoleh sambil menganga tak percaya. "Benar-benar aneh. Sepertinya kamu manusia jadi-jadian."

RAYDIRA: What Are We? [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang