2. Bentuk Perhatian
.
.
.
💭💭
.
.
.Pintu kelas yang tadi tertutup, terbuka tiba-tiba dengan kehadiran satu lelaki yang mendobraknya secara kasar. Wajahnya memerah, napasnya pun menggebu-gebu hingga gerakan dadanya dapat terlihat jelas.
"YANG NAMANYA VEHAN MANA?!" Tanyanya dengan emosi. Lelaki dengan name tag Arga--sebagai nama awalan, menatap wajah satu persatu pada beberapa murid IPA 5 yang menatapnya.
Kehadiran lelaki itu yang penuh dengan emosi menciptakan hawa mencekat dan terasa mengerikan bagi mereka. Apalagi saat kedatangan delapan lelaki yang juga bertubuh tinggi dan sedikit kekar, membuat kelas 12 IPA 5 yang tadi sejuk dan nyaman menjadi terasa seram dan mematikan.
"Lo semua bisu ya, sampai gak ada yang nyaut satu pun?!" Ujar salah satu teman Arga, yang melampiaskan emosinya dengan memukul meja secara kasar.
Lagi-lagi suara dentuman yang begitu keras membuat sebagian murid IPA 5 tersentak kaget.
"Mata lo buta hah?! Sampai-sampai gak ngeliat orang disini pada punya mulut?!" Dira mengomel dengan kedua matanya melebar, memperlihatkan kekesalan pada segerombolan lelaki itu yang datang dengan tidak sopan.
Kehadiran gerombolan lelaki itu yang tiba-tiba juga dengan emosi membuat Dira dilanda kekesalan yang mendalam.
"Dira, jangan disautin, nanti kamu diomelin sama mereka." Rayyan bercicit memberitahu. "Kalau diomelin sih gak masalah, tapi kalau kamu sampai di pukul mereka gimana?"
Bagi seluruh murid SMA Angkasa Ksatria, wajib hukumnya mengetahui wajah dan nama anggota geng Arga. Ini ditujukan untuk melindungi dirinya dari geng Arga yang problematik. Siapa saja yang berurusan dengan geng Arga pasti akan berakhir di rumah sakit.
"Pinter banget mulut lo nyautin omongan anggota gue," kata Arga dengan menoyor kasar kepala Dira. Perempuan dihadapannya ini sudah bersikap kurang sopan. Haram bagi seorang Arga menerima perlakuan tidak sopan, walaupun dirinya sering memperlakukan orang lain dengan semena-mena. Toyoran yang Arga berikan sebagai bentuk gertakan agar di lain waktu Dira bersikap hormat dan sopan padanya.
Tapi itu tidak akan mungkin terjadi.
Dira yang tidak punya takut pada apapun membalas perlakuan Arga dengan menonjok dada lelaki itu hingga terdengar suara pukulan yang cukup keras. Efeknya, Arga mengalami rasa nyeri dengan sesak yang secara tiba-tiba melanda.
"Setan kayak lo mesti di bales!" Dira menyentak.
"Weh, anjing! Apa-apaan lo!" Para anggota geng Arga yang tak terima, balik menatap garang Dira.
Teman-teman Arga berlari mendekati Arga untuk diamankan. Arga yang merasakan sakit juga sesak tak bisa berbuat apapun selain menekan dadanya dan berharap rasa sakitnya segera hilang agar bisa membalas tindakan keji Dira.
"Lo---"
"PAK BAMBANG!" Rayyan memekik sambil menunjuk jendela kelasnya. Sontak Arga beserta anggota gengnya kompak lari terbirit-birit.
"Dira! Udah aku bilang kan, gak usah nyautin mereka! Untung aja aku bergerak cepat, kalau enggak pasti kamu udah dipukulin sama mereka." Cerocos Rayyan.
Rayyan yang tadi panik langsung saja membual dengan meneriakkan nama Pak Bambang--guru Bk yang sangat killer. Arga dan temannya itu tentu saja takut dengan Pak Bambang, ketakutan mereka Rayyan gunakan untuk mengusir mereka.
"Mulai sekarang kamu jauh-jauh dari mereka. Kalau ketemu mereka kamu langsung lari aja, jangan coba-coba mendekat dan terlibat sedikitpun dengan mereka. Yang paling penting, kamu harus menjauh dari Arga."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYDIRA: What Are We? [Revisi]
Teen Fiction⛔⚠️Don't copy my stroy⚠️⛔ Bertengkar adalah cara lain kita mendekatkan diri satu sama lain. --------------------------------------- "Lo berharap kita ini apa?" "Lebih dari sekedar teman." --------------------------------------- Proses revisi Mulai...